Pintu rumah dibanting kasar. Clucth di tangan juga ikut menjadi kekasaran pemilik rumah ikut dicampak sembarang.
Tubuh ramping nan proposional dengan irama detakan jantung masih berdebar kencang di sandarkan pada dinding bercat putih. Gerakan tangan naik ke atas, berlabuh di atas dada yang naik turun akan bernapas.
"Bagaimana aku masih belum tenang seperti ini? Apa mungkin kemarin malam kami benar-benar melakukan itu?" kepala Aluna memiring di detik imajinasi vulgar tentangnya dan Oliver berputar.
Tangan di atas dada pun beralih memeriksa di sekitarnya. Menyentuh-nyentuh sekaligus mencoba mengingat keras kejadian yang tak diingat mengenai kemarin malam.
"Haruskah aku memastikan ini pada pihak medis untuk memastikan ucapannya itu?" Aluna panik.
Wanita cantik itu benar-benar termakan bualan omongan Oliver mengenai percintaan hebat yang dikarang-karang. Bahkan pernyataan serius Oliver yang akan bertanggung jawab mampu mengusik pikiran Aluna.
"Haissshh! Kenapa aku jadi bodoh seperti ini?" Aluna bersungut kesal lalu dengan refleks menepuk kasar dahi untuk menyadarkan diri.
"Tenang, Aluna. Semua hanya kecelakaan. Jika itu memang terjadi, tak akan mungkin langsung berhasil. Kau sedang tak dalam masa suburmu. Jadi, rileks! Usir semua bayangan negatif itu dari pikiran yang suci. Husss ... husss ..."
Aluna menepis imajinasi vulgar di dalam pikirannya. Kedua tangannya mengudara, menepis bayangan-bayangan Oliver yang masih saja hinggap di pikirannya. Mensugesti diri untuk tenang dan tak termakan bualan mulut manis Oliver yang sangat ahli membuat baper Aluna.
Aluna berpisah dari Oliver di hotel ternama itu dikarenakan diri yang tak mampu lagi bertatap muka oleh pria tampan itu. Salah tingkahnya Aluna membuat gelak tawa menjengkelkan Oliver terus terdengar hingga pipi Aluna diselimuti oleh rona merah.
Aluna pulang ke rumahnya menggunakan taksi biru berlogo burung terbang. Menghindar dari tawaran Oliver yang berbaik hati ingin mengantarnya pulang ke rumah.
"Lebih baik aku yoga agar pikiranku kembali suci!" gumam Aluna lalu melangkah dari ruangan itu.
***
Maserati Ghibli berwarna biru metalic telah sampai di halaman depan gedung pencakar langit Bens Corporation. Oliver langsung turun dari dalam mobil saat sopir membukakan pintu mobil. Mata Oliver tertuju pada beberapa jajaran eksekutif yang menyambut kedatangannya.
Oliver menganggukkan kepala sambil lalu kepada jajaran eksekutif yang menyambut dan para pegawai menyapa. Namun, ada pemandangan lain yang membuat jajaran eksekutif dan para pegawai terheran.
Oliver terkenal dengan sikap dingin dan kejamnya di perusahaan. Oliver terkenal perfeksionis hingga terkenal cerewet jika menyangkut pekerjaan. Senyumnya manisnya pun jarang di dapatkan oleh orang-orang di perusahaan.
Situasi langka dan jarang dipandang secara percuma oleh pegawai wanita di perusahaan yang bergerak di bidang perbankan, properti dan ritel itu. Ketampanan paripurna Oliver pagi itu tersaji gratis, melenyapkan wajah kejam yang selama ini didapatkan.
Siapa lagi yang merubah suasana hati Oliver kalau bukan Aluna. Rentetan takdir hidup yang kemarin dilalui tanpa disangka-sangka. Melewatkan malam bersama, bahkan sang Playboy dicumbui oleh Aluna yang kental akan image galak bagi Oliver.
Apalagi salah tingkahnya Aluna pagi tadi membuat Oliver gemas. Tanpa terduga Oliver melihat sisi lain dari Aluna. Namun, ada hal yang mengusik pikiran Oliver mengenai nama pria yang kemarin malam disebut-sebut Aluna. Oliver begitu penasaran dan semakin ingin mengetahui semua mengenai Aluna.

KAMU SEDANG MEMBACA
Romantic Traps
RomanceAluna dan Bastian memutuskan bercerai karena salah satu dari mereka sudah mengkhianati pernikahan yang diikrarkan dua tahun lalu. Rasa sakit Aluna yang dikhianati membuatnya trauma, namun takdir membawanya bertemu dengan seorang pengusaha tampan ter...