Bucin 2

263 92 115
                                    

Ningning tak menjawab. Hanya tangisan kecil yang terdengar darinya. Aku melirik ke arah jam dinding, waktu menunjukkan sudah pukul satu dini hari.

"Udah pagi. Lo tidur aja gih," ucapku sambil mengusap air mata Ningning.

"Dimana?" tanyanya.

"Di situ, kita tidur bertiga. Nanti gue yang di tengah, takut Ella ngompol terus kena baju lo," jelasku.

Karena memang terkadang Ella masih suka mengompol, jika terlalu banyak meminum air yang dingin atau terlalu aktif bergerak. Dan hari ini, sepertinya anak itu sudah meminum lebih dari tiga botol minuman dingin, yang botol bekasnya aku temukan di tempat sampah hari ini.

Setelah itu aku pergi ke kamar mandi untuk membersihkan diri. Saat kembali terlihat Ningning sudah berbaring di kasur. Matanya hampir terpejam, ia melirikku sesaat lalu bangkit dari tidurnya.

"Sell, gue numpang ke kamar mandi ya," ucapnya.

Aku hanya mengangguk sambil tersenyum tipis kepadanya. Beberapa menit kemudian ia kembali lalu berbaring kembali.

Setelah selesai memakai skincare, aku duduk di tepi tempat tidur. Mataku menatap wajah Ningning yang sedang tertidur.

Aku membuang napas kasar ketika mengingat apa yang dialami oleh Ningning hari ini. Ningning adalah temanku yang paling muda. Hatinya sangat tulus dalam menyayangi seseorang. Hal itu adalah kelebihan sekaligus kekurangannya.

Tiga tahun sudah ia menjalin hubungan dengan Gilang kekasihnya. Satu tahun pertama hubungannya dengan Gilang masih dapat dikatakan sehat. Tetapi, pada tahun kedua dan ketiga hubungan mereka mulai terlihat toxic.

Pada tahun kedua mereka berpacaran, Gilang mulai mengatur-ngatur Ningning dengan seenaknya. Mulai dari pakaian, teman, hingga dengan siapa Ningning boleh berbicara diatur olehnya.

Masih teringat dingatanku. Saat kami berkunjung ke rumah paman Ningning yang berada ada di Sumedang. Mereka bertengkar hebat hanya gara-gara Ningning bercengkrama dengan pamannya, dan itu tidak disetujui oleh Gilang.

Gilang beralasan bahwa pamannya Ningning tidak sopan dengan menyuruh tamu yang sedang duduk di dalam untuk keluar. Padahal pamannya Ningning melakukan hal itu bukan tanpa alasan. Beliau melakukan hal itu, karena di ruangan tersebut terdapat salah seorang tamu yang membawa bayi dan anak balita. Dan menurutku itu wajar, karena asap rokok itu juga sangat mengganggu tamu yang lain.

Bukan hanya itu, Gilang juga sering meminta uang kepada Ningning yang jumlahnya tak sedikit. Jika tak diberi ia akan mengancam Ningning untuk mengakhiri hubungannya dengan Ningning.

Ningning sendiri adalah seorang gadis berusia delapan belas tahun yang masih polos. Ia beranggapan bahwa cinta itu semanis dan semudah di film atau novel yang ia baca. Padahal kenyataanya tak semanis dan tak semudah itu. Ia berpikir bahwa ia harus mengubah Gilang dan menemaninya dari nol.

Padahal sejatinya tak akan ada yang bisa mengubah seseorang selain orang itu sendiri. Dan jika dilihat - lihat Gilang orangnya sulit dipercaya. Jadi, mungkin saat jika suatu ia sukses akan meninggalkan Ningning begitu saja. Tapi, jika Ningning bersikeras untuk menemaninya dari nol, itu akan memakan waktu yang sangat lama. Sebab, sampai titik ini Gilang masih berstatus pengangguran.

Kami, sahabat-sahabatnya Ningning. Sudah beberapa kali menasihati Ningning untuk mengakhiri hubungannya dengan Gilang. Ya ... bukan maksud kami untuk mencampuri urusan orang lain dan merusak hubungannya. Tetapi kami khawatir jika Ningning terus menerus seperti ini ia tak akan hidup bahagia.

Seharusnya diusianya sekarang ini, ia fokus untuk pendidikan dan kariernya. Bukan malah pusing dengan permasalahan cinta yang toxic seperti ini.

"Apa perlu gue ruqyah lo?" ucapku sambil terkekeh kecil.

Tetapi dengan mengucapkan kata ruqyah aku teringat dengan sebuah terapi yang diajarkan oleh dr. Sooya yaitu hypnosleep. Dan itu sudah berhasil aku praktek kepada Ella, agar ia tidak bermain game ketika berada di rumah sakit kemarin.

Jika tidak salah itu juga bisa diterapkan pada orang dewasa. Lagi pula teknik ini tidak berbahaya dan caranya juga sangat mudah. Jadi apa salahnya mencoba.

Aku membaca basmalah lalu mendekatkan wajahku ke telinga Ningning.

"Ningning, tidurlah dengan nyenyak ya. Dan mulai besok hiduplah dengan bahagia. Tinggalkan yang membuatmu ragu dan merasa sedih," ucapku kepada Ningning dan aku mengulanginya sebanyak tiga kali.

******
Winter POV

07.45

Sejak tiga puluh menit yang lalu, aku duduk terdiam di sebuah kursi. Tanganku sedari tadi sibuk membuka kotak -kotak kecil yang berisi foto - foto palaroid seorang gadis yang sudah tak asing lagi bagiku. Foto - foto itu sangat harum. Wanginya sama persis dengan wangi parfum yang selalu digunakan oleh gadis tersebut.

Ceklek ...

Terdengar seseorang membuka pintu. Aku melirik ke arah sumber suara. Ternyata itu Beomgyu sang pemilik kamar. Iya, ini kamar Beomgyu. Dan foto gadis yang aku lihat tadi adalah foto Giselle.

Ibuku dan papanya Beomgyu adalah adik - kakak. Jadi, aku dengan Beomgyu itu adalah sepupu. Tetapi aku dengannya berbeda keyakinan. Sebab, ibu dan ayahku menikah beda agama, dan aku memilih untuk memeluk agama ayah.

"Eh, ngapain lo sentuh - sentuh barang pribadi gue?" Beomgyu mengambil foto - foto dari tanganku dengan kasar.

"Ciee penggemar rahasia," ledekku.

"Rahasia apaan, gue tuh udah ngasih kode ke dia tapi dianya gak peka - peka," gerutu Beomgyu sambil mencebikkan bibirnya.

"Eh, kadal Arab lo kira cewek tuh suka dikasih kode kaya gitu?" omelku sambil melempar Beomgyu dengan buku yang tergeletak di meja.

"Cewek tuh bukan gak peka. Tapi, dia tuh pengen kepastian. Kepastian kalau lo itu benar - benar suka sama dia." Lanjutku.

"Jadi gue harus nembak Giselle?" tanyanya dengan ekspresi wajah bingung.

"Iya. Dan gue yakin lo ditolak," jawabku sangat yakin.

"Sotoy lo," protes Beomgyu sambil menoyor kepalaku.

"Eh, lo gak ingat pas kuliah dulu?" tanyaku.

"Cowok sekelas James dan Thomas aja ditolak mentah - mentah sama Giselle. Apalagi yang modelannya kaya lo kadal Arab," lanjutku sambil terkekeh.

"Kenapa ya?" Beomgyu mendongakkan wajah ke atas menatap langit - langit kamarnya.

"Bukannya di agama kalian dilarang pacaran ya? Mungkin itu alasannya Giselle. Secara dia kan taat banget," jelasku.

"Iya sih. Dari dulu juga gue gak pernah liat atau denger dia punya mantan. Berarti dia gak pernah pacaran." ucapnya sambil berjalan mendekati jendela.

"Apa gue lamar dia aja ya?" tanyanya sambil senyum - senyum sendiri menatap langit sore.

"Boleh - boleh aja sih. Tapi, lo harus siap sama konsekuensinya. Giselle punya adik yang seratus persen adalah tanggung jawabnya. Otomatis kalo lo mau lamar dia dan nikah sama dia, tanggung jawab itu juga akan jatuh ke lo juga," jelasku.

Beomgyu menunduk mendengar perkataanku.

"Ella sedikit berbeda dengan anak lain. Dia itu manja, cengeng, nakal, penyakitan, dan phobia nasi. Yang tentunya untuk makannya saja akan sedikit mahal. Dan bagi Giselle, Ella itu segalanya. Jadi, kemungkinan besar ia akan menolak lamaran lelaki yang tak menerimanya dengan adiknya," lanjutku panjang lebar.

"Iya sih," ucap Beomgyu singkat.

"Yaudah pikir - pikir aja dulu. Gue pulang dulu. Mumet gue semalaman di kamar lo," ucapku sambil merapikan barang - barangku.

"Terus kenapa lo semalam ngebet banget mau nginep di kamar gue?" tanyanya.

"Kepaksa," jawabku ketus lalu keluar dari kamarnya.

Life | Giselle ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang