Sakit gigi

277 103 169
                                    

04.30

Azan subuh berkumandang. Aku membuka mataku lalu berdoa. Aku melirik ke arah Karina yang yang masih teridur. Mengingat kejadian yang menimpanya semalam, aku jadi teringat akan kata-kata yang pernah di ucapkan oleh Jeff Brown.

"A home is not broken when parents separate or divorce. A home is broken when there is an absence of love."
- Jeff Brown -

Orang tua Karina memang tak bercerai. Tetapi, rumah tangga mereka hancur. Sebab, sudah tak ada lagi cinta di dalamnya. Kini, yang ada dalam rumah tangga mereka hanya ego masing-masing. Menurutku, hal itu tak kalah menyakitkannya dengan perceraian orang tua.

*****

Setelah mandi dan melaksanakan salat, aku membangunkan Ella. Aku tak membangunkan Karina karena kami berbeda keyakinan.

"Dek?" panggilku sambil menepuk-nepuk pipi Ella.

Ella membuka matanya perlahan. Lalu, memalingkan wajahnya dariku. Aku tersenyum melihatnya. Apakah dia benar-benar cemburu?

Aku mencium pipi Ella."Salat subuh cantik," ucapku lalu beranjak pergi menuju ke meja belajarnya untuk mengambil mangkuk kotor bekas Karina makan semalam.

Hari ini aku berencana untuk menemani Karina mencari kontrakan. Tadinya, aku menyarankan untuk menyewa apartemen saja. Tapi, Karina ingin membawa serta anjing dan kucing peliharaannya untuk pindah. Dan kebanyakan apartemen melarang untuk memelihara binatang. Sekalipun diperbolehkan, itu akan dikenakan biaya tambahan yang cukup besar. Jadi, lebih baik tinggal di kontrakan saja.

"Kak Karina nginep?" tanya Ella sambil membuka lemari es. Sepertinya, ia akan mengambil susu beku.

"Iya. Kamu mau ngapain?" Aku menghampiri dan menahan tangannya.

"Jangan makan atau minum yang dingin kalo pagi-pagi dek," larangku sambil menutup lemari es.

"Ah kakak mah pelit," protes Ella sambil mengerucutkan bibirnya. Aku tak menggubris perkataan Ella tersebut. Karena, jika di jawab ujung-ujungnya pasti akan berdebat sedangkan sekarang aku sedang tak ingin berdebat dengannya pagi ini. Karena, gigiku sedang cenat-cenut gara-gara semalam aku memakan terlalu banyak cokelat dari Beomgyu.

"Nanti siang dedek mau main sepatu roda di taman boleh gak kak?" tanya Ella sambil bergalayut di pintu kamar mandi. Entahlah terkadang aku juga heran dengan tingkah laku adikku ini.

"Sama siapa?" Aku menghentikan kegiatanku dan melirik kearah Ella.

"Ya ... sama temen kak," jawabnya ragu-ragu.

"Iya siapa namanya dek?" Aku bertanya kembali sambil melanjutkan mencuci piring.

"Reva," jawabnya singkat.

"Bukannya Reva gak bisa main sepatu roda ya?" Aku sedikit curiga, karena setahuku Reva memang tak bisa bermain sepatu roda.

"Nah iya kak justru karena dia gak bisa ... jadi dedek mau ngajarin. Boleh ya kakak cantik," bujuknya sambil memelukku dari belakang.

"Iya. Tapi awas lho ya kalo main sama Kevin, kakak gak suka." Aku memperingati Ella agar tak bermain dengan anak laki-laki yang bernama Kevin. Bukan tanpa alasan, setiap kali Ella bermain dengannya, Ella selalu pulang lebih dari pukul 8 malam. Tak wajar bukan jika anak SMP pulang bermain semalam itu? Terlebih lagi mereka berlawanan jenis dan sudah mulai beranjak remaja.

******

Ella POV

Aku sedang duduk di kursi panjang yang ada di taman. Tiga puluh menit sudah aku menunggu di sini. Tetapi, orang yang aku tunggu tak kunjung datang.

Life | Giselle ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang