"Maaf. Maafkan Aku Anne karena terlambat lagi dan lagi. Maaf. Maafkan Aku," ucap orang itu penuh sesal. Ia bahkan menyalahkan dirinya sendiri atas semua kejadian yang menimpa Anne.
"Pa-nge-ran ...," gumam Anne terbata.
Pria itu mengangguk. Mengiyakan gumaman Anne bahwa dirinya adalah Pangeran yang dikenalnya. Ia memeluk Anne lebih erat, menyalurkan kekuatannya agar tetap bertahan. Memeluk erat Anne untuk membagi luka laranya. Memeluk Anne untuk menguatkan wanitanya.
Pangeran mengangguk. Mengiyakan gumaman Anne yang memanggil namanya. Menahan tangisannya sendiri untuk menjadi sandaran wanitanya yang kini terluka. Menepuk lembut punggung Anne untuk memenangkan. Mengatakan dengan tersirat bahwa dirinya akan selalu di samping Anne apapun yang terjadi.
Ribuan maaf yang Ia lontarkan tidak akan mengembalikan hati Anne yang terluka. Bahkan sekedar menutupinya pun 'tak bisa. Karena nyawa seseorang yang dicintai Anne sudah pergi meninggalkan dunia. Meninggalkan Anne yang masih memiliki ribuan kata untuk disampaikan. Meninggalkan Anne yang belum sempat membalas untuk kebahagiaan. Meninggalkan Anne dan keluarga tanpa kata perpisahan.
Pangeran menangkap tubuh Anne yang terkulai lemas. Anne tidak sadarkan diri karena menangis sedari tadi. Bahkan bercak darah sudah melumuri hampir seluruh tubuhnya. Hati Pangeran berdenyut sakit. Anne sudah berusaha sekuat tenaga untuk bertahan dan melindungi Ibunya. Anne sudah bertahan meski luka merasuki sekujur tubuhnya. Hingga kini tidak bisa menahan rasa sakit yang menderanya, Anne jatuh tidak sadarkan diri di pelukan Pangeran.
"Maaf. Maafkan Aku, Anne," gumam Pangeran penuh sesal.
Matanya menangkap sosok Pria tangguh yang selalu berdiri di gardan terdepan untuk melindungi Anne. Pria yang menjadi ksatria kananya dan berkontribusi besar di negaranya. Pria yang tidak membiarkan orang lain menyentuh keluarganya. Pria yang akan melakukan apa saja demi kebahagiaan keluarganya.
Morgan menangis tanpa suara. Tapi Pangeran tahu betapa sakitnya melihat sosok ibu tergeletak tidak bernyawa. Bahkan Pangeran seakan tahu isi hati Morgan yang akan menyalahkan dirinya karena gagal melindungi keluarganya. Menjelang hari bahagianya, insiden mengerikan itu merengut semuanya. Merengut senyum indah Anne. Merengut wajah bahagia Morgan. Dan pastinya merengut semangat hidup Tuan Earl.
Rombongan Pangeran segera mengevakuasi keadaan. Beberapa orang yang menyerang Anne dibawa paksa untuk diselidiki lebih jauh. Ia harus menangkap dalang yang merusak hari tenang wanitanya dan menghukum seberat-beratnya.
------
Mar memeluk nonanya yang rapuh. Mendudukkan Anne di atas ranjangnya, seraya menyodorkan minuman untuk ditegak. Semua orang sudah kembali ke kediaman masing-masing setelah acara pemakanan Countess.
"Lady, Anda perlu mengisi perut," kata Mar berusaha membujuknya. Anne menggeleng, bahkan untuk melepaskan dahaganya Ia 'tak sanggup.
Anne bersandar di kepala ranjangnya. Ia tidak menangis lagi seperti pertama kali. Namun tatapannya kosong. Tatapan yang terpancar seakan tidak lagi memiliki semangat hidup.
"Aku ingin sendiri, Mar," kata Anne memandang kosong ke depan.
Mar menghela napasnya berat. Ia pun ikut bersedih atas kepergian nyonya. Tapi pastinya yang paling bersedih adalah keluarganya. Mar menutup pintu kamar Anne pelan. Melihat nonanya sekali lagi berharap tidak akan terjadi hal buruk setelah ini.
Anne duduk memeluk lutut dan menenggelamkan kepalanya. Rasanya masih sesak dan sulit percaya. Kehidupan sebagai Anne akan mengalami kehilangan lebih cepat dari pada perkiraannya. Tanpa permisi air matanya menyapa kembali. Mewakili bibir yang tak kuasa berkoar lara. Anne menangis tanpa suara dan tenggelam pada duka.
KAMU SEDANG MEMBACA
THE SECOND MISSION
Historical FictionHelen adalah detective muda di kantor polisi Munghai. Dia mendapat hadiah sebuah novel berlatar kerajaan dari sahabatnya, Mia. Dan Ia berjanji akan menyelesaikan bacaannya semasa liburan kerjanya karena telah menuntaskan misi. Helen mengumpat Pria t...