🌵 Home Sweet Home 🌵

1.3K 41 6
                                    

Typo adalah sebuah kesalahan yang begitu nikmat 🌵🌵

Happy reading 🌵

PS: ini bab masih tentang paska Naila melahirkan dan penyelesaian konflik.

___

Kondisi bayi mereka yang belum begitu stabil membuat keduanya masih dirawat di ruangan berbeda dari ibunya. Naila yang sudah gak sabar terus mendesak Devan untuk meminta izin pada dokter.

Dokter baru mengizinkan Naila untuk bertemu dengan bayinya setelah hampir 26 jam di pisahkan. Memang yang perlu penanganan lebih lanjut hanya satu bayi, sedangkan satunya sih sudah aman-aman saja. Tapi Naila tak tega jika hanya melihat satu bayinya sedangkan satu bayinya yang lain masih berada di ruangan berbeda. Sekalian Naila mengajarkan dirinya sendiri untuk adil kepada dua anaknya.

Naila duduk di kursi roda sedangkan Devan mendorongnya. Mereka sampai di sebuah ruangan dengan kaca besar yang memungkinkan untuk orang-orang melihat apa isi didalam ruangan itu.

Suster yang sudah diberikan perintah oleh dokter yang menangani Naila, sudah memindahkan bayi kembar itu dekat dengan jendela kaca. Naila tersenyum lebar melihat dua bayi yang sepertinya terusik oleh cahaya matahari

"Ganteng banget" gumam Naila mengagumi dua anaknya. Naila menolehkan wajahnya keatas. "Kayak kamu, semuanya mirip sama kamu deh, aku gak kebagian"

Devan tersenyum malu, semua orang mengatakan hal yang sama. Dua bayi itu mirip dengannya. "Kan masih bayi sayang, wajahnya bisa berubah-ubah seiring berjalannya waktu"

Naila mendengus malas tapi akhirnya memilih melanjutkan kegiatannya mengagumi anaknya. "Namanya siapa mas?"

Devan mengerucutkan bibirnya. "Aku pengen yang simpel aja, gak berawalan huruf a ataupun huruf z" Naila mengerutkan dahinya jelas.

"Memang kenapa?"

"Kasihan kalau mamanya diawali huruf A, nanti dapat absen pertama terus gak bisa nyontek, kalau di kasih nama huruf Z pasti dia dapat absen terakhir." Naila berdecak malas.

Hei dia sudah menantikan penjelasan yang begitu bermutu daripada hanya meributkan tentang absen kelas dan menyontek. Bahkan mereka masih begitu kecil untuk membicarakan sekolahan.

"Serah kamu aja deh yank" Naila kembali fokus pada bayinya. "Terus dikasih nama siapa?"

"Em Daffa Argani untuk si kakak terus  Daffi Argani buat si adek" Devan membelai rambut Naila dengan sayang.

"Arti nama itu?"

"Gak tau, aku iseng aja." Sungguh Naila ingin sekali mengubur hidup-hidup Devan saat ini juga.

Dia terlalu berharap, berharap Devan akan memberikan alasan yang logis untuk nama anak mereka. Atau setidaknya beritahu arti nama itu.

"Kamu kok gitu sih mas!!" Ingin menendang-nendang tapi Naila sadar jika dia baru saja melahirkan.

Devan mengerutkan keningnya tak paham. "Memang aku kenapa?"

Home sweet homeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang