Sekarang Liliane benar benar berada di Malfoy Manor, saat dia masuk ayahnya berada di pintu depan.
"My daughter." seru ayahnya pelan memeluk kecil Liliane.
"Father," balas nya sambil tersenyum kecil.
Lalu Liliane masuk disana banyak Pelahap Maut dia tak akan meninggalkan anaknya dari genggamannya barang sedetik pun.
Saat sampai di ruang pertemuan kini semua mulai mendengar ayahnya bicara,
"Harry Potter telah mati, kejayaan dunia sihir kini milik ku. Kalian harus mengumpulkan Orde dan Laskar Dumbledore. Jangan coba coba ada yang melanggar perintah ku." perintah Voldemort namun dengan cepat dia sela,
"Ya dan biarkan sisanya hidup seperti biasa kalian boleh menghukum yang bersalah, tapi untuk yang tidak bersalah aku melarang keras adanya pembunuhan." kata Liliane tajam.
"Dan ada hak apa kau berbicara seperti itu setelah menghilang bertahun tahun?" Elena Carows menatap Liliane tajam.
"Oh, perlu ku katakan lagi apa yang harus kulakukan disini? Dimitri Avery bawa jalang sialan itu ke penjara bawah tanah, bersama kembarannya." kata Liliane menatap ayahnya langsung diangguki.
Semua langsung menunduk takut melihat Voldemort menuruti keinginan putrinya.
Elena dan Elle tiba tiba pucat pasi.
"Kau lihat? tanpa embel embel aku akan pergi dari sini ayahku akan menuruti apa yang ku mau, I get what i want bitch, ingat posisi ayahku disini dan kau hanya kecoa kecil menjijikan. Tunggu apalagi Avery?" kata Liliane.
Suara Voldemort mengalihkan perhatiannya, "Draco, kuminta kau cari sisa orde bunuh yang harus di bunuh dan kau harus tau bagaimana kelanjutannya." kata Voldemort yang di angguki Draco.
"Ayah, bolehkah aku minta posisi Kementrian Sihir?" tanya Liliane.
"Bukan untukku tentu saja, si bijak Grisha mungkin bisa kau percayai lagipula aku terlalu sibuk mengurus cita citaku." balas Liliane tersenyum.
"Dan apa itu?" tanya Voldemort.
"Menjadi ibu dan istri yang baik, namun aku akan menjadi ibu yang sempurna mungkin, soal suami bisa ku atur nanti."
"Ya, tapi kau harus tau tugas menteri sihir dibawah pimpinan ku." kata Voldemort dingin yang disambut senyum oleh Grisha.
Liliane sangat tau Grisha sangat ingin menjadi menteri sihir.
"Kalian bubar, selain teman dekat anakku." kata Sagitarius membubarkan.
"Wow, mother aku tidak tau kau berani memberi perintah seperti itu." kata Liliane tertawa.
"Ya bergaul dengan ayahmu menjadikan ku hal yang baru." katanya tertawa.
"Lucius? Narcissa? keberatan aku meminjam ruangan ini untuk mengeksekusi orang yang sudah membuat putriku menderita?" tanya Voldemort.
Blaise pucat pasi, walaupun dia belum tau itu anaknya atau tidak, yang jelas ini adalah akhir hidupnya.
"Oh, tentu tidak my lord." balas Lucius menggandeng istrinya dan pergi dari sana karena mereka tau Draco bukanlah sasaran Voldemort. Draco adalah kakak bagi Liliane lagi pula anak tadi terlihat memiliki gen Zabini.
"Well well well, siapa nama mu young lady? both of you?" tanya Voldemort.
"Blaile Gemini Liddle." kata Blaire dengan nada cadel nya. "Liz Gemini Liddle." balas Lizzie juga.
"Kalian memakai nama belakangku rupanya," kata Voldemort tersenyum. "Kalian boleh memanggilku Dark lord or Grandfather." kata Voldemort lalu memeluk kedua putri anaknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
unloved-
Fanfic[Sequel Pureblood] Liliane tidak akan mengira dirinya menjadi bodoh hanya karena mencintai lelaki Zabini itu. Segalanya dia berikan sampai lupa bahwa lelaki tak pernah merasa cukup. Dan dia tak pernah tau hidupnya menjadi sama seperti Ibunya. SPOILE...