Typo adalah sebuah kesalahan yang begitu nikmat 🌵🌵
Happy reading 🌵
Dirawat sehari di rumah sakit membuat Devan jenuh, sekalipun sehari dua malam tapi membosankan juga berada di ruangan berbau obat-obatan ini. Setelah diperbolehkan pulang oleh dokter, Devan sesegera mungkin untuk cepat pulang.
Selain jenuh dia juga memikirkan tentang keuangannya, beberapa hari lagi dia harus membayar uang untuk ujian Naila. Belum lagi untuk membeli sesuatu, dia harus memutar otaknya.
Sampai di rumah Devan bersama dua sahabatnya karena Naila ada kelas jadi hanya mengantarkan di depan kostan saja. Dua orang itu tak punya malu, tanpa disuruh dan dipersilahkan mereka sudah goleran di kasur lantai yang mereka beberkan sebelum goleran.
"Lo mikir apa Dev, Lo paling muda tapi masalah Lo kayak gak pernah habis diantara kita" tanya David yang tahu bahwa Devan tengah melamun dipinggir kasur
"Gue bingung, rumah yang baru gue beli. Butuh diisi sedangkan bentar lagi harus bayar uang kuliahnya Naila dan tentunya gue juga. Dapat darimana gue uang sebanyak itu" keluhnya
"Bayar uang kuliah Lo aja dulu, itu lebih penting urusan isi rumah Lo mah gampang. Nanti Lo bisa cicil satu-satu, inget Lo jangan ambil kerjaan lebih. Karena Naila butuh perhatian Lo bukan hanya uang Lo, Lo sendiri butuh istirahat. Semuanya gampang aja kalau Lo bisa kontrol apa yang Lo mau dan mikirin diri sendiri." Ujar Raka sambil memandang Devan yang kini menatapnya balik.
"Lagipula gue lihat Naila betah disini. Setahu gue dia itu anak manja tapi dengan Lo, liat dia mampu bertahan dan hilangin sifat manjanya walaupun gak terlalu banyak" lanjutnya
"Tapi gue pengen bahagian dia juga, gak mungkin gue terus-terusan tinggal di kostan sama dia"
"Makannya itu tolol, Lo cicil sedikit-demi-sedikit. Urusan cafe juga udah kalian bagikan? Jadi ya Lo hanya kembangin cafe punya Lo aja, kagak usah pikirin apapun lagi. Rezeki udah ada yang atur bro" kini David yang menyahut
"Dia mah tololnya mendarah daging, kebanyak pikiran mulu anaknya." Devan menatap sengit dua sahabatnya yang tertawa terbahak.
Mereka terus melanjutkan obrolan hingga dua diantara mereka disusul pulang oleh pacarnya, biasa mereka termasuk dalam jajaran laki-laki takut pacar.
"Mas~~" rengek Naila dengan menghamburkan pelukannya pada Devan dan Devan membalasnya dengan sepenuh hati.
Ngomong-ngomong para sahabat Devan sudah pulang, kini yang tersisa hanya Devan dan Naila.
"Kenapa hmm?"
"Pengen peluk aja, tadi di kampus gak asik" adunya membenarkan pelukannya jadi duduk diatas pangkuan Devan dengan tangan yang masih melilit di leher Devan
"Ya udah jalani aja"
"Aku tadi bayar uang kuliah aku sama mas, maaf ya gak bilang-bilang." Devan kaget dong, dia mengurai pelukannya.
"Kenapa?"
"Karena aku punya uang, mungkin uangnya mas bisa dibuat yang lain. Gakpapa kan?" Merasa tak berguna, untuk pendidikan saja dia harus ditanggung sang istri
Devan memeluk Naila dengan erat membuat Naila kaget, karena Devan benar-benar erat dan menyenderkan kepalanya di pundak Naila.
"Mas kenapa?" Gak ada jawaban justru isakan yang Naila dengar
Badan Devan bergetar, Naila mengelus punggung lebar milik suaminya. Dia tak tahu kenapa Devan menangis, apa karena kehamilannya?
"Aku gak berguna ya?" Tanyanya lirih tepat ditelinga Naila
KAMU SEDANG MEMBACA
Home sweet home
FanfictionDevan dan Naila harus menjadi suami istri saat keduanya belum terlalu mengenal satu sama lain, hidup bersama entah sampai kapan. Bukan dijodohkan seperti biasanya, tapi karena ulah licik seseorang membuat mereka harus hidup bersama dalam ikatan ruma...