Hari Kedua Puluh Satu Tanpamu: Kosong

187 30 0
                                    

Dahulu ketika suami masih ada, tujuh hari dalam seminggu tidak ada yang namanya hari santai kecuali Sabtu pagi hingga tengah hari. Pada saat itu aku berada di rumah, sedangkan suami ada di kantor sampai setengah hari.

Sebetulnya aku itu orang yang selalu berusaha agar hidup selalu seimbang. Maksudnya ketika aku bekerja, totalitas pikiran tercurah pada pekerjaan. Sebaliknya, ketika sedang tidak bekerja, aku akan memanjakan diri dengan segala sesuatu yang bisa me-refresh pikiran dan tubuh agar segar kembali pada hari kerja berikutnya.

Namun, hal tersebut tidak berlaku untuk suamiku. Dia orang yang selalu berusaha produktif pada setiap detik dalam hidupnya. Istirahat dan me-resfresh tubuh baginya adalah cukup tidur 6—8 jam sehari. Sisanya adalah melakukan hal yang bermanfaat.

Oke, aku tidak pernah mau berdebat tentang itu. Bukankah menikah itu harus bisa bersikap kompromistis?

Untuk itu aku selalu menikmati 6—7 jam pada Sabtu pagi hingga siang hari hanya dengan tidur-tiduran membaca novel online atau menonton drama Korea. Sesekali pergi ke salon langganan untuk facial dan creambath. Aku memanjakan diri sebelum suami pulang dari kantor ataupun hari Minggu yang pastinya aku akan diajak berkebun atau keluar mencari media tanam dan berburu tanaman baru.

Kadang bersamanya, aku diajak ke luar kota mengunjungi orang tua atau siapa pun untuk silaturahmi yang menurut dia jauh lebih bermanfaat daripada sekadar glundang-glundung nonton drama Korea dan membaca novel. Suami ideal banget kan?

Namun, aku pun selalu mencari cara agar hidupku tetap enjoy. Aku bisa menikmati segala macam hobiku yang menurut dia unfaedah, tetapi aku juga bisa menuruti semua keinginannya selayaknya istri salihah dengan memanfaatkan kelebihan emak-emak yang selalu multitalenta.

Misalnya ketika kita sedang dalam perjalanan ke luar kota untuk menengok orang tua, dalam perjalanan itu aku bisa konsentrasi diskusi apa pun bersama suami yang sedang menyetir atau mendengarkan ceramah Ustaz Abdul Somad dari channel radio yang dipilihnya, sambil tetap membaca novel online dari ponselku. Demi hidup yang seimbang, begitu pembelaan diriku.

Seperti Sabtu pagi hingga siang ini ketika pekerjaan rumah sudah selesai semua aku kembali asyik dengan diriku sendiri. Sudah hampir enam jam aku berkutat dengan "Hospital Playlist" season I, sebuah drama Korea yang menceritakan kehidupan sehari-hari di rumah sakit dari lima dokter yang telah berteman sejak mereka kuliah. Lima episode sudah aku tonton sejak pagi tanpa ada interupsi yang berarti. Hanya terinterupsi untuk salat Zuhur atau ketika Sefa meminta digorengkan ayam untuk makan siang. Selebihnya aku tenang dan damai menikmati hariku tanpa ada yang menggangu.

Namun, ketika episode kelima selesai, aku sudah mulai bosan. Sungguh tidak menarik jika tidak ada gangguan. Tidak ada yang lalu lalang ke sana ke mari atau naik turun dari atau ke lantai atas hanya untuk menaikkan dan menurunkan media tanam. Bosan karena tidak ada yang over acting sibuk menguras akuarium kemudian meminta tolong sebentar agar aku memegangkan selang air ketika suamiku harus mengelap kaca bagian dalamnya.

Suamiku tidak akan terang-terangan memprotesku dan menyuruhkan berhenti menonton drama Korea. Tidak. Dia hanya akan terlihat sibuk dan sesekali meminta tolong agar aku membantunya sebentar.

Hanya sebentar. Catat itu. Namun, sebentar itu sudah merupakan kode buatku agar aku berhenti dengan hobi unfaedah-ku menurutnya, menonton drama Korea. Dilanjut dengan membantu suami mengerjakan apa pun sampai selesai. Suamiku memang selalu berhasil membuatku menjadi istri yang rajin dan penurut.

Manusia itu baru akan merasakan sesuatu yang kecil, tetapi sangat berarti ketika yang menyebabkan sesuatu itu sudah tidak ada. Ketika tidak ada hal yang membuatku harus menghentikan hobi unfaedah ini, aku baru merasakan betapa ternyata aku membutuhkan gangguan-gangguan kecil itu agar hobiku tetap menarik. Aku membutuhkannya untuk tetap bisa menjadi orang yang bermanfaat seperti keinginan suamiku.

Dia yang biasa membuat gangguan-gangguan kecil itu sudah tidak ada. Hobi unfaedah-ku mungkin masih akan terus berlanjut, hanya ada satu kepingan episode yang membuatku merasa ... kosong. Kekosongan yang ingin kunikmati sendiri dengan merenung dan melamunkan dirimu.

#Sabtu, 26 Desember 2020


Tiga Puluh Hari TanpamuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang