"Sayang. Aku kangen," bisik Aluna manja agak mendesah di sisi telinga Bastian.
Bibir merah muda alami itu semakin dirapatkan di telinga Bastian, menggoda dengan hujaman ciuman dari bibir panas Aluna pada suami yang baru saja terduduk di tepian ranjang.
Kedua tangan dengan jemari panjang nan indah bergerak merayap melewati sela-sela ketiak lalu berlabuh di dada bidang yang tertutupi setelan piyama. Tubuh ramping yang mengenakan kimono satin berwarna maroon semakin mendesak merapat hingga menghimpitkan kedua si kembar sintal di punggung Bastian.
Satu tangan kembali bergerak. Seolah tak betah berlabuh di dada bidang Bastian. Gerakan merayap tangan Aluna turun lalu menyelinap masuk ke dalam piyama Bastian.
Kulit bertemu kulit. Kehangatan tubuh Bastian yang sudah lama dirindukan Aluna terasa nyata hingga memanaskan gairah Aluna, meronta-ronta ingin lebih sekadar pertemuan kulit.
Tetapi, hasrat Aluna yang meronta-ronta memiliki kendala. Tangan Aluna tertahan. Jemari yang ingin meremas lembut dada bidang berbulu halus Bastian tak tersampaikan dikarenakan tangan Bastian menahan cepat.
"Aku capek! Hari ini banyak kerjaan di kantor. Jadi, aku mau tidur."
Gairah yang sudah memanas meredup. Fantasi liar yang sudah menguasai pikiran segera lenyap. Bibir panas yang menempel di sisi telinga seketika mendingin bagaikan sebuah bongkahan es.
Lagi-lagi ajakan Aluna ditolak oleh Bastian dengan alasan yang sama. Ajakan minta dicumbu, minta disentuh, minta dijamah, minta dipuaskan lagi-lagi tak terpenuhi oleh suami tercinta.
Sudah hampir satu bulan Bastian tak meminta jatah apalagi menyentuh istri yang dinikahi selama dua tahun. Bastian juga tak pernah lagi menghadiahkan ciuman-ciuman mesra di pipi juga di bibir Aluna.
Keduanya memang terbilang pasangan baru dalam sebuah mahligai pernikahan. Namun, kedekatan keduanya bukanlah terbilang baru dikarenakan sebelum menikahi Aluna, Bastian telah berpacaran selama lima tahun dengan Aluna.
Lalu apa yang terjadi? Bukankah Aluna wanita yang Bastian pilih sendiri untuk menjadi istri? Menjadi teman hidupnya?
Kehangatan Bastian yang dirasakan sejak berpacaran hingga di awal-awal pernikahan pun tak lagi dirasakan. Rumah minimalis yang sudah dua tahun menjadi atap berteduh bagi keduanya kini tak sehangat dulu. Kamar tidur yang dulu bermandikan keromatisan, jerit kenikmatan, dan desahan saling memburu kini lenyap perlahan.
Perubahan sikap Bastian menjadi dingin, acuh pada apapun yang terjadi pada Aluna seketika semakin menimbun pertanyaan di benak perempuan cantik berkulit putih itu.
"Jujur saja. Sebenarnya ada apa? Sudah satu bulan kita..."
"Kau tak dengar dengan yang aku ucapkan? Aku capek! Aku lelah seharian dihadapkan tumpukan pekerjaan!" sela Bastian membentak kasar. "Harusnya sebagai istri kau mengerti dan memahami keadaan suami! Bukan malah merengek minta ini itu, lah!"
"Jika ada masalah dengan kerjaanmu, kau bisa membaginya denganku, Sayang. Bisa dibicarakan dengan baik-baik, tak harus memarahiku seperti ini, Sayang." Suara Aluna bergetar menyuarakan isi hati yang tersakiti.
"Kau tahu apa tentang pekerjaan? Peranmu sudah sangat enak mengurus rumah dan mengurus suami. Tugas begitu mudah saja kau tidak becus!" Bastian malah mengoreksi Aluna, tak menerima bentuk protes yang wajar Aluna suarakan.
"Aku tak tahu apapun tentang pekerjaan?" Aluna tercengang mengulangi pernyataan getir Bastian. "Kau sendiri yang melarangku untuk bekerja dan berhenti dari pekerjaanku sebelum kita menikah, Sayang. Kau sendiri yang meminta aku untuk tak mengejar karirku dan menjadi ibu rumah tangga. Lalu kenapa lagi-lagi kau menyalahkan aku? Ini bukan pertama kalinya kau mempermasalahkan aku yang tak lagi bekerja." Aluna membela diri dikarenakan hati tak terima disalahkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Romantic Traps
RomanceAluna dan Bastian memutuskan bercerai karena salah satu dari mereka sudah mengkhianati pernikahan yang diikrarkan dua tahun lalu. Rasa sakit Aluna yang dikhianati membuatnya trauma, namun takdir membawanya bertemu dengan seorang pengusaha tampan ter...