U || 25

4.2K 275 62
                                    

Vote dulu yuk hihi

komen juga jangan lupaa😊


•UNCONSCIOUS•

Evelyn dan Jeffrey masih tertidur pulas akibat kegiatan semalam yang mereka lakukan. Bisa dikatakan jika kegiatan semalam adalah ekspresi keduanya untuk mengungkapkan rasa satu sama lain.


Hati Evelyn telah jatuh pada ajudannya, ia harus mengakuinya bahwa ia sudah jatuh hati pada pria itu.


Keduanya masih tertidur dalam posisi yang sama seperti semalam. Jeffrey memeluk tubuh gadis itu dari belakang, merengkuhnya erat dalam dekapannya.


Tidur Evelyn menjadi terganggu saat cahaya masuk menusuk kedua matanya, cahaya terang tersebut menandakan jika matahari telah berdiri tinggi di langit. Sayup-sayup ia membuka perlahan kedua matanya melihat ke arah jendela yang gordennya terbuka dari semalam.


Mataya membuka menyipit seolah beradaptasi dengan cahaya yang masuk. Namun tiba-tiba cahaya itu terhalangi oleh tubuh seseorang yang berdiri dihadapannya.


"Jeff? Kau sudah bangun?" tanya gadis itu dengan suara parau.


Ia berusaha menyempurnakan penglihatannya.


Evelyn menggerakkan sedikit kakinya. Sungguh, pagi ini ia merasakan seluruh tubuhnya sakit dan remuk akibat kegiatan semalam. Namun rasa sakit pada kewanitaannya lah yang paling menyakitkan. Rasanya linu dan perih.


Saat hendak turun dari kasur, Evelyn menjadi heran saat merasakan sebuah tangan masih memeluk erat pinggulnya. Setelah menyempurkan penglihatannya, ia menjadi gugup saat mengetahui tangan yang memeluknya adalah tangan Jeffrey.


Lalu siapa yang berdiri dihadapannya?


Dengan rasa takut, Evelyn memutar kepalanya perlahan untuk menoleh kearah pria yang masih setia berdiri disamping kasur tanpa bersuara sedikitpun.


Saat berhasil menoleh, tubuh Evelyn seketika gemetar dan dingin karena sebuh pistrol telah menyentuh dahinya. Pria pembawa pistol itu mengenakan pakaian serba hitam dan mengenakan topeng dimana siap untuk menembaknya.


Tangan Evelyn menepuk-nepuk ringan tangan Jeffrey berusaha membangunkan, ia tidak dapat bersuara karena terlalu takutnya. Bahkan keringat dingin telah meluncur di kedua pelipisnya.


Ceklek!


Terdengar jika pria itu menarik kuncian pinstolnya, yang berarti ia siap menembak gadis itu.


"Jeff" lirih Evelyn, suaranya terdengar melemah.


Dub!


Terdengar suara satu tembakan yang meredam. Setelah satu tembakan itu, pria dihadapan Evelyn tumbang. Jeffrey lah yang menembak pria itu.


"Aaammpph!" teriakan Evelyn tertahan karena mulutnya dibekap kuat oleh Jeffrey agar tidak terdengar keluar.


Tentu gadis itu berteriak setelah melihat kejadian menyeramkan dihadapannya. Ajudannya itu menembak tepat dikepala pria asing itu.


Sebetulnya, tangan kiri Jeffrey yang tengah memeluk pinggul gadis itu ternyata telah memegang pistol sedari tadi, ia sembunyikan tangannya dibalik selimut agar musuh tidak mengetahuinya. Jeffrey tidak tidur, ia sudah bangun sedari tadi. Ia telah bersiap dan berjaga untuk menembak lebih dulu.


"Jangan teriak!" perintah Jeffrey pada Evelyn yang terlihat masih histeris.


Evelyn menangis dalam diam, ia berusaha mengatur nafasnya yang tidak stabil. Ia melihat seseorang dibunuh dihadapannya, dan ia juga melihat darah segar keluar dari kepala pria itu sangat banyak. Ia sangat lemas.


UNCONSCIOUSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang