15. A night to remember

8.8K 300 6
                                    

*satu tahun kemudian*

Angin dengan pelan menyapu Biru yang sedang memandang ke bawah dari bangku yang ada di rooftop sepulang sekolah, tempat yang penuh dengan kenangan akan dia dan Rama, saat mereka saling mengakui perasaannya ketika malam pensi, saat-saat yang awalnya dia kira hanya mimpi, namun ternyata benar-benar terjadi. Saat Rama menyatakan cintanya dengan cara yang benar-benar tidak terduga pun, rooftop ini menjadi saksi bisunya. Tentu saja rooftop ini menjadi tempat favoritnya.

Sayangnya sekarang dia sudah kelas XI, yang berarti dua tahun lagi dia harus pergi meninggalkan sekolah ini, bukan, bukannya Biru ingin terus berada disini, tapi dia sedih karena teringat Rama akan pergi satu tahun lebih dulu darinya.

Menjalani hari tanpa Rama? Apakah dia mampu? Rama sudah seperti oksigen baginya, Biru membutuhkannya setiap saat. Walau hanya dengan melihat Rama dari kejauhan saja dia sudah senang, tapi bagaimanapun dia ingin Rama terus berada di sampingnya.

Egois? Bukan. Itu keinginan untuk terus berjuang bersama-sama, untuk saling mempertahankan, dan akhirnya jangan sampai ada yang memilih pergi disaat rasanya sudah tak ada harapan lagi.

Biru memandang ke bawah, di dekat gerbang ada Galang bersama Acha, adik kelasnya di ekskul jurnalis, sama seperti Biru dan Galang, Acha juga memilih menjadi fotografer. Kadang-kadang Biru heran melihat mereka berdua karena Galang memanggil Acha dengan sebutan "Nikon", Acha sendiri memanggil Galang "Kak Canon", setelah agak lama Biru baru sadar kalau panggilan mereka disesuaikan dengan merk kamera masing-masing. Hubungan yang unik ya?

Di parkiran ada Ninda dan Faza, mereka berdua tetap akur tanpa ada lagi putus-nyambung seperti dulu, beberapa hari yang lalu Ninda bilang pada Biru kalau dia dan Faza akan kuliah di universitas yang sama, katanya agar Ninda bisa menjaga Faza kalau sifat playboy nya kumat, hahaha.

Biru menoleh ke kanan, ke arah kelas X MIA 1, kelasnya dulu. Lexie sedang berdiri dan ada seorang anak laki-laki di depannya, kalau tidak salah itu Arga, teman Lexie di ekskul dance nya. Dari sini terlihat mereka sedang berbicara serius, Biru sendiri sudah tau kebiasaan mereka kalau bertemu pasti bertengkar, entah kenapa Lexie bisa suka pada Arga yang jutek dan cuek seperti itu, walau Lexie sudah pernah bilang kalau di matanya Arga terlihat keren.

Biru menoleh lagi ke kiri, pandangannya tertuju pada Adyth, ya, adik Rama itu tahun ini mendaftar di sekolah yang sama dengannya, sekarang dia masih kelas X. Adyth baru saja keluar dari kelasnya lalu menuju parkiran dan menuntun sepeda fixie nya keluar gerbang. Sejak Adyth berjalan dari kelas sampai parkiran, ada seorang gadis yang terus memperhatikannya, saat Adyth sudah menaiki sepedanya, gadis itu cepat-cepat membuang muka. Selanjutnya, Adyth menoleh ke arah gadis itu ketika gadis itu tidak melihatnya. Begitupun saat sepedanya sudah melewati gerbang, Adyth sempat menengok ke belakang, lagi-lagi dia melihat gadis itu. Adyth kembali fokus ke sepedanya, dan akhirnya gadis itu hanya melihat punggung Adyth yang sudah menjauh.

Adegan saling memandang tanpa diketahui satu sama lain ini jelas membuat Biru bingung. Sebenarnya ada apa antara mereka?

Saat sedang bertanya-tanya dalam hati, tiba-tiba matanya ditutup dari belakang, seketika senyumnya mengembang, tanpa menebak pun dia sudah tau siapa yang menutup matanya.

"Aduh ini siapa ya?" godanya.

Rama tertawa kecil. Tanpa melepas tangannya, Rama mendekat dan berbisik di telinga Biru.

"Happy anniversary, my princess" bisiknya.

Biru tersenyum, ya, hari ini kalender menunjukkan tanggal 27 November, tepat setahun sejak mereka jadian.

Cinta dalam diamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang