Virtualzone - Chapter 7

755 86 271
                                    

Ada yang beda ya kali ini, judul dan covernya aku ganti.

Jangan lupa feedback berupa vote dan komen biar aku makin semangat nulisnya, soalnya 2300+ kata nih hehe :)

Enjoy 💜

Pagi ini terasa lebih dingin karena di luar turun hujan sejak shubuh tadi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Pagi ini terasa lebih dingin karena di luar turun hujan sejak shubuh tadi. Tidak terlalu lebat, hanya gerimis. Kicauan burung dan kokok ayam tidak terdengar, mungkin mereka sedang berteduh si sangkar dan kandangnya sambil menunggu hujan reda. Sama seperti yang dilakukan Rayya, dirinya masih termenung di kamar memandang ke arah jendela dengan seragam yang sudah dia kenakan. Jika saja ini hari libur mungkin Rayya akan kembali menarik selimut dan memanjakan diri di atas kasur untuk kembali tertelap.

Hari ini Rayya tidak akan pergi ke sekolah bersama Raga karena orang tuanya tidak mengizinkan Raga untuk membawa motor ke sekolah dengan keadaan hujan seperti ini. Jadi mereka akan pergi masing-masing diantar kedua orang tuanya.

Hujan semakin lebat. Angin dan air berkolaborasi membuat aspal semakin riuh ditemani pohon yang menari-nari mengikuti arah angin. Ponselnya bergetar, sebuah notifikasi grup kelas. Wali kelasnya memberitahu bahwa sekolah hari ini libur. Lamunan Rayya terhenti ketika bunda membuka pintu dan memintanya untuk segera turun dan sarapan. Iya, yang tadi hanya khayalan, indah sekali berkhayal seperti itu.

"Bun, aku enggak enak badan deh." Rayya menyimpan punggung tangannya di kening.

"Ra, bunda sakit perut deh kayaknya denger alasan kamu."

Rayya memanyunkan bibirnya. Dia mengambil tasnya di atas meja belajar.

"Yuk cepet turun, ditunggu ayah." Bunda sedikit menarik tangan Rayya supaya cepat keluar dari kamarnya. Rayya berjalan gontai menuju meja makan. Hujan seperti ini sangat cocok dinikmati di rumah sambil menonton televisi atau drama ditemani susu, teh, maupun cokelat hangat, sayangnya Rayya harus menikmati hujan hari ini di sekolah ditemani beberapa mata pelajaran. Doa Rayya hari ini hanya satu, semoga banyak guru-guru yang tidak hadir.

***

Jalanan kota pagi ini tetap ramai walaupun gerimis masih bertamu dan tak kunjung pulang. Tidak ada sau katapun yang keluar dari mulut Rayya dan ayahnya, yang terdengar hanyalah suara rintik hujan yang jatuh di atas mobil. Rayya menyumpal telinga kirinya dengan airpods lalu menyalakan lagu Hujan di Mimpi milik Bandar Neira. Dia memperhatikan sibuknya ibu kota di tengah gerimis hujan pagi ini dari balik kaca mobil yang basah.

"Ra," panggil ayahnya memecah keheningan di antara mereka.

Rayya menoleh. Ayahnya masih fokus menatap lurus kedepan. "Kenapa, Yah?"

"Udah tahu mau masuk jurusan apa?"

Rayya menghela napas. "Rayya masih galau," jawabnya jujur.

"Gapapa. Kalo udah tahu, kasih tahu ayahnya."

Virtualzone [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang