9. Follow your heart

8.8K 305 14
                                    

Biru pov

Hari Jum'at sepulang sekolah, aku berjalan menuju halte tempatku biasa menunggu bus kota.
Dari kejauhan tampak Kak Ninda melambaikan tangannya padaku, secara reflek aku mempercepat langkah.

Begitu sampai di halte, Kak Ninda menyambutku sambil tersenyum lebar, tidak seperti biasanya.

"Kenapa kak?" tanyaku.

"Ga papa dek, besok kamu ada acara gak?"

"Enggak, emang kenapa?"

"Temenin aku ke taman bermain dong"

"Taman bermain?" tanyaku.

Kak Ninda mengangguk semangat.

"Cuma berdua kak?"

"Enggak, sama Faza juga, mungkin dia ngajak temen-temennya"

"Kok sama Kak Faza?"

"Iyaa, emang kenapa dek?"

"Kakak ada hubungan apa hayoo sama Kak Faza?"

"Sebenernya.." katanya menggantung.

Tiba-tiba bus kota datang, kami berdua segera menaiki bus dan duduk di bangku paling depan. Aku memilih duduk dibangku sebelah jendela.

"Sebenernya apa kak?" tanyaku menunggu lanjutan kalimatnya tadi.

Kak Ninda mendekat dan berbisik padaku.

"Sebenernya, kemarin aku sama Faza balikan, jadi dia ngajak pergi ke taman bermain" bisiknya.

Aku menjauhkan kepalaku, kemudian menatapnya meminta penjelasan, Kak Ninda malah senyum-senyum sendiri.

"Kakak pernah pacaran sama Kak Faza??"

"Iyalah dek" jawabnya masih sambil tersenyum.

"Kalo aku ikut ntar aku dikacangin kak" kataku ragu.

"Enggak lah, ajak temenmu juga boleh"

"Yaudah aku ikut, daripada diem di rumah" jawabku.

"Yes! Besok jam setengah sepuluh berangkat bareng naik bus ya, kumpul di halte dekat rumah"

"Oke kak"

"Oh iya, cerita dong kak, kok kakak bisa balikan sama Kak Faza" lanjutku.

Kak Ninda bercerita, sebelumnya mereka berpacaran enam bulan, sejak kelas X semester 2, kemudian mereka putus karena Kak Faza tidak tahan dengan sikapnya yang manja, tapi setelah putus malah Kak Faza terus mengingat Kak Ninda, Kak Faza akhirnya bersikap playboy agar dia cemburu, tapi Kak Ninda tidak terpengaruh, karena sudah tidak tahan, kemarin Kak Faza datang dan mengatakan semuanya pada Kak Ninda, Kak Ninda menerimanya kembali dengan syarat dia juga mau menerimanya apa adanya, akhirnya mereka balikan.

Kak Ninda tampak senang sekali.
Setelah itu kami terdiam, aku sibuk memikirkan siapa pengirim surat misterius itu, sudah 1 bulan dan aku masih tidak tau siapa pengirimnya.

Aku melihat keluar jendela,terlihat pemandangan jalan yang sangat aku kenal, berarti sebentar lagi aku akan sampai.
Saat bus berhenti di halte, aku dan Kak Ninda membayar tiket bus dan segera turun.

Setelah berjalan agak jauh dari halte, kami pisah jalan, Kak Ninda sudah sampai di rumah, sedangkan rumahku masih agak jauh karena terletak di ujung jalan.

"Besok jangan lupa ya dek" katanya sebelum masuk rumah.

"Iyaaa" balasku.

Begitu sampai di rumah, aku segera masuk dan menutup pintu, seperti biasa rumahku sepi.

Cinta dalam diamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang