2. 4 - Need Explanation
•••••
Setelah sampai di kamar hotel, Elrick membuka ponselnya. Ia segera menghubungi Qiana supaya wanitanya tidak salah paham apabila sudah melihat siaran langsung itu.
Namun sampai panggilan kelima, panggilannya tidak kunjung dijawab membuat Elrick frustasi. Kemana wanitanya? Apa ia sudah melihat siaran acara sialan tadi dan membencinya?
“Aku akan membunuh jalang itu jika ia membuat wanitaku salah paham” geram Elrick. Ia menyugar rambutnya frustasi. Bagaimana jika Qiana salah paham? Bagaimana jika wanitanya menolak menikah setelah melihat siaran itu? Bagaimana jika wanitanya tidak menganggapnya serius? Terlalu banyak pikiran yang bersarang di otak Elrick.
Bunyi panggilan masuk membuat Erick segera memeriksa ponselnya, ketika melihat sang pemanggil ia tak membuang waktunya karna Qiana yang menghubunginya kembali.
“Sayang” ujar Elrick panik.
“Ya, what happen Elrick. Aku sedang perjalanan pulang” tanya Qiana diseberang telpon. Ia sedang didalam mobilnya, sebelah tangannya ia gunakan untuk mengontrol setir sedangkan tangan kirinya unuk memegang ponsel.
Elrick bernafas lega, setidaknya Qiana tidak melihat siaran itu. Atau mungkin belum, “Aku merindukanmu” ujar Elrick, ia duduk di sofabed yang membelakangi ranjangnya.
Qiana terkekeh, “kita baru saja berjumpa kemarin” ujar Qiana diseberang.
“Rasa rindu tak bisa dibendung sayang. Kau tidak merindukanku?” tanya Elrick sedih.
“Aku juga merindukanmu” jawab Qiana menahan senyum.
“Tidak, sepertinya hanya akulah yang merindukanmu” rajuk Elrick.
“Yasudah jika kamu tak percaya” Qiana berbicara santai.
“I believe you, btw kenapa tidak ada suara Queen?” tanya Elrick karna tidak mendengar suara Sannya sejak panggilannya terhubung.
“Queen sudah pulang saat jam makan siang, katanya tidak suka berada di kantor karena tidak ada kamu” jawab Qiana mengingat ekspresi Sannya yang menggemaskan.
“Begitukah?” kehadiran Elrick memang sangat mempengaruhi Sannya.
“Ya begitulah, jadi aku meminta daddy untuk menjemputnya karna aku ada meeting” balas Qiana.
“Apa kamu sudah memikirkannya?” tanya Elrick.
“Maksudmu?” tanya Qiana tak mengerti.
“Lamaranku sayang. Apa pekerjaanmu sangat banyak sehingga kamu melupakannya?” tanya Elrick kesal.
“Aku sudah menentukan pilihanku, jadi cepat selesaikan pekerjaanmu daddy” ujar Qiana. Ia memarkirkan mobilnya setelah sampai di halaman rumah.
“Haruskah aku pulang malam ini?” tanya Elrick tak sabar.
“Tidak, selesaikan pekerjaanmu dulu. Aku tidak akan memberitahumu jika kamu pulang sekarang” ancam Qiana.
“Huh fine” keluh Elrick. Ia harap jawaban Qiana sesuai dengan harapannya.
“Mommy” Elrick mendengar suara gadis kecil.
“Queen sudah mandi?” tanya Qiana membalas pelukan putrinya.
“Sudah dong” jawab Sannya bangga.
“Queen ingin berbicara dengan daddy?” tanya Qiana.
“Daddy sudah kembali?” Sannya berkata sambil memperhatikan belakang Qiana.
“Ini” Qiana memperlihatkan ponselnya yang tertera nama ‘Daddy Queen’.
“Daddy” Sannya segera merebut ponsel yang ada ditangannya. Ia segera duduk di kursi ruang keluarga. Sedangkan Qiana naik ke lantai atas dimana kamarnya berada. Ia harus membersihkan diri biarlah Sannya berbicara dengan daddy nya itu.
