PAKET LENGKAP

581 37 0
                                    


Helaan napas kasar keluar lewat mulut Aluna. Mataya memejam sejenak lalu kembali terbuka sempurna. Raut wajah lesu menyambangi Aluna setelah membaca isi email lewat layar macbook pro yang menyala di depan mata.

Setelah malam menjengkelkan hati di pub billiard, Aluna berakhir luluh mau menerima bujukan Jessi untuk melamar sebagai manajer pemasaran di persuahaan tempat Jessi bekerja.

Hasutan Jessi menekankan Aluna untuk membalas semua perbuatan orang-orang yang menghinanya sukses menyuci otak Aluna. Aluna berhasrat untuk membalas dendam hingga memutuskan untuk menebalkan muka bila nantinya berhadapan dengan Oliver.

Kini, ketakutan itu kembali menggelayuti Aluna ketika balasan email masuk mengenai panggilan Aluna untuk interview.

Handphone ios berdering di atas meja yang sama dengan macbook pro berlabuh mencuri perhatian Aluna. Tak ingin berlama-lama mendengar deringannya, tangan Aluna menyambar handphone ios miliknya itu.

"Aluna. Kau sudah baca email-nya?" Jessi langsung menyerang tanpa bisa Aluna menyapa dirinya terlebih melalui sambungan telepon.

"Ini sedang aku baca." Aluna menyahuti datar.

"Besok jangan telat ya, Lun! Kau harus tampil sempurna. Aku dengar Bastian juga akan menjadi pewawancaramu besok. Good luck, My Besties."

Sambungan telepon singkat itu terputus oleh Jessi yang memutuskan. Dengan gerakan melemah, Aluna akhirnya menurunkan handphone ios-nya dari sisi telinga kiri.

"Kau harus bangkit, Aluna. Kau perlu biaya hidup, biaya skincare. Kau cantik. Kau hebat. Ayo buat orang-orang durjana itu menyesal telah menyia-nyiakanmu. Semangat!" Aluna menyemangati diri sendiri sekaligus menyingkirkan presepsi ketakutan di dalam diri.

"Lebih baik aku memeriksa outfit kece apa yang besok aku kenakan," sambung Aluna berucap seorang diri lalu beranjak dari meja baca.

***

Kemeja lace high nech putih dijadikan sebagai basic inner dipadukan dengan blazer berwarna baby blue. Rok span berwarna senada dengan blazer dikenakan Aluna saat memenuhi wawancara kerja di perusahaan Oliver. Aksen pita putih yang melingkari pinggul mempermanis sekaligus mempertegas body goals seorang Aluna Kyra. Modisnya seorang Aluna disempurnakan dengan stiletto putih yang dikenakan kedua kakinya.

"Nona Aluna Kyra?" sapa pegawai wanita datang menghampiri Aluna yang duduk di depan ruang wawancara.

"Ya, Saya," sahut Aluna langsung berdiri tegak.

"Silahkan masuk, Nona Aluna." Pegawai wanita itu mempersilahkan Aluna untuk masuk.

Aluna mengatur napas dan menyiapkan mental untuk masuk ke dalam sana. Langkah kaki elegan dan modisnya style feminin Aluna membuat iri pegawai wanita itu, melihat betapa cantiknya calon manajer pemasaran itu.

Tatapan Aluna langsung bersirobok dengan tatapan tajam Bastian ketika memasuki ruangan. Namun hanya sekejap dikarenakan Aluna malas berlama-lama beradu tatap dengan Bastian.

Perhatian Aluna teralihkan pada sosok berwibawa mengenakan setelan jas cokelat tua, Oliver Benedict. Ujung bibir Oliver yang tertarik menghantarkan senyar gugup di jiwa Aluna. Seringai sinis Oliver membuat Aluna gelisah di dalam hati.

Aluna duduk pada kursi di depan meja tiga pewawancara. Posisinya berada di tengah-tengah membuat tatapan lurus Aluna mengarah pada Oliver yang duduk di tengah-tengah ketiga pewawacara.

"Aluna Kyra. Lulusan magister manajemen Universitas Harvard dengan pengalaman kerja 2 tahun di Holly Corporation sebagai manajer pemasaran. Benar begitu, Nona Aluna?" Bastian membacakan biodata dan latar belakang Aluna sesuai isi curiculum vitae yang Aluna kirim.

Romantic TrapsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang