🌵 Home Sweet Home 🌵

704 79 11
                                    

Typo adalah sebuah kesalahan yang begitu nikmat 🐻🐥



Happy reading 🌵

"

Naila kembali Tante?" Suara dari sebrang sana berguru khawatir dan juga menyiratkan kecemasan.

"Iya, Tante sendiri gak paham kenapa itu bisa terjadi"

"Gimana kalau anggota keluarga Naila ngomong ke keluarganya Devan? Kita gak aman Tante"

"Kamu tenang, Tante ini juga lagi cari cara. Kamu tahu kan Tante gak mau kehilangan uangnya pak tua ini, jadi Tante harus mikirin rencana lagi"

"Kalau kita bunuh Naila gimana?"

"Gila kamu, Tante gak mau masuk penjara."

"Terus gimana?"

"Kita biarin aja dulu sampai keluarga Devan bereaksi, kita tunggu gimana tindakan mereka selanjutnya. Tante khawatir kalau kakeknya Devan bakal berbuat buruk untuk balas dendam"

"Maka dari itu kita bunuh Naila"

"Kakeknya Devan jauh lebih berbahaya dari pada apapun, masalah ini sudah begitu besar. Kalau kita bunuh Naila, bukan hanya masuk penjara sebagai ganjaran tapi juga hancurnya semua yang kita punya. Kamu jangan gila, atau kakeknya Devan akan balas dendam jauh lebih keji daripada yang kita lakukan misalnya membunuh orangtuamu yang tak tahu apa-apa"

"Ck, aku takut. Aku takut kalau anak Tante bakal ke goda lagi sama Naila"

"Kamu harus percaya sama Tante, kita harus tetap tenang. Nanti Tante hubungi lagi" Sambungan itu terputus.

___

Malam itu juga Devan membawa Naila kembali, setelah mendapatkan restu dari kedua orangtua Naila tentu saja. Devan tak ingin berlama-lama di tempat yang dulu hampir membuat nyawanya melayang, lagipula dia ingin bebas memeluk Naila tanpa halangan.

Selama perjalanan Naila tertidur dengan begitu pulas, wanita hamil itu tak terusik dengan guncangan saat perjalanan ataupun bahkan keributan dari kakek nenek Devan. Seperti putri tidur atau lebih tepatnya seperti orang yang tak tidur selama beberapa hari, tapi sepertinya opsi kedua jauh lebih tepat.

Naila tak pernah tertidur dengan begitu nyenyak selama beberapa hari ini, makannya pun tak lahap, dirinya jauh banyak melamun berbeda seperti hari biasanya. Penurunan berat badan sepertinya terlihat begitu jelas walaupun hanya beberapa kilo saja, tapi stress berlebih itu yang sempat membuat Naila mengalami tekanan darah.

"Ingat janji mu loh Dev?" Peringatan yang kakeknya katakan membuat Devan mengangguk saja. "Kakek membiarkan kamu menjadi pegawai biasa karena kakek tahu kamu perlu banyak beradaptasi."

"Devan tahu kek, kakek tenang saja Devan akan lakukan yang terbaik" ujar Devan dengan penuh keyakinan. "Ohya, masalah istrinya ayah gimana? Apa kita perlu bertindak?"

Ilham yang duduk didepan seketika mengalihkan pandangannya ke luar jendela. Kebetulan kali ini mereka memutuskan untuk menggunakan driver untuk mengantarkan mereka kembali, karena Naila yang tak mau lepas dari Devan dan juga kakeknya yang sudah berumur.

"Kakek akan temui mereka, kamu tak perlu khawatirkan hal itu. Fokus ke kehamilan Naila jangan pikirkan apapun, kakek sendiri yang akan buat perhitungan"

Devan melihat dengan jelas kerutan di dahi kakeknya itu, dia sendiri belum kenal dengan dalam seperti apa kakeknya. Dia juga tak tahu jika kakeknya begitu kejam jika menyangkut keluarga, wajahnya yang biasa ceria berubah menjadi begitu kejam sedikit banyaknya membuat Devan takut.

Home sweet homeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang