Simbiosis Mutualisme

248 96 94
                                    

Di hari senin ini aku bekerja shift pagi. Seperti biasanya, aku berpuasa sunnah. Tetapi, aku lupa untuk sahur karena terlalu lelah merawat Ella.

Kevin? Tenang saja, anak itu sudah aku laporkan kepada pihak sekolah. Tadinya, aku tak ingin melakukan ini. Tetapi, aku sedikit tersinggung oleh perkataannya yang mengajakku 'tidur' bersamanya. Semoga saja setelah ini ia jera dan tidak melakukan hal seperti ini lagi.

Terasa sedikit berbeda berpuasa tanpa sahur. Karena baru pukul tujuh pagi saja, aku sudah merasakan haus dan lapar. Tetapi, kata orang, kalau sudah niat pasti bisa. Dan aku harus percaya itu. Karena, semuanya berawal dari pikiran kita sendiri. Jadi, kalau aku berpikir dan yakin kalau aku bisa puasa full hari ini, aku pasti bisa melakukannya.

"Kakak kalo dedek di infus gini, dedek gimana sekolahnya dong?" tanya Ella.

"Kamu gak sekolah dulu," jawabku.

"Aku bisa bodoh dong kak, kalo gak sekolah, " ucapnya sambil menatapku polos.

"Kamu sekolahnya online, nanti kakak minta tolong ke guru kamu kirim soal lewat whatsapp," jawabku.

"Kakak marah ya sama Dedek?" tanya Ella. Aku yang sedang mamakai skincare langsung meliriknya.

"Nggak," jawabku singkat.

"Tapi kok gak panggil sayang?" tanya Ella sambil mengerecutkan bibirnya.

"Mau banget dipanggil sayang?" tanyaku berniat menjahili Ella.

"Nggak lah," jawabnya gengsi.

"Yaudah," sahutku.

"Huaa, Kak Icel Jahat. Dedek gak suka huaa," Ella menangis bombay. Adikku ini memang drama queen wkwkwk.

"Lah, kok nangis dek?" tanyaku sambil duduk di depan Ella.

"Kak Icel Jahat." Jawabnya.

"Jahatan mana sama yang bohongin kakak sendiri, hm?" tanyaku mulai menginterogasi Ella.

Ella tak menjawab. Ia malah menunduk lalu menggulung-gulung ujung selimut.

"Bingung kan?" tanyaku lagi sambil membetulkan infusan Ella yang macet.

"Kakak,"" jawabnya.

"Alasannya?" tanyaku lagi sambil menatap wajahnya serius.

"Karena bawa aku ke sini tanpa izin aku," jawabnya sambil memalingkan wajahnya dariku.

"Dek, kamu semalam mengi loh," kataku.

"Ya tetep aja, harusnya izin dulu."

"Oke, Kakak salah. Kakak minta maaf. Tapi, kakak mau nanya boleh?"

"Apa?"

"Dedek masih mau sama kakak di dunia gak?"

Ella yang tadinya menatap wajahku, sekarang menunduk kembali.

"Mau gak?" tanyaku lagi sambil mengangkat wajah Ella.

Ella hanya mengangguk untuk jawabannya. Lalu, melepaskan tanganku dan menggenggamnya.

"Oke. Kalo gitu, kakak kerja dulu. Kamu belajar dengan baik, biar kamu pintar. Jangan cuma pintar bohong saja," ucapku sambil mengambil tas dan ponselku di atas nakas samping tempat tidur.

"Oh iya dek, satu hal yang perlu kamu tahu. Kakak bernapas sampai saat ini, itu buat kamu. Kalo kakak gak ingat sama kamu Kakak udah nyusul Mama Papa. Jadi, tolong yakinkan kakak kalo kakak gak salah pilih," lanjutku. Lalu pergi meninggalkan Ella sendirian di ruangannya.

Ella POV

Aku tahu Kak Icel marah sekali kepadaku. Aku juga tahu kalau kesalahanku ini sangat fatal. Tetapi, aku tak tahu bagaimana caranya meminta maaf kepada Kak Icel.

Life | Giselle ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang