#1

4.3K 305 29
                                    

“Untung gue pinter.”

“Ya'in ajalah yang juara satu mah.”

Yak. Disekolah (Name)sekarang sedang ujian buat lulus dari sekolah SMA nya. (Name) sekarang sedang berada dikantin bersama temannya, Jelita Maharani.

Mengocok-ngocok minumannya Jelita berucap, “Gila sih, padahal gue udah belajar tadi malem,tapi pas ngerjain soal malah lupa.”

"Ya itu mah gue juga pernah,” balas (Name) memakan mie ayam nya. Tiba-tiba ada suara yang terdengar di kepala nya.

'(Name)? Kamu dengar aku gak?'

Acara makan (Name) terhenti. Lalu langsung meletakkan tangan kanannya ke telinga. “Ya.”

‘Itu...kamu bisa datang ke Perpustakaan Sentral?’

Ya bisa, tapi nanti kalo udah pulang sekolah, ”kening (Name) menyerngit emang ada apakah? pikirnya.

'Oke!’

Hm, mencurigakan.

Soalnya (Name) mendengar suara keributan disana, dan samar-samar mendengar suara pertarungan.
















Tunggu.... Pertarungan?















“Oi, napa lu ngelamun?” tanya Jelita heran.

“Gak kok,” (Name) menyuapkan lagi mie ayam ke mulutnya.

Tadi itu (Name) lagi telepati sama rekannya di Dunia Paralel, Kota Tishri. Yah, mungkin ada keadaan darurat. Tapi...apa itu? Peperangan?

Dahi (Name) berkerut memikirkan jawabannya. Apa mungkin? Langsung saja (Name) beranjak dari kursinya.

Srett

“EH, LO MAU KEMANA?” teriak Jelita heran. Segera beranjak mengikuti temannya itu.

(Name)POV

Aku berlari menuju keluar sekolah. Ck! Perasaanku benar-benar tidak enak setelah mengingat tentangnya.

Tei

Tei, dia penjahat yang benar-benar ingin ku musnahkan!

Aku berdecih.

Jika memang dia aku tak akan segan-segan untuk membunuhnya.

Ck! Aku harus cepat.Jika memang dia, teman-teman dan rekanku dalam bahaya!

Aku mempercepat lariku.

“OIIIIII! (NAME)! LO MAU KEMANA NJIR?!” teriak Jelita mengejar-ngejar ku.

Ah! Aku lupa dengannya.

Kutolehkan kepalaku kebelakang tapi tetap belari. “IZININ GUE TA! GUE ADA URUSAN MENDADAK, BYE!”

“Si anjir,” celetuk Jelita lantang.

Aku nyengir. Lalu aku menghadap lagi kedepan dan mencari jalan yang sepi. Kalo ke rumah kejauhan, jadi biar cepet ku buka portal ajalah di jalan atau gang yang sepi.

Nah! Itu dia, Gang yang sepi!

Eh, tapi.

Spalsh

Aku langsung menghindar. Lalu menengok pada seorang pria yang mungkin tadi yang menyerangnya.

Pria itu memakai hoodie hitam lengan panjang dan kepalanya ditutup tudung hoodie. Dia juga memakai celana dan sepatu hitam.

Hem... tapi kok aura nya terasa familiar yak?











Dan...terasa tidak berniat jahat.









Tapi.........tetap saja, waspada!

“Kau...Siapa kau?” tanyaku

Jangan-jangan...

“Halo...




















(Name)!” ucap pria itu.

Aku terdiam. Tuh kan! Suaranya aja kek familiar. Ku tatap lamat-lamat kepalanya yang tertutup tudung hoodie. Menatapnya dari atas ke bawah, dari bawah keatas.

Hemm, wanginya juga familiar. Aku tersentak, dia tiba-tiba mengangkat tangannya. Aku bersiap memasang kuda-kuda.

Eh? DIA MEMBUKA TUDUNGNYA!





























Aku terdiam.

“Sai...”

“Hehe, (Name),” Pria itu cengengesan lalu menggaruk-garuk rambut belakangnya. Dia Sai. Temanku dari Klan Bulan.

Wajahku langsung datar SEDATAR-DATANYA. Menghela napas lalu menatapnya tajam. “Apa-apaan itu, Sai?”

Sai meneguk ludahnya kasar. SEREM ANJIR!
“Eh itu....ano....”

“Jan sok Jepang sat!”

Sai mengerjakan matanya, memandang polos (baca:sok polos!) kearahku. Lalu berdehem menatap serius kearahku. Melihat ekspresi wajahnya aku pun memasang ekspresi serius.

“Tei.”

Ucapannya membuatku jadi semakin serius. Walaupun hanya satu kata, tapi bermakna besar loh. Dia itu, Tei, sangat meresahkan dan berbahaya.

“Si Tei bangsat itu membuat kekacauan di Kota Tishri. Dia membawa pasukan yang lumayan banyak, yah walaupun begitu tapi pasukannya tidak dapat diremehkan. Entah dari mana dia mendapatkannya tapi pasukannya sangat kuat. Bahkan Pasukan Bayangan pun hampir kewalahan---”

“Sai...” aku menatapnya dingin. Menampilkan senyum manis ku, yang mungkin terlihat mengerikan di mata nya. Terlihat Sai bergidik.

“Langsung ke intinya saja ya!” aku tersenyum semakin lebar sampai mataku menyipit.

Sai mengangguk samar. Tatapannya sekarang terlihat dingin dan tajam. Atmosfer pun semakin dingin, terlihat samar-samar muncul salju dari keduanya.

KEKUATAN KLAN BULAN! AHAY!

Abaikan

Ketika Sai akan berucap tiba-tiba ada suara yang mengagetkan keduanya. Mata keduanya terbelalak.

“Sai...kau bersama (Name)kan?” suaranya terdengar lirih dengan di latar belakangi pukulan-pukulan berdentum dan teriakan-teriakan.

Itu...itu suara KAI!

“Kai...iya, aku sedang bersama (Name)," suara Sai terdengar melirih dan bergetar.

“Syukurlah, (Name) apa kau mendengar ku? Aku rasa aku mengaktifkan telepati kepada kalian berdua.”

Dengan suara bergetar aku menjawab. “Iya kak,Kai.”

Terdengar suara kekehan diseberang sana dan ringisan.

Mendengar itu Sai melotot. “Kai?Kai!Apa yang terjadi?”

“Yah, ini sangat gawat.”

“Ta-tapi kak Kai baik-baik saja kan?” tanyaku.

Sai mengalihkan pandangannya kearahku, terlihat jelas wajahnya pucat. Begitu pun denganku.

"Yah, kalo jujur, saat ini aku sedang tidak baik-baik saja.”

***
Brsmbng...

Jjr, tngn w pgl. Krn w bysny ngtk sk sngkt" sih. lh kok mlh jd crht y. bye

See you...






Isekai... [BNHA×Reader] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang