Halo readers! Ini cerita kedua Aku. Semoga enjoy ya bacanya. Please vote dan comment nya ya guys! :)
Helen melangkahkan kakinya ke perusahaan sahabatnya. Tidak, maksudnya perusahaan tempat bekerja sahabatnya, Mia. Saat ini jam istirahat dan Mereka akan bertemu sekedar makan siang. Gedung yang menjulang tinggi itu berisikan orang-orang sepertinya. Orang-orang yang mencari uang untuk memenuhi kehidupannya. Setidaknya, Mia tidak berkutat dengan hal-hal criminal yang bisa mencelakakan dirinya sendiri.
BAM!
Helen melempar novelnya tepat di hadapan Mia. Ia pun duduk dan menyambar minuman sahabatnya.
"Udah selesai baca?" tanya Mia dan membuka lembar demi lembar novelnya.
"Udah. Kenapa ada kisah seperti itu? Kau tidak berpikir menyukai hal aneh-aneh di sana 'kan?" tanya Helen. Tidak lama makanan pun sampai.
"Tokoh utama di sini tuh keren, Helen. Apalagi latar yang diambil kerajaan. Meskipun ini cerita fiksi, Kita bisa ambil hal-hal menarik lainnya. Gimana, Kau jatuh cinta dengan tokoh utama pria?" goda Mia.
Novel yang diberikan sahabatnya berkisah tentang kisah cinta pangeran. Putri bangsawan yang dojodohkan untuk pernikahan politik itu terpaksa mati di tangan pangeran karena tokoh antagonis wanita yang menyudutkan. Sampai akhirnya Pangeran jatuh di lubang yang sama. Terjebak oleh wanita antagonis itu dan terkurung dalam penyesalan mendalam. Meski suatu saat ada seorang gadis yang menolongnya. Kisah cinta mereka pun tumbuh dan berhasil bangkit. Pangeran pun kembali ke istana dan memimpin kerajaannya.
Cerita di atas adalah cerita teraneh bagi Helen. Selin novel picisan yang sering ditunjukan Mia, Helen merasa selera sahabatnya semakin menurun dengan kisah romansa yang tidak masuk akal. Katakan, kalau Helen bukan tipikal wanita imut seperti Mia. Tapi otak Helen tidak bisa menerima kisah aneh yang bisa merusak hari-harinya. Lihat saja sahabatnya yang tidak habis senyum-senyum seperti ornag jatuh cinta ketika membaca novel tersebut.
"Mereka so sweet banget, Helen," celetuk Mia dan asik masuk ke dunia novelnya.
Helen tidak peduli, Ia menyantap makan siangnya dengan tenang. Jarang-jarang berkunjung ke tempat nyaman seperti ini. Ditambah Mia dengan senang hati mentraktirnya. Helen melirik ponselnya yang bergetar. Satu panggilan masuk dari ketua timnya.
Mia menatap kesal pada Helen yang makan terburu-buru. Ia tahu hal selanjutnya yang akan diucapkan sahabatnya.
"Aku pergi dulu. Ada kasus baru," katanya seraya menegak minumannya hingga tandas.
"Jangan lupa nanti malam ke rumah ku!" teriak Mia karena Helen sudah berjalan jauh. Helen hanya mengangkat tangan membentuk tanda Ok. Langkahnya semakin cepat dan berujung lari.
Helen melajukan mobilnya ke kantor polisi Munghai. Kasus yang dibicarakan ketua timnya ini menyangkut penculikan anak yang sedang marak di kotanya. Satu panggilan masuk dari rekannya. Ia pun mengangkatnya dengan tetap fokus menyetir.
"Kenapa Kau lama sekali Helen? Kami sedang menuju ke lokasi. Kau cepatlah!" teriak rekannya dan memutuskan panggilan sepihak. Tidak lama, Helen mendapat pesan yang berisi lokasi yang harus ditujunya.
Helen membanting stir dan melajukan mobilnya di atas rata-rata. Lokasi kali ini dikatakan sudah akurat. Timnya sudah menganalisa sejak seminggu lalu dan melihat bukti pelaku memasuki area tersebut. Untung saja jalanan cukup lenggang, Helen bisa sampai lebih cepat dari perkiraan.
CIIIT!
Helen mengerem kuat-kuat mobilnya. Ia memarkirkan di tempat yang tidak terpantau cctv. Ia tidak bisa ambil resiko sebelum rekan timnya datang. Helen keluar dan mengendap masuk ke bangunan pabrik yang terbengkalai. Ia menekan earpiece mininya untuk tersambung ke rekan timnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
THE SECOND MISSION
Historical FictionHelen adalah detective muda di kantor polisi Munghai. Dia mendapat hadiah sebuah novel berlatar kerajaan dari sahabatnya, Mia. Dan Ia berjanji akan menyelesaikan bacaannya semasa liburan kerjanya karena telah menuntaskan misi. Helen mengumpat Pria t...