INGIN BERCINTA LEBIH

844 39 0
                                    


"Menjerit di pagi hari sungguh tak baik. Apalagi tenggorokan anda belum terlumasi oleh segelas air putih. Bisa-bisa tenggorokan anda terluka." Oliver malah menyahuti santai teriakan histeris Aluna.

"Selamat pagi, Nona Aluna. Rasanya sangat senang bisa memanggil anda dengan akrab seperti itu."

"Bisa... bisa anda jelaskan kenapa saya berada di tempat ini? Tidur seranjang dengan anda?" Aluna tergagap dengan napas tersengal. Bed cover putih dicengkramnya kuat supaya tak merosot dan menutupi tubuh yang hampir polos sempurna.

"Menurut anda, apa yang dilakukan dua orang dewasa di atas ranjang dengan kondisi seperti ini? Bukankah semua ini sudah sangat jelas? Kemarin malam kita bercinta. Bahkan, tak disangka anda bisa seagresif itu, memimpin permainan dengan anda di atas tubuh saya." Oliver terkekeh.

Pria tampan berkulit putih duduk berhadapan dengan Aluna. Dada bidang yang polos pun dipamerkan dengan sengaja kepada Aluna.

Sontak saja, pemandangan roti sobek di depan mata membuat pipi Aluna diserang oleh rona merah. Aluna jual mahal hingga memalingkan wajah, namun dalam hati terkagum-kagum melihat perut abs Oliver yang terlatih dan terawat.

"Anda memfitnah saya. Anda memanfaatkan keadaan saya yang mabuk lalu dengan sengaja membawa saya ke sini!" Aluna membantah tuduhan Oliver.

"Benarkah? Saya rasa tidak." Oliver kembali terkekeh. "Anda tak ingat kemarin malam siapa yang memeluk saya di dalam lift dan meminta pada saya untuk tak meninggalkannya? Seseorang yang ketakutan, tubuhnya gemetaran, mana mungkin seorang pria baik seperti saya meninggalkan wanita tak berdaya itu." Oliver mengenang sekaligus mengingat Aluna pada tingkahnya kemarin malam.

Aluna memejamkan mata. Rentetan kejadian atas tingkah memalukannya berputar di dalam ingatannya.

"Saya sudah mencoba menolak. Lalu dengan gentle saya bertanya alamat rumah anda supaya saya bisa mengantar anda pulang. Tapi, ada yang merengek dalam pelukan saya tak mau pulang." Oliver kembali menceritakan tingkah memalukan Aluna.

"Hentikan!" Aluna menggeram kesal.

"Tak disangka anda bisa begitu menggairahkan seperti kemarin malam. Menindih saya, menci..."

"Stop!" sela Aluna cepat. " Bisakah anda tak memfitnah saya lebih jauh? Mana mungkin saya melakukan hal-hal memalukan seperti itu!" Aluna membantah tegas.

Aluna sudah kalah malu, namun masih saja tak mau mengakui hal yang terekam jelas diingatan. Perlahan ingatan Aluna kembali satu persatu pada rentetan sikap impulsif yang memalukan.

Dimulai dari Jessi yang meninggalkannya. Lalu dirinya yang pergi meninggalkan lounge hotel lalu masuk ke dalam lift. Akrofobia yang diderita Aluna membuatnya panik berada di dalam lift. Padahal, jika tak dalam keadaan mabuk, Aluna masih bisa menahan rasa takutnya itu hingga pintu lift terbuka.

Oliver turun ranjang tidur. Refleks Aluna langsung menutupi wajahnya dengan satu tangannya. Sikap santai Oliver yang tak peduli dengan keadaan tubuhnya hampir setengah polos membuat batinnya semakin puas menggoda Aluna.

"Tubuh yang lelah bercinta ini akan segar kembali dengan menyegerakan mandi." Oliver sengaja berucap dengan agak kuat untuk semakin menggoda Aluna.

Lelaki itu melenggang santai ke kamar mandi mengenakan boxer yang menutupi bagian bawahnya. Hal yang tak diketahui Aluna. Di dalam pikirannya, Aluna mengira jika Oliver tak mengenakan sehelai pakaian menutupi.

Suara pintu kamar mandi tertutup rapat terdengar oleh telinga tajam Aluna. Telapak tangan yang menutupi mata segera turun dan membebaskan kedua matanya.

Romantic TrapsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang