Telepon

2.4K 253 386
                                    

Pagi ini seperti biasa aku membuka mata dan berdoa kepada Tuhan, mengucapkan terima kasih kepada-Nya karena telah mengizinkanku untuk kembali menjalani hidup hari ini.

Aku beranjak dari tempat tidurku dan menyalakan lampu kamar. Aku tidak bisa tidur jika ada lampu yang menyala sekalipun itu lampu tidur. Setelah menyisir rambut dan mengikatnya aku pergi ke kamar mandi untuk mengambil wudhu lalu kembali lagi dan melakukan sembahyang.

Aku bukanlah ahli ibadah. Ibadahku juga hanya sebatas salat, mengaji, berpuasa ramadhan, bersedekah dan puasa sunnah senin-kamis. Aku juga berdzikir hanya pada malam jumat saja sekalian membacakan surat yasin untuk kedua orang tuaku dan simbah-simbah yang sudah di panggil Tuhan untuk kembali kepada-Nya. Maka dari itu, aku sangat tidak pantas disebut sebagai ahli ibadah. Namun, meskipun begitu aku selalu berusaha untuk istiqomah menjalankan ibadahku, karena hanya kepada Tuhan aku bersandar dan kepada-Nya aku meminta.

Menjalani hidup sebagai yatim piatu tidaklah mudah. Terlalu banyak air mata kesedihan daripada tawa bahagia. Tapi setelah aku membuka mata untuk melihat kehidupan dari sisi lain aku sadar, bahwa tak ada kehidupan yang sempurna di dunia ini. Dan kebahagiaan itu adalah pilihan.

Lamunanku terpecah ketika suara telepon dari ponselku berdering sangat kencang. Ternyata, itu dari Beomgyu rekan kerjaku di RS. Dia memang seperti itu selalu meneleponku setiap pagi hanya untuk menanyakan hal-hal random. Kata teman-teman yang lain dia itu menyukaiku tapi aku sendiri tidak menyadari dan tidak tahu bagaimana perasaanku kepadanya. Kadang aku suka kepadanya namun kadang aku juga tidak suka kepadanya.

Ketika aku membuka whatsapp ada seratus notifikasi pesan dari Beomgyu. Saat aku buka dan ternyata benar dugaanku dia hanya menanyakan hal-hal random  seperti "ayo bangun!" "sudah makan?" "Cepat mandi." dan lain sebagainya. Aku sendiri suka membalasnya dengan seperlunya dan sewajarnya agar tidak terkesan memberi harapan kepadanya.

Ketika aku sedang menyantap telur mata sapiku sebagai sarapan hari ini, aku di kagetkan kembali dengan suara telepon yang begitu nyaring. Aku mengacuhkan suara telepon tersebut dan aku mengira bahwa itu dari Beomgyu. Setelah selesai sarapan aku memakai seragam putih dengan strip biru khas seragam perawat. Aku bekerja di Rumas sakit Chiki hospital  sebagai perawat. Entah mengapa aku sangat menyukai pekerjaan ku ini.

Selesai make up aku keluar dari kamar apartemenku dan menaiki lift untuk turun ke bawah. Dan ketika aku menuju parkiran ponselku berdering kembali. Aku mengangkatnya tanpa melihat siapa yang menelepon.

"Iya ada apa Gyu?" tanyaku dan mengira itu Beomgyu.

"Gyu? Ini Abah, dari Ciamis." Terdengar suara berat abah kakekku dari papa yang tinggal di Ciamis.

"Oh Abah, maaf Neng kira dari temen, kenapa Bah Dede mogok makan lagi? Atau ada apa?" tanyaku yang seakan tahu jika Abah menelepon pasti soal Ella adikku.

"Enggak. Dia Alhamdulillah gak mogok makan. Cuma, lagi mogok sekolah sama ngaji aja, padahal bentar lagi ujian kelulusan," ungkap abah yang sontak membuatku menarik napas panjang. Mau apalagi si bocil satu ini? Baru minggu kemarin dia mogok makan karena mau sepeda BMX dan dua hari lalu dia minta uang dua juta untuk merayakan ulang tahun kucingnya. Sepertinya uangku sekitar tujuh juta rupiah habis untuk mengabulkan hal-hal yang tidak penting yang diinginkan adikku. Dan hari ini dia minta apalagi?

"Loh kenapa Dedek ada yang jailin?" tanyaku.

"Dia mau hp katanya. Abah gak punya uang sekarang," jawab Abah dengan suara khas orang yang sudah tua.

"Loh? Dua bulan lalu kan Neng beliin Ipad buat Dedek. Kenapa? rusak?" tanyaku heran karena baru dua bulan masa udah rusak lagi.

"Nggak. cuma mau hp aja," sela Ella tiba-tiba.

"Oke kakak beliin hp tapi kamu sekolah ya," kataku membujuk Ella namun tak ada jawaban.

"Emang Dedek mau hp apa? nanti kakak transfer uangnya ke Abah," tanyaku dengan lembut.

"Asus rog phone lima," jawabnya lantang dan mematikan teleponnya begitu saja.

Aku hanya bisa terdiam mendengar keinginan adikku kali ini. Bagaimana tidak, ponsel pintar yang diinginkan adikku ini, harganya tujuh kali lipat dari harga ponsel yang aku gunakan.

Setelah memasukkan ponselku ke dalam tas, aku berjalan menuju mobil merahku dan melajukan mobilku menuju ATM terdekat, untuk mentransfer uang kepada Abah. Bagaimanapun juga adikku harus bahagia karena dia adalah keluargaku satu-satunya.

*****

20.00

Hari ini terasa lebih melelahkan dari kemarin rasanya. Karena ada lima ambulans membawa korban kecelakaan dan aku hari ini harus mengikuti operasi cangkok jantung. Namun, ada rasa bahagia terbesit di hatiku Setelah melewati hari yang begitu melelahkan ini.

Sesuatu yang dingin menyentuh pipiku dan ternyata itu kaleng susu murni dingin yang dibawa Beomgyu.

"Kenapa lo senyum-senyum sendiri ngeri gue liatnya," tanya Beomgyu sambil hendak duduk di sampingku.

"Kesurupan gue," jawabku sambil tertawa. Dan Beomgyu juga  menanggapinya hanya dengan tertawa.

"Eh,  Adik lo udh mau makan belum?" tanyanya sekaligus membuka obrolan.

"Udah, Alhamdulillah. Tapi, dia tadi pagi mogok sekolah, " jawabku sambil membuka kaleng susu murni yang di berikan Beomgyu lalu meneguknya.

"Kenapa?" Beomgyu kembali bertanya.

"Dia minta asus rog phone lima," jawabku.

"Wah amazing sii," kata Beomgyu sambil tertawa garing lalu membuka ponselnya.

"Eh, ini gue ada panggilan ke bawah gue pergi dulu ya. Yang sabar ya kakak dan calon ibu dari anak-anakku," gombal Beomgyu sambil berjalan.

"Thanks ya Gyu," kataku sambil mengangkat kaleng susu yang diberikannya.

Aku juga harus pulang karena pekerjaanku sudah selesai hari ini. Namun ketika aku menuruni tangga ponselku berdering terlihat nama Abah di layar.

"Assalamualaikum Neng," sapa abah.

"Waalaikumsalam Bah, ada apa?" tanyaku heran karena Abah sudah 2 kali meneleponku hari ini biasanya juga 1 minggu sekali.

"Ini Neng, Abah mau ngasih tahu kalo Dedek tangannya kena pisau mesin pemotong rumput," jawab Abah yang sontak membuatku sangat terkejut.

"Innalillahi, jok  bisa?" tanyaku terkejut dan menghentikan langkahku.

"Iya,  tadi dia main layangan sama anak cowok di tebing dekat sawah nah, layangan punya dia itu putus terus kejar tapi dia malah kepeleset karena tebingnya itu curam kebetulan ada yang lagi motong rumput. Terus tebing nya curam, Ella kepeleset. Dan kebetulan ada yang lagi motong rumput dan tanpa sengaja mesinnya itu kena tangannya," jelas Abah dengan suara yang kurang jelas karena terganggu oleh suara tangisan Ella dan omelan Emma.

"Yaudah Neng ke situ sekarang, Assalamualaikum."

Cerita ini hanya imajinasi penulis.

Life | Giselle ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang