🌵 Home sweet home 🌵

726 71 12
                                    

Typo adalah sebuah kesalahan yang begitu nikmat 🐻🐥

Happy reading 🌵

Entah sejak kapan Naila bisa tertidur dengan tenang, wanita hamil itu begitu lelah menangis di bahu sang ibu. Arin keluar dari kamar Naila, dirinya menemukan anak keduanya yang memandangnya dengan terluka.

"Mbak kenapa Bu?" Tanyanya

"Mb-"

"Mas Devan!!" Pekikan keras dari arah belakang tempat Arin berdiri membuat wanita paruh baya itu berlari masuk kedalam.

Pandanganya tertuju pada Naila yang menangis dengan menyebutkan nama Devan, bahkan wajahnya semakin sembab membuat ibu dan anak itu khawatir.

"Kamu telponin mas kamu ya, telpon mas Devan. Bilang kalau mbak Nai nangis terus" titah Arin pada anak keduanya dan langsung dilakukan oleh pemuda itu.

Arin berusaha memeluk tubuh ringkih anaknya, berusaha menguatkan hati wanita hamil itu. Tak lama anak keduanya datang dengan menggenggam ponsel miliknya yang sudah tersambung dengan sosok lain di jauh sana.

"Nai..."

"Hei kamu denger aku kan?"

"Mas Devan!! Mas aku ma- hiks, mau sama kamu hiks. Me-mereka jahat mas!!" Pekik Naila

"Bentar ya, kamu tunggu bentar lagi. Hari ini juga aku berangkat ke sana"

"Cepetan!! Nai gak mau tahu!! Mas harus cepet ke sini!! Hiks, kalau gak Nai gak mau makan hiks. Biar Nai sakit!!"

"Justru kalau kamu sakit aku gak mau datang, kamu harus makan biar kamunya juga kuat. Aku sayang sama kamu"

"Pergi dari sini, Nai mau ngomong sama mas Devan aja!!" Usir wanita hamil itu pada ibu dan juga adiknya

Arin segera beranjak pergi meninggalkan Naila sendiri dengan telepon yang menyambung pada Devan.
"Hp Nai dibanting sama ay-ayah hiks"

"Nanti kita beli yang baru, kamu jangan nangis aja okeh"

"Ma-mau mas Devan aja"

"Aku otw pulang dulu okeh, baru nanti bisa langsung berangkat ke rumah kamu"

"Gak boleh dimatiin! Aku mau ngomong terus sama mas!!"

"Iyha sayang"

🌵🌵🌵

Semua masalah yang menghalang Devan untuk bertemu dengan Naila sudah usai, Devan segera pergi ke Surabaya bersama dengan kakek dan juga neneknya.

Jika dia sendiri yang pergi, dia yakin bahwa hanya usiran yang dia dapat. Dia ingat betul bagaimana bencinya sang ayah mertua padanya dan jika memaksa pasti akan berakhir dengan tak baik-baik saja.

Perjalan beberapa jam telah mereka lalu, dengan rengekan Naila di sebrang sana. Yah Naila masih menelpon dan terus berbicara banyak hal pada Devan

Jika teleponnya mati dia akan terus mencobanya hingga tersambung lagi, entah kenapa dengannya. Dia bahkan mengunci pintu kamarnya dan tak memperbolehkan siapapun untuk masuk.

Dia hanya mau Devan, lupa dengan makan bahkan istirahat dia hanya mau terus berbicara dengan Devan. Jika dipikir-pikir mungkin Naila sudah benar-benar gila karena rasa rindunya.

Home sweet homeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang