1. 5 - Daddy
•••••
Hari ini Qiana tidak pergi ke kantornya karna tidak ada pekerjaan yang harus ia lakukan. Sebenarnya ada, cuman hanya sedikit dan ia bisa meminta bantuan sekretarisnya. Hitung-hitung libur satu hari tak menjadi masalah.
Pagi ini Qiana sedang sarapan dengan kedua orangtuanya, tak lupa ada Sannya dan kakaknya, Qiano. Mereka sarapan dengan tenang sesekali bercengkrama.
“Grandma, grandfa, kemarin Diego bercerita kalau ia mempunyai adik bayi. Apakah Sannya juga bisa punya adik bayi?” tanya Sannya penasaran disela kunyahannya.
Uhuk uhuk
“Hati-hati” Qiano menepuk halus punggung adiknya yang tersedak. Ia memberikan Qiana air putih yang langsung ditegak habis olehnya.
Qiana tersedak karna ucapan putrinya.
Diego adalah teman Sannya, rumahnya berada didepan rumah mereka. Memang, ibunya Diego melahirkan bayi perempuan cantik 2 hari yang lalu.
“Mommy tidak apa-apa?” tanya Sannya panik. Ia turun dari kursinya dan mendekati Qiana.
“Tidak Queen. Mommy tidak apa-apa” jawab Qiana menahan air matanya untuk tidak keluar.
“Maafkan Sannya, karna Sannya mommy tersedak” mata Sannya sudah berkaca-kaca.
“Tidak Queen ini bukan salahmu. Mommy hanya tidak hati-hati” Qiana tersenyum supaya Sannya tidak khawatir kepadanya.
“Ayo makan lagi Queen mommy tidak apa-apa” Anatasya Parker, ibu Qiana berujar. Ia tau anaknya tersedak karna ucapan sang cucu.
“Iya Queen, mommy hanya tersedak tak perlu khawatir” Tambah Qavieer Parker, ayah Qiana.
Sannya pun kembali ke kursinya dan melanjutkan makannya. Meskipun ia sudah tak nafsu karna khawatir dengan ibunya. Sedangkan Ana dan Qavieer memandangi Qiana penuh harap. Mereka pun kembali menyantap sarapan pagi ini.
•••••
Tok tok tok
Qiana yang baru saja keluar dari kamar mandi langsung berjalan membuka pintu kamarnya. Ternyata ibunya yang mengetuk pintu.
“Qiana, bisa mommy berbicara denganmu?” tanya Ana.
“Ya, mommy ingin berbicara apa?” Qiana mempersilahkan ibunya masuk. Mereka duduk disofa yang ada di kamarnya.
Awalnya Ana seperti ragu mengatakan sesuatu kepada Qiana, ia pun menghela nafas setelah lama mereka terdiam.
“Kamu tidak ingin memikirkan permintaan Queen?” tanya Ana akhirnya. Fyi, orang terdekat Sannya memanggilnya dengan nama tengahnya, Queen.
“Maksudnya mom?” sahut Qiana tak paham dengan maksud ibunya.
“Ya menikah. Kau tak ingin? Kasihan Queen, ia membutuhkan seorang daddy. Meskipun ia bukan” belum selesai Ana berbicara tapi Qiana sudah memotongnya.
“Stop mom, aku tak suka jika mommy menyebut Queen bukan anakku. Ia putriku satu-satunya” meski Qiana tak suka tapi ia masih berbicara lembut. Bagaimanapun Ana adalah ibunya.
“Ya mommy tau. Kau juga sudah pantas untuk menikah. Jika kau tak punya Queen, mommy tak masalah. Bukankah Queen sudah terlalu sering menanyakan sosok daddy nya” itu bukan pertanyaan, tapi pernyataan. Qiana tak menyangkal jika Sannya terus bertanya sosok daddy nya, dan Qiana hanya membalas dengan senyuman kepada Sannya.
“Queen hanya membutuhkan aku mom, ia punya Ano yang bisa menjadi daddy nya. Queen juga punya kakek nenek lengkap. Jadi tak masalah” ujar Qiana.
“Jangan egois Qiana. Kamu hanya melihat Queen ketika dia sadar akan kehadiranmu. Tapi mommy pernah memergokinya menangis sambil menyebut daddy” Qiana tampak terkejut dengan penjelasan ibunya. Bagaimana jika Qiana yang memergokinya, Qiana tak akan sanggup membayangkanya.
“Ya mom, keluarlah. Aku akan memikirnya” bukan bermaksud tidak sopan. Hanya saja Qiana pusing ditambah kesedihan menghampirinya tiba-tiba.
“Mommy harap kau memikirkannya dengan baik” setelah itu Ana keluar dari kamar Qiana.
Dikamarnya Qiana terus memikirkan ucapan ibunya. Sungguh ia bersedih saat ini. Ia bisa saja menikah dengan pria yang mencoba mendekatinya. Tapi tak ada satupun dari mereka yang diterima Sannya. Sannya tak mudah untuk didekati.
Pernah suatu hari Qiana berkencan dengan pria, dan Qiana mengenalkan putrinya kepada pria itu. Tapi Sannya menangis dan meminta pulang, ia berkata bahwa ia tidak menyukai om itu.
Tapi…
Ada 1 pria asing yang diterima Sannya, yaitu Elrick. Tapi Qiana juga tidak mungkin meminta Elrick menikahinya hanya karna Sannya. Ia tau bahwa Elrick pria bebas yang sering bermain wanita. Ia juga tak menolak kehadiran Elrick karna ia tau Elrick hanya sekedar ingin mengenalnya, mungkin. Pria seperti Elrick pasti tidak ingin hubungan mengikat seperti pernikahan.
Memikirkannya membuat Qiana pusing.
•••••
Setelah memarkirkan mobilnya dihalaman rumah Qiana, Elrick bergegas turun. Ia menekan bel rumah Qiana dan tak lama pintu bercat putih itu terbuka, pelayan yang membukanya.
“Maaf tuan, ingin bertemu siapa?” tanya pelayan itu sopan sambil menunduk.
“Saya ingin bertemu Qiana” ujar Elrick kepada pelayan itu.
“Silahkan masuk tuan. Saya akan memanggil nyonya Qiana” setelah mempersilahkan Elrick masuk, pelayan itu segera kelantai atas untuk memanggil nyonya nya. Dan selagi menunggu, Elrick memandangi foto-foto yang ada disana.
Rumah Qiana tak jauh berbeda dari rumahnya, sama-sama mewah.
Elrick duduk disofa menunggu kedatangan 2 perempuan yang berhasil merebut perhatiannya. Bunyi ketukan heels mengalihkan perhatiannya kearah tangga. Disana, Qiana dan Sannya, perempuan yang sedang ia tunggu sedang berjalan menuju kearahnya.
“Hallo uncle, ada keperluan apa uncle kesini?” Sannya gadis kecil yang sangat cantik berjalan anggun menuju kursi disampingnya. Berbeda dengan sang anak, Qiana lebih memilih duduk dihadapannya.
“Uncle rindu denganmu dan mommy mu sayang” jawab Elrick menatap Qiana dan mengedipkan sebelah matanya, menggoda. Hal itu dibalas gelengan kepala oleh Qiana. Semenjak 1 bulan yang lalu Qiana mengenal Elrick, ia sudah mengetahui bahwa Elrick ingin mendekatinya dan Sannya.
“Apakah kau tidak ada pekerjaan sampai siang-siang begini kesini. Harusnya kau makan siang dengan klienmu” ujar Qiana yang duduk anggun didepan Elrick. Elrick sudah mengetahui jika Qiana tidak datang ke kantor hari ini. Fyi, mereka sudah bertukar nomor telpon pribadi.
“Tidak, hari ini aku ingin mengajakmu dan Queen makan siang bersama” ujar Elrick santai dan mengelus rambut lembut Sannya.
“Benarkah uncle?” tanya Sannya girang. Ia bangkit dan duduk dipangkuan Elrick lalu mengalungkan tangannya dileher Elrick.
“Iya sayang. Apakah ada tempat yang ingin Queen kunjungi?” selama mengenal Sannya, Elrick tau Sannya akan semangat mengatakan sesuatu yang ia inginkan.
Lama Sannya terdiam sambil menatap Elrick. Sampai ia berkata,
“Uncle, can I call you daddy?” bukannya menjawab pertannya Elrick, Sannya malah bertanya hal lain. Sedangkan Elrick dan Qiana menatap terkejut Sannya.
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
Can I Call You Daddy?
RomanceAbout Qiana Ethelyne Parker and Elrick Richardson. Berawal dari pertemuan Elrick Richardson dan gadis kecil bernama Sannya Queen Parker yang merupakan putri Qiana Ethelyne Parker. Elrick sangat tidak suka dengan anak-anak kecil karena sangat menggan...