“Suaramu menyakiti telinga daddy, Queen” goda Elrick. Mereka sudah mengganti panggilan suara menjadi video call.
“Daddy cepatlah kembali, Sannya rindu” Sannya tidak menghiraukan godaan sang ayah.
“Besok daddy kembali” ujarnya.
“Jangan lupakan mainan Sannya ya dad” manja Sannya.
“Mainan apa?” tanya Elrick pura-pura lupa.
“Ihh Sannya gak jadi rindu daddy” kesal Sannya. Elrick terkekeh melihat wajah cemberut putrinya, menggemaskan sekali.
“Iya Queen, daddy tidak akan melupakannya. Dimana mommy mu?” tanya Elrick karna Qiana tak muncul lagi.
“Mommy ke kamarnya, mungkin mandi” jawab Sannya.
“Baiklah, disini hampir tengah malam daddy harus istirahat” ujar Elrick. Sebenarnya ia masih ingin mengobrol dengan Sannya, namun besok pagi ia harus mengunjungi sebuah proyek barunya dan segera kembali ke negara asalnya setelah selesai.
“Baiklah daddy, Sannya sayang daddy” mereka melakukan ciuman secara virtual. Dan sambunganpun terputus.
“Queen sudah selesai berbicara dengan daddy?” tanya Qiana yang sedang berjalan di anak tangga.
“Sudah mom, disana sudah tengah malam jadi daddy harus istirahat” Sannya memberikan ponselnya kepada sang ibu.
“Oh ya dimana grandma dan grandfa?” tanya Qiana karna ia tak melihat orangtuanya sedari tadi.
“Grandma sedang menyiapkan makan malam, lalu grandfa sedang berada di taman belakang” jelas Sannya. Ia ditemani sang kakek nenek di rumahnya sejak kembali ke rumah.
Qiana menganggukkan kepalanya dan berjalan meunju dapur. Disana ada sang ibu yang sedang mempersiapkan makan malam.
“Mom, ada yang bisa aku bantu?” tanya Qiana kepada sang mommy. Sebenarnya ada beberapa pelayan disini, namun Ana hanya ingin ialah yang bertugas memasak. Tapi tak urung juga sesekali ia meminta bantuan mereka.
“Ini sudah selesai sayang” ujar Ana sambil meletakkan piring diatas meja.
“Queen, panggil grandfa kita akan makan malam” ujar Ana kepada sang cucu.
“Okay grandma” teriak Sannya.
Tak lama Qavieer bergabung, merekapun memulai makan malam bersama. Saat sedang menyantap makanan tiba-tiba Ana membuka suara,
“Ano tidak pulang lagi?” tanya Ana sedih. Sedih karna sang putra jarang pulang ke rumah semenjak kepergian putra pertama mereka yang tak lain kakak Qiana dan Qiano.
“Jangan bersedih mom, aku akan membujuknya nanti” ujar Qiana mengusap tangannya. Hanya itu yang bisa ia katakan kepada sang ibu. Sedangkan Qavieer hanya terdiam, ikut hanyut dalam kesedihan jika mengingat putra pertamanya.
Ana hanya mengangguk sedih. Mereka pun melanjutkan makan malam tidak ingin melanjutkan obrolan yang akan membuat mereka bersedih.
Qiana masuk ke kamarnya setelah memastikan putrinya tertidur nyenyak. Ia duduk disofa yang menghadap televisi didepannya. Qiana menekan remot tv lalu mencari siaran yang menarik. Ia belum mengantuk, jadi menonton adalah pilihan terbaik.
“Elrick” ujar Qiana terkejut setelah melihat siaran itu yang menampilkan Elrick sedang dipeluk wanita dewasa.
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
Can I Call You Daddy?
RomansaAbout Qiana Ethelyne Parker and Elrick Richardson. Berawal dari pertemuan Elrick Richardson dan gadis kecil bernama Sannya Queen Parker yang merupakan putri Qiana Ethelyne Parker. Elrick sangat tidak suka dengan anak-anak kecil karena sangat menggan...