Virtualzone - Chapter 29

378 54 20
                                    

Ada kemajuan nih, BaRayya udah ketemu. Selanjutnya apa kira-kira?

BTW, SELAMAT 1K VOTE, TERIMA KASIH. PELUK JAUH🤗

Yuk bisa yuk ajak jempolnya buat vomment.

Enjoy 💜

Mirna, kuda besi milik Bara yang ditunggangi pemiliknya membawa Rayya menyusuri jalanan kota kelahiran sang bunda melewati jalan Asia Afrika yang cukup padat siang ini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Mirna, kuda besi milik Bara yang ditunggangi pemiliknya membawa Rayya menyusuri jalanan kota kelahiran sang bunda melewati jalan Asia Afrika yang cukup padat siang ini. Bibirnya tidak lepas dari senyuman dan matanya memperhatikan setiap sudut jalanan. Terakhir kali Rayya mengunjungi kota ini tiga tahun yang lalu, saat mengunjungi pernikahan adik bunda. Bunda adalah anak ketiga dari empat bersaudara yang semuanya adalah perempuan. Tante Yuni atau yang sering dipanggil Tante Uni ini adalah anak bungsu.

"Bandung enggak banyak berubah ya," komentar Rayya

"Iya, Bandung selalu terlihat menarik, manis, dan romantis di mata orang-orang yang melihatnya, tapi mereka lupa kalau Bandung juga enggak memulu tentang senang. Ada luka atau hal-hal yang enggak bisa diutarakan sampai akhirnya menggunung dan tinggal nunggu waktu buat meledak," tuturnya.

"Mungkin emang enggak semuanya bisa dicertain," tambah Rayya.

Bara mengangguk setuju. "Ngomong-ngomong, Bandung itu bisa panas dan dingin. Tinggal lo pilih mau ke mana. Kalau ke Antapani, Buah Batu, ya panas. Kalau ke daerah Dago Atas sampe Lembang jangan sendirian, biar kalau dingin ada yang peluk," ujarnya sambil tertawa. Suara tawa Bara itu khas sekaligus renyah seperti kerupuk dan menarik siapa saja yang ada di sekitarnya untuk ikut tertawa.

Rayya mendaratkan pukulan di lengan kiri Bara. "Itu namanya mau modus."

"Lo tau enggak Bandung bakal beda ketika apa?"

"Apa?"

"Ketika enggak ada gue di dalamnya."

"Kok gitu? Narsis lo."

"Eh, bener. Bandung dan Bara itu perpaduan yang sempurna, karena Bandung tanpa Bara enggak bakal menyenangkan." Dia mengintip ekspresi Rayya yang hanya menggeleng kecil melalui kaca spion, lalu dirinya tersenyum tipis.

Motor Bara berhenti di depan sebuah rumah yang terlihat minimalis dengan 2 lantai. Halaman depannya nampak begitu luas, bahkan untuk ukuran mobil pribadi pun cukup jika diletakkan di sana. Tidak lupa dengan dua kursi yang ada di depan jendela mungkin digunakan untuk bersantai di siang hari atau untuk menikmati pekatnya langit malam. Di balkon lantai 2 terdapat beberapa pot tanaman. Rumah ini terlihat begitu teduh dan hangat karena warna cat yang digunakan tidak mencolok.

 Rumah ini terlihat begitu teduh dan hangat karena warna cat yang digunakan tidak mencolok

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Virtualzone [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang