🌵 Home Sweet Home 🌵

693 61 13
                                    

Typo adalah sebuah kesalahan yang begitu nikmat 🌵🌵

Happy reading 🌵

"Apakah telinga kalian sudah tak berfungsi?" Nada tajam dan juga penuh amarah itu keluar dari bibir Ilham yang kini tengah mengintrogasi dua wanita yang tak terlalu dia kenal itu.

"Ma-"

"Maaf!!? Kau kira ini mudah untuk dimaafkan?" Mata tajam Ilham tak pernah melepaskan kedua orang yang merasakan ke takutkan ini. "Kalian diam disini sampai tamu lain akan datang melihat bagaimana kalian hancur"

Tak lama pintu ruangan Ilham dibuka oleh sekertaris nya yang membimbing beberapa orang untuk ikut masuk ke dalam.

"Kakek?" Sapa salah satu tamunya yang berdiri didepan sang istri.

"Kalian sudah datang, duduklah ada persembahan untuk kalian" perintah Ilham yang diakhiri oleh dengusan malas.

"Kakek, cicit kakek minta dibeliin takoyaki" suara menggemaskan itu berasal dari seseorang yang berdiri dibelakang punggung suaminya.

Senyuman lebarnya mampu membuat pria tua itu tersenyum karena gemas. "Ah baiklah, kakek akan berikan apapun untuk cicit kakek. Tapi sebelum itu kami harus jadi anak penurut dan dengarkan semua, okey?" Wanita itu mengangguk-angguk mengerti lalu berlalu pergi terlebih dahulu untuk duduk di sofa yang ada di ruangan ini. "Kalian tuli?"

Orang yang berdiri tadi seketika ngacir ikut duduk wanita hamil yang kini sibuk memakan camilan yang ada di meja, wajah mereka menelisik apa yang akan dilakukan eh pria tua ini.

"Bisa kita mulai, pertama-tama kita awali dengan pernikahan mendadak antara Naila dan Devan. Keduanya bukan menikah dengan suka rela ataupun penuh cinta, Naila tak mengkhianati Galang dan Devan juga tak gila merebut apa yang membuat adiknya bahagia. Walaupun nyatanya Galang selalu merebut apa yang membuat Devan bahagia. Kejadian dimana Devan tidur dengan Naila di pesta ulang tahun Galang bukanlah kejadian sengaja, itu sudah direncanakan oleh dua orang ini. Riska dan Anum, keduanya yang memasukkan obat perangsang pada minuman Devan dan juga Naila. Lalu mengunci mereka di ruangan dan sama, kejadian itu sesuai apa yang mereka rencanakan." Ilham kembali menatap tajam dua orang yang duduk di depannya saat ini.

"Ma-maksudnya? Mama" Galang menatap ibunya tak percaya.

"Gal-"

"Aku benar-benar gak percaya mama bisa sejahat itu" Galang mengepalkan tangannya.

Galang masih berusaha untuk menahan amarahnya sendiri agar, agar tak melukai ibunya yang saat ini tengah menundukkan kepalanya. Sedangkan ayah Devan tercenung, dia tak bisa berkomentar apa-apa karena terlalu kaget dengan pengakuan itu. Sedangkan Devan dan Naila, pasangan freak itu tengah dengan santainya makan camilan dan menyaksikan semuanya tanpa keterkejutan.

"Kalian akan jauh lebih terkejut ketika mendengar alasan mereka melakukan ini" Ilham kembali bersuara dengan nada mengejek. "Riska ingin harta ayahnya Devan, sedangkan Anum ingin Galang. Apa seharusnya aku kirim mereka ke penjara sekalian, karena ini termasuk dalam tindakan tak menyenangkan?"

Riska dan Anum terdiam, mereka tak tahu harus berkomentar apa. Rasa takut menggelayuti mereka, apalagi setelah Ilham mengatakan akan mengirim mereka ke penjara.

"Baiklah aku tak ingin berlama-lama dengan kalian, karena cicit ku ingin takoyaki. Aku membebaskan kalian melakukan apapun, yang terpenting semua ini sudah jelas dan tak ada ke salah pahaman lagi. Jangan ganggu lagi keluarga ku atau kalian akan mendapatkan balasannya dengan lebih kejam, sekarang pergi semua" perintah Ilham

Kecuali Naila dan Devan semua orang berjalan keluar tanpa bantahan, bahkan mereka saling diam dengan pandangan yang berbeda-beda.

___

Sepulang dari kantor Ilham, Devan membawa Naila kerumah baru mereka. Bukan untuk tinggal tapi hanya untuk sekedar mengecek saja, lagipula mereka sudah bersepakat untuk menepati rumah itu setelah anak mereka lahir. Sedangkan untuk sekarang mereka masih begitu menikmati tinggal di lingkungan itu

Barang-barang mereka sudah disusun dengan rapi sesuai keinginan si calon ibu, ditata dengan rapi dan sudah siap ditinggali. Rumahnya juga bersih karena Devan membayar orang untuk membersihkannya, 3 hari sekali.

"Mas!!" Suara melengking Naila membuat Devan yang duduk disebelahnya merasakan telinganya berdengung.

"Apa?!"

Bukan menjawab Naila justru cengengesan di samping sang suami. "Ambilin minum aku haus"

"Ambil sendiri kayak gak punya kaki aja" omel Devan

Tapi nyatanya pria itu berdiri dan mengambilkan apa yang istrinya minta, lalu memberikannya. Dia kembali duduk dan menonton kembali film yang mereka tonton.

"Mas" Devan hanya bergumam membalas panggilan itu. "Pengen liat train to Busan"

"Gak gak" Devan mendelik tajam pada sang istri yang kini mengerucutkan bibirnya. "Aku gak mau kalau sampai kamu gak nafsu makan"

"Ihh pengen liat mas, dulu aku pernah liat tapi sekarang pengen liat lagi." Desak Naila.

Dia ingin melihat film itu, pengen liat adegan sedih dimana sang ayah yang mengorbankan diri demi putrinya. Tapi justru Devan menolak dengan alasan tak logis menurutnya.

"Gak"

"Ayolah"

"Sekali gak ya tetep enggak, aku jijik sayang."

"Tapi aku gak" Devan berdecak malas.

"Kalau gitu kamu aja yang nonton aku ke kamar aja" bukan Devan takut ataupun apa tapi dia itu jijik.

Melihat banyaknya darah yang ada di film itu membuatnya mual. Dia sudah melihatnya dulu bersama dua sahabatnya, alhasil dia yang kehilangan nafsu makan selama seharian karena terus mengingat-ingat. Jadi dia malas untuk menonton lagi.

"Gak boleh temenin aku" Naila meraih lengan Devan dan memeluknya erat. "Masa kamu mau jadi pengecut?"

"Jadi pemulung aku, udah lepasin aku mau ke kamar aja kalau kamu masih pengen liat itu" Devan mencoba melepaskan pelukan Naila.

Naila menggelengkan kepalanya dan semakin erat memeluk lengan kekar suaminya. "Gak mau dilepas"

"Ya udah kalau gitu jangan liat film itu"

"Tapi aku pengen liat mas, anak mu ngidam pengen liat itu" biasanya kalau sudah bawa-bawa ngidam Naila pasti dituruti.

___

"Huek, huek"

Devan memuntahkan semua yang tadi dia makan selepas melihat film yang istrinya minta. Devan terduduk di sebelah closed sambil memegang perutnya, wajahnya pucat pasi karena banyak muntah.

"Mas gak papa?"

"Gak papa pala mu, dah mau sekarat kayak gini masih tanya kamu gak papa" batin Devan sambil menatap sayu Naila. "Iya aku gak papa" udah pada dasarnya Devan itu bucin setengah mati.

Mana berani dia mengolok-olok Naila, bisa-bisa wanita hamil itu tak mau dia sentuh dan lebih parahnya dia tak boleh tidur seranjang dengan Naila. Maka dari itu dia lebih mencari jalan yang aman.

"Kamu sih maksa liat"

"Bodoamat deh dek" Devan sudah tak tahan untuk tidak membalas perkataan nyelekit Naila.

"Dih gitu aja marah, ngambekan kamu." Naila bersingut pergi dari depan kamar mandi entah kemana.

Devan membiarkan begitu saja, lagian dia masih belum punya tenaga lebih untuk mengejar Naila. Dia juga berencana untuk mogok bicara dengan wanita itu, ngambek dia itu. Lagian bukan dibantuin, malah wanita itu mengatakan jika dirinya yang memaksa.


Tbc...
Vote and comen 🤗🤗

Kejar ending jadi sering up.

Dadada

Home sweet homeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang