U || 24

5.6K 303 82
                                    

Vote dulu yukss, jangan lupa tinggalkan komen👍🏻

•UNCONSCIOUS•

Setelah mengucapkan selamat malam pada Jeffrey, Evelyn lekas memejamkan matanya, ia memposisikan tidurnya membelakangi pria itu. Ia sebetulnya tidak enak membiarkan pria itu tidur dalam keadaan duduk di kursi kayu yang keras.


Namun mau bagaimana lagi, tidak mungkin jika ia dan ajudannya itu tidur satu ranjang. Ia harap pagi cepat tiba dan jalanan sudah kembali dibuka.

















JEDERRR!!!


Evelyn terlompat dari tidurnya karena sangat terkejut dengan suara petir yang bergemuruh kencang ditambah dengan redupnya listrik. Ia berterak histeris karena ketakutan. Kencangnya petir itu sampai membuat lantai dan dinding bergetar.


Waktu kini menunjukkan pukul 2 dini hari, terdengar derasnya hujan diluar sana. Suasana berubah menjadi mencekam.


"JEF! JEF!" panggilnya.


Jeffrey sekejap membuka matanya lebar saat mendengar terikan gadis itu ditambah dengan suara keras petir. Segara ia ambil ponselnya lalu menyalakan lampu flash-nya. Ia berlari menghampiri Evelyn yang telah terduduk meringkuk di lantai karena ketakutan.


"Hey, hey ini aku" balas Jeffrey menenangkan.


Evelyn kembali meringkuk saat kilat terang masuk kedalam jendela kamar, kemudian disusul dengan suara petir. Ia sungguh ketakutan, petir dan kilat adalah hal yang paling ia takuti. Jeffrey memeluk gadis itu untuk menenangkan.


"Jangan takut, aku disini"


Tak lama, listrik kembali nyala. Hal itu membuat Evelyn sedikit mulai tenang. Segera Jeffrey mengajak gadis itu untuk kembali duduk di kasur.


Setelah keduanya duduk bersama di atas kasur, Evelyn enggan untuk kembali tidur karena takut. Hujan deras masih setia mengguyur, kilatan dan petir masih sahut-sahutan.


"Aku tidak bisa tidur"


"Tidurlah, aku akan berada disampingmu. Jangan takut"


"Akh!"


Evelyn tiba-tiba memeluk Jeffrey karena cahaya kilat itu kembali masuk kedalam jendela kamar. Ia reflek memeluk ajudannya.


"Jef, aku takut!"


Jeffrey memeluk erat tubuh gadis itu, membiarkan wajahnya tenggelam di dadanya agar gadis itu tidak lagi dapat melihat kilatan itu. Ia memeluknya sambil membelai lembut punggungnya berusaha menenangkan.


"Kau tahu, jika kita berdoa dalam keadaan hujan maka doa kita akan dikabulkan oleh Tuhan"


"Benarkah?" jawab gadis itu sambil mendongakkan kepalanya menatap wajah ajudannya.


Jeffrey menganggguk, "Oleh karena itu, hujan paling ditunggu-tunggu kedatangannya karena nikmatnya"


"Lebih baik kau berdoa sekarang" perintah Jeffrey.


Evelyn menurut, lekas ia memejamkan kedua matanya dan mulai berdoa dalam hati. Tak lama, ia kembali membuka matanya.


"Apa kau sudah berdoa?" tanya gadis itu.


"Sudah"


"Berdoa apa?" antusias gadis itu.


"Rahasia" bisik Jeffrey sambil tersenyum.


UNCONSCIOUSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang