12. Jamuan Teh

6.5K 848 3
                                    

Selamat membaca gaesssss

Anne memasang wajah pias ketika Sang Ibu menyeretnya ke kereta kuda. Penolakan demi penolakan sudah Anne lontarkan secara lantai agar seisi rumah memahami isi hatinya.

"Anne tidak mau, Bu!"

"Ini pasti akal-akalan istana saja! Karena tujuan aslinya Ratu sedang mencari jodoh untuk anaknya!"

"Tidak! Aku tidak mau bersanding dengan Pangeran seperti itu!"

"Apa? Siapa yang menyukainya? Kapan Aku berkata menyukainya?"

"Ibu saja yang datang dan calonkan diri. Aku mana sudi dengan Pria seperti itu!"

"Astaga, Ibu! Aku akan mencari Pria di negeri lain dan pergi dari sini!"

Begitulan rentetan penolakan Anne yang berujung terseret ke kereta kuda. Sekuat apapun Ia menolak. Beribu alasan apapun Ia lontarkan. Countess tetap berkata tegas, "hadir perjamuan Ratu untuk hormati Beliau sebagai Ibu di negeri ini!"

Meski begitu. Walau begitu. Anne tidak ikhlas menginjakkan kakinya di istana (lagi). Anne menekuk wajahnya kesal, tangannya disilangkan di depan dada. Hari berjalan terasa sangat berat bagi Anne. Seharusnya hari ini Ia mengasah kemampuan berpedangnya, terpaksa batal karena undangan jamuan teh.

"Mar, sudah berapa bulan semenjak Aku siuman?" tanya Anne tiba-tiba kepikiran tentang waktu yang Ia habiskan sebagai Anne Vruss.

"Lima bulan berjalan, Lady," jawab Mar penuh percaya diri. Tapi Mar selalu berkata akurat.

Anne mengangguk-angguk sedangkan otaknya mencerna dengan baik. Lima bulan batas Anne terbunuh sudah terlewat. Dan sampai sekarang tokoh antagonis yang tertulis jelas di dalam buku pun belum bertindak menyakitinya. Apa ini artinya Anne selamat?

Anne selamat dalam terlibatnya kisah asmara bersama Pangeran. Dan masih diragukan apakah Ia masih selamat dari tokoh antagonis yang siap mencelakainya?

Mari kita lihat seiring waktu berjalan. Sembari Anne mengasah kemampuan bela dirinya secara diam-diam dari keluarganya. Atau Anne tetap menjalankan aksinya untuk pergi dari negeri ini. Tapi Anne yakin, tokoh antagonis itu pasti sudah menyusun rencana jika suatu saat Pangeran ketahuan membangun asmara dengan gadis lain. Apakah nasib sialnya akan berpindah pula?

Anne turun dari kereta kudanya. Bangunan aristocrat itu memberikan aura megah dan mewah. Anne tidak hentinya jatuh cinta dengan bagunan istana yang menghipnotisnya. Ia masuk setelah sesuai instruksi dari penjaga.

Jamuan teh yang akan dilaksanakan di taman istana tidak kalah cantik dengan ruangan pesta lalu. Pun udara di sini sangat menenangkan. Ratu memilih tempat yang sangat cocok.

"Lady Anne selamat datang!" sapa Sang Ratu ketika melihatnya baru saja bergabung.

Anne memberi salam dengan sedikit mengangkat gaunnya untuk membungkuk. Ia pun di persilakan duduk tepat di sebrang Ratu.

Anne tidak menyangka bisa melihat Ratu secantik itu di kehidupannya. Semua gadis bangsawan yang Ia temui memang cantik, tapi tidak ada yang melebihi kecantikan Ratu. Apalagi senyum yang mengembang indah itu menghipnotis setiap mata. Siapapun akan merasa iri dengan kecantikan Ratu.

"Apa ada masalah di perjalanan ke sini, Lady Anne?" tanya Sang Ratu karena Anne datang sangat terlambat.

Anne memasang wajah menyesal. Dan berkata, "maaf Yang Mulia. Hamba sangat kurang ajar karena terlambat datang di undangan Anda. Tapi, alasan yang Saya punya akan mengecewakan Yang Mulia. Karena itu, Hamba hanya bisa memohon maaf dan menyimpan alasan itu demi kesehatan hati, Yang Mulia."

Perkataan Anne sukses mengurai tawa Sang Ratu. Sedangkan gadis bangsawan lainnya menatap tercengang pada Anne. Apa Anne salah bicara?

"Terima kasih sudah memperhatikan kesehatan hati Saya. Lady Anne sangat tidak terduga," ucap Sang Ratu dan mempersilakan tamu-tamu gadisnya menyantap hidangan. Pembicaraan pun dimulai tanpa Anne berkontribusi.

Anne tidak mengetahui banyak tentang Pria di negeri ini. Menurutnya Pria yang tampan hanya 3 di matanya. Ayah, Morgan dan tentunya Duke Zenoz. Sedangkan Pangeran tidak masuk dalam ketampanan di matanya. Pangeran terlalu biasa bagi Anne.

"Bagaimana dengan Lady Anne?" tanya gadis berambut hitam legam itu. Margaretha!

Anne gelagapan. Ia bingung menimpali pembicaraan yang sedari tadi di bahas. Anne mengerjap beberapakali untuk menetralkan keterkejutannya.

"Ah! Saya tidak tahu harus bagaimana. Tapi pendapat Yang Mulia Ratu pasti lebih bijak dari pada Saya yang rendah ini," jawab Anne mengalihkan jawabannya ke Ratu.

"Aku tidak tahu Kau pandai merendahkan diri sendiri, Lady Anne. Aku... sedikit tidak menyukai hal itu," kata Ratu cepat setelah Anne melemparkan jawabannya.

Bagus! Itu yang Anne harapkan. Hati Anne berbunga-bunga. Ia ingin mengembangkan senyum selebar-lebarnya. Meloncat-loncat di atas meja dan berkata 'YES' penuh semangat. Tapi itu tidak bisa. Anne menunduk sendu, menunjukkan dirinya sangat menyesal. Sedangkan Margaretha tersenyum kemenangan. Itu hal yang diinginkannya.

"Aku dengar Lady Anne jatuh sakit beberapa bulan lalu. Apakah efek sampingnya masih dirasakan sampai sekarang?" tanya Putri bangsawan Baron.

Anne menatap bingung. Bagaimana bisa sakitnya sampai terdengar ke telinga bangsawan lain?

"Emm, mungkin. Aku sedikit kesulitan beberapa bulan terakhir setelah sakit itu. Maaf sudah menunjukkan hal buruk pada Kalian semua," jawab Anne sendu.

Tidak! Anne tidak kecewa, tapi rasanya sangat aneh. Sakitnya karena jatuh dari kuda dan itu sedikit memalukan. Tapi biar bagaimana pun, Anne merasa dua manusia itu berusaha menjelekkan dirinya di depan Ratu.

Bagus! Itu tandanya Anne bisa menjalani hidup lebih tenang mulai sekarang. Tidak dilirik istana adalah tujuan utamanya. Apakah sebentar lagi akan berhasil?

"Astaga, Lady Anne! Maaf Saya sudah berbicara kasar mengenai Anda," celetuk Sang Ratu dengan mata sayunya.

Anne kebingungan dengan reaksi yang Ia terima. Apakah kali ini Ia mendapat simpati dari Sang Ratu? Tidak mungkin!

"Itu tidak kasar, Ibu," celetuk seseorang tiba-tiba sudah berdiri di samping Anne.

"Ah!" pekik gadis lainnya ikut terkejut akan kehadiran sosok pria yang diidam-idamkan. Sedangkan Anne memejamkan mata seraya mengepalkan tangannya di balik meja. Ia sangat mengenali suara itu.

"Tidak perlu memberi salam," kata Pangeran kepada tamu ibunya untuk tetap duduk dengan nyaman. Sikap yang pengertian itu membuat lainnya semakin mengagumi Pangeran. Tapi tidak bagi Anne yang merasa mual mendengarnya.

"Kenapa Pangeran tiba-tiba hadir di perjamuan minum teh kali ini?" tanya Sang Ratu penasaran. Menatap selidik pada putranya yang terlihat mencurigakan.

"Ada hal penting yang perlu Aku bicarakan dengan salah satu tamu Ibu," jawab Pangeran lugas.

Sang Ratu memincingkan mata menggoda dan berkata, "benarkah?"

"Ya. Jadi bolehkah Aku membawanya, Bu?" ijinnya penuh sopan.

"Kau bersikap lancang Pangeran. Setidaknya beritahu Ibu urusan sepenting apa sampai menyela perkumpulan para gadis?" tanya Ratu mengorek informasi lebih dalam. Ia menatap Anne yang terus mengalihkan pandangannya ke penjuru halaman. Seakan tidak peduli dengan kehadiran Pangeran. Seulas senyum manispun terbit.

"Aku tidak yakin gadis yang akan Aku bawa menginginkan pembicaraan terbuka di sini," balas Pangeran seraya melirik Anne yang sedari tadi menghindarinya.

Sang Ratu terkekeh dan mengangguk mengijinkan putranya membawa salah satu tamunya. Senyum menawan Pangeran pun terbit. Ia pun menjulurkan tangannya di depan Anne.

"Lady Anne ..., bisakah kita berbincang sebentar?"tanya Pangeran yang sukses membuat Anne tercengang. Sedangkan Para gadislainnya menatap tidak percaya. Anne yang jarang muncul gosipnya kini menarikperhatian Pangeran.

THE SECOND MISSIONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang