4. Love letter

12.1K 407 16
                                    

Malamnya, setelah mengantarkan Biru pulang, Rama berbaring di kasur kamarnya. Langit-langit kamar seakan menjadi layar yang memutar kembali ingatan Rama tentang Biru, tentang senyum tipisnya, tentang rambut lebat sebahunya, tentang mata coklat mudanya yang sedalam samudra, dan tentang pipinya yang merona saat mengucapkan terima kasih pada Rama.

Rama menyudahi khayalannya tentang Biru, kemudian ia membuka tas sekolahnya, dia mengambil beberapa surat dari adik kelasnya. Ya, kemarin panitia memerintahkan peserta LOS untuk membuat surat cinta yang ditujukan pada seniornya. Tapi Rama baru sempat membacanya hari ini.

Dia ingat kemarin Faza mendapat banyak sekali surat cinta, seperti biasa, sikap Faza yang suka tebar pesona ternyata mampu menjerat banyak adik kelas. Tapi tentu saja jumlah surat Faza tidak lebih banyak dari Rafa, sang ketua panitia, sekaligus orang yang disebut-sebut sebagai cogan angkatan.

Rama sendiri hanya mendapat 10 surat, rata-rata mengucapkan terima kasih atau memberi surat yang tidak jelas isinya karena tidak tau mau memberikan suratnya pada siapa.

Dalam hatinya, Rama agak kecewa tidak ada surat dari Biru,

"Dia aja gak kenal aku, gimana mau kasih surat cinta?" katanya dalam hati. Kemudian Rama memejamkan matanya dan mulai terlelap

------------------------------------------------------------

Besoknya, saat istirahat kedua setelah sholat dhuhur, Rama kembali ke kelasnya, kelas XI IPA 2, ketika sudah duduk di kursi, Ninda menghampirinya dan menyerahkan sebuah amplop berwarna biru muda.

"Apa Nin?"

"Tuh, surat dari Biru, katanya mau ngucapin terima kasih"

"Eh, kapan dia kasihnya?"

"Tadi pagi, pas gue sama dia naik bus bareng, kita kan tetanggaan, jadi dia nitip ke gue"

Rama menatap surat itu sambil cengar-cengir gak jelas, Ninda yang heran (karena biasanya Rama cuek dan minim ekspresi) segera menyadarkan Rama.

"Ram, Biru siapa lo?"

"Eh bukan siapa-siapa kok, cuma kemaren kebetulan gue nganter dia pulang" sangkal Rama.

"Yakin bukan siapa-siapa?" goda Ninda.

"Beneran, udah, balik sana" kata Rama sambil mengusir Ninda

"Dih, tadi aja cengar-cengir gak jelas, sekarang balik lagi cueknya" kata Ninda sambil melangkah pergi meninggalkan Rama.

Rama berusaha membuka segel lem pada amplopnya pelan-pelan agar tidak merusak amplop. Nanti Rama akan menyimpan amplop dan surat ini dalam lemarinya, seakan-akan ini adalah harta karun miliknya. Sayangnya dia terlalu serius dengan kegiatannya sehingga Rama tidak menyadari jam istirahat kedua telah selesai.

Setelah berhasil membuka segel lemnya, Rama mengeluarkan surat itu dengan hati-hati.

Saat sedang asyik membaca, Rama tidak sadar Pak Ronald sudah berdiri di belakangnya.

"Kayaknya asyik nih" kata Pak Ronald.

"Iya pak" kata Rama tanpa sadar.

Setelah menyadari yang tadi berbicara padanya adalah Pak Ronald, Rama segera menoleh ke belakang.

"Eeehhh, Pak Ronald, kapan datengnya Pak? Kok saya gak tau?" kata Rama salah tingkah.

"Iyalah kamu gak nyadar, lagi asyik baca surat cinta gitu"

"CIEEEEE" kata teman-teman sekelas Rama secara kompak. Rama sendiri wajahnya sudah merah padam.

"Kalau kamu gak mau dikeluarkan dari kelas saya, bacakan isi surat itu di depan kelas" kata Pak Ronald tegas.

Cinta dalam diamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang