Senin pagi, seperti biasa ada upacara bendera di lapangan sekolah, meskipun merasa kurang sehat, Biru berusaha mengikutinya. Rama pun begitu, dia sangat mengantuk setelah begadang untuk menonton pertandingan Arsenal melawan Manchester United. Dia berbaris di barisan paling belakang, dari sana dia bisa melihat Biru berada 10 meter di samping kanannya.
Untuk berjaga-jaga kalau dia tiba-tiba sakit, Biru berbaris di baris paling belakang dengan Lexie di sebelahnya.
Saat amanat upacara, dia merasa pusing, keseimbangannya mulai terganggu, dan sesaat sebelum pandangannya kabur, darah mengalir dari lubang hidungnya.
BRUK!
Biru pun pingsan, badannya membentur aspal di lapangan dan menimbulkan suara keras, Rama langsung menoleh, seketika tubuhnya menegang, sebuah kenangan buruk tanpa sengaja hinggap di pikirannya, tanpa berpikir lagi, dia berlari sekuat tenaga menuju Biru, bahkan sebelum anak PMR datang.
Rama segera mengangkat Biru, lalu membawanya menuju UKS, seperti saat pensi. Pemandangan itu menjadi pusat perhatian peserta upacara, tapi Rama tidak mempedulikannya. Yang penting baginya sekarang adalah Biru tidak kenapa-napa.
Dilihatnya keadaan Biru dalam dekapannya, darah mengalir dari hidung Biru hingga menetes mengenai seragamnya, wajahnya pucat. Membuat Rama semakin khawatir.
Begitu sampai, dibaringkannya Biru di UKS dengan pelan, anggota PMR mengikuti di belakangnya. Rama berusaha menormalkan detak jantungnya, dan keringat dingin yang keluar karena rasa gelisah tiba-tiba menghampirinya.
"Udah kak, kakak bisa balik, biar kita yang tangani" kata salah satu anggota PMR.
Mau tidak mau Rama kembali ke barisannya, meskipun pikirannya tidak bisa tenang.
Untungnya, saat dia kembali, upacara hampir selesai. Setelah itu peserta upacara pun kembali ke kelasnya masing-masing.
__________________________________
Saat jam istirahat pertama Rama melewati kelas Biru, untuk memastikan gadisnya baik-baik saja.
Sayangnya dia tidak menemukan Biru maupun Lexie. Akhirnya dia melangkah menuju UKS, dan benar, disana dia melihat Biru masih tertidur. Rama melihat sebuah kursi di samping ranjang UKS, lalu dia memutuskan duduk di sana.
Dilihatnya Biru sekarang, sepertinya keadaanya membaik, tidak ada lagi darah mengalir dari hidungnya, wajahnya juga sudah tidak pucat.
"Wakeup please" kata Rama lirih.
Digenggamnya tangan Biru, masih agak dingin.
Di sebuah rumah sakit, dua tahun lalu, dia juga pernah seperti ini.
Bedanya, saat itu keadaan jauh lebih buruk.
Dia ingat saat itu dia berada di sebelah mamanya, keadaan kamar di rumah sakit itu sangat sunyi, hingga Electrocardiography, alat pengukur detak jantung, berbunyi nyaring disertai dengan satu garis lurus horizontal di layarnya. Ya, saat dimana dunianya mendadak gelap, pandangannya pun kabur karena air mata menggenang di pelupuk matanya, saat itu rasanya dia telah kehilangan segalanya.
"Hmmm" tiba-tiba Biru bergumam.
Rama yang kaget segera menatap Biru lekat-lekat, Biru membuka matanya perlahan. Dia tersenyum tipis ketika didapatinya Rama ada di sampingnya. Rama ikut tersenyum.
"Betah banget ya di dunia mimpi" kata Rama.
"Dunia mimpi emang indah kak, tapi aku lebih seneng ketika aku bangun ada kakak disampingku"balas Biru sambil tersenyum tipis.
Rama tersenyum, yaampun, gadisnya tertular kebiasaannya yang suka menggoda Biru, hahaha.
"Kamu kenapa tadi?" tanya Rama.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta dalam diam
Short StorySaat kau sedih, jangan menunduk ke bawah Lihatlah ke sekelilingmu, kau akan temukan aku, yang dalam diamku mencintaimu.. First story, need comment and vote ☺