🌵 Home Sweet Home 🌵

688 64 10
                                    

Typo adalah sebuah kesalahan yang begitu nikmat 🌵🌵



Happy reading 🌵

Devan masih kekeh dengan pendiriannya, dia masih tak bersuara walaupun beberapa kali Naila mengajaknya berbicara. Belum lagi dia menolak untuk di pegang oleh Naila, benar-benar menjaga jarak.

Jika kalian berharap Naila akan cuek saja atau malah ganti ngambek seperti wanita pada umumnya maka kalian salah besar, Naila kelimpungan dan sudah siap untuk menangis. Kali ini Devan berada di ranjang dan tengah bermain game.

"Mas Devan" suara sedih Naila tak mampu membuat Devan mengalihkan pandangannya dari smartphone itu. "Mas Devan aku minta maaf"

Naila mengigit bibirnya, menengadahkan kepalanya, lalu mengedipkan matanya berkali-kali untuk menghalangi air matanya jatuh. Wanita itu sadar jika dirinya sudah keterlaluan pada suaminya, apalagi Devan sampai marah seperti ini. Itu artinya dia keterlaluan sekali.

"Hiks..."

Devan menolehkan kepalanya dengan cepat, matanya terbelalak saat melihat Naila mulai menangis. Ah dia juga sudah keterlaluan karena membuat Naila menangis. Devan meletakkan smartphone nya dan menegakkan tubuhnya. Memeluk tubuh wanita itu dengan erat.

"Hiks ja-jangan marah lagi!! Hihi hiks aku gak suka kamu yang jadi diem kayak dadi, ak-aku salah!!" Devan segera merengkuh tubuh bergetar itu dan menyandarkan kepala Naila ke pundaknya.

"Iya aku maafin, jangan nangis lagi euh" Devan mengusap pelan punggung Naila agar wanita itu sedikit tenang.

Naila menggeleng-gelengkan kepalanya kuat. "A-aku salah!! Ak-hiks aku seharusnya gak kayak gitu"

"Udah ah jangan nangis lagi" Devan menggerakkan badannya ke kanan dan ke kiri.

Tak ada yang berbicara setelahnya, Naila fokus menangis dan Devan mulai mengantuk. Dan yang tidur lebih dulu adalah Naila, wanita itu terlalu lelah menangis sampai akhirnya tertidur di pundak Devan.

Devan membaringkan Naila lalu menyusul wanita itu tertidur, keduanya sama-sama terlelap hingga menjelang malam. Devan bangun lebih dulu karena badannya pegal, dia duduk dan menatap sekitar lalu beranjak bangun.

Devan ke kamar mandi untuk cuci muka dan juga mandi tentu saja, barulah dia keluar berniat untum membangunkan Naila. Tapi ternyata wanita itu sudah terbangun terlebih dahulu dan sekarang tengah berdiam diri mengumpulkan nyawa.

"Mau pulang apa nginep?" Devan duduk di bawah dan tangannya memegang lengan Naila.

"Kita pindah aja gimana, aku betah disini" Naila menggerakkan tangannya untuk mengarahkan Devan agar berdiri.

Devan pun menurut, lalu Naila memeluk perut suaminya dan menyandarkan kepalanya di sana.

"Kenapa gitu?"

"Karena menurut ku, di sana dan di sini sama aja. Gak ada tetangga, atau kalau misalnya kita disini kita bakal punya tetangga." Suara lirihnya sedikit tak terdengar karena teredam di perut Devan.

"Okey kita pin-"

"Aku juga mau bilang, kalau aku mau cuti kuliah untuk sementara waktu. Mungkin sampai satu tahun lagi baru aku kuliah lagi" Devan tersenyum tipis lalu mengusap lembut kepala istrinya.

Home sweet homeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang