Dating

3.1K 400 1
                                    

Pernahkah Anne mengatakan semenjak Ia menerima lamaran dari Pangeran. Sikap Pangeran berubah sangat agresif? Mudah mengatakan hal-hal manis dan mengumbar kata cinta. Seakan ratusan kali dalam sehari tidak cukup. Tidak hanya perkataannya. Pangeran pun tidak melupakan tindakan yang menunjukkan rasa cintanya. Seperti saat ini, Pangeran tidak melepaskan genggaman tangannya sedetikpun. Menggenggam lembut dan berjalanan beriringan. Bukan menarik genggaman dan berjalan terseret bagai korban. Pangeran sangat lembut memperlakukan Anne sebagai wanitanya.

"Yah ...," lenguh Anne ketika seseorang gagal memanah.

Anne dan Pangeran kini bergabung di kerumunan orang-orang yang menyaksikan orang lain memanah. Si pemilik toko akan memberikan hadiah jika ada yang berhasil memecahkan balon keras di depannya. 

"Kamu mau coba?" tanya Pangeran yang mendapat gelengan dari Anne. Ia masih belum mahir dalam memanah. Karena fokusnya kini berlatih pedang diam-diam.

"Ayo coba!" putus Pangeran seraya menarik lembut tangan Anne.

Kini dua orang berjubah itu menjadi pusat perhatian. Karena Anne dan Pangeran tidak bisa sembarangan keluar tanpa pengawalan. Mereka memilih memakai jubah untuk menutupi identitasnya. Seketika Anne terkekeh, rasanya seperti artis di jamannya Helen. Tidak bisa sembarangan keluar karena paparazi ganas di luar sana.

Si pemilik toko memberikan satu panah pada Anne. Semua orang melihat dengan rasa penasaran tinggi. Anne bersiap dalamposisi memanah. Meski akan gagal nanti, Ia harus tetap mencobanya. 

WUUSSH!

Satu panah melayang namun melesat. Masih ada harapan. Masih ada dua anak panah tersisa. Orang-orang kini memberi semangat membuat Anne dalam posisi memanah tadi. Tiba-tiba tubuhnya menegang. Seseorang membantunya dari belakang. Tangannya di genggam dan bergerak ke posisi yang tepat sesuai target. Anne menoleh terkejut, Pangeran dengan wajah seriusnya menatap fokus ke depan. Seakan tidak terganggu dengan apapun.

"Kamu harus fokus dan tegakkan tubuhmu, Anne," ucap Pangeran seraya mengulas senyum manisnya. Anne berdehem. Siapapun akan merasa canggung dalam posisi itu. 

WUUSSHH!

DOR!

Anak panah ke dua milik Anne berhasil. Ia menatap tidak percaya begitu juga orang-orang yang menyaksikan. Tentunya si pemilik toko yang lebih terkejut. Anne menoleh ke arah Pangeran dengan senyum tulusnya.

"Wah ... terima kasih," ucap Anne.

"Sisa satu anak panah. Mau coba lagi?" tanya Pangeran yang diangguki semangat oleh Anne.

Kembali pada posisi memanah dengan Pangeran yang membantunya di belakang. Bagi Anne harus bisa menghabiskan anak panah yang tersisa. Tapi bagi Pangeran adalah kesempatan memeluk Anne dalam waktu yang lama. Meski beralibi membantu dalam memanah.

WUUSSHH!

DOR!

Anak panah yang tersisa pun berhasil. Gemuruh tepuk tangan masuk ke pendengaran mereka. Anne kegirangan karena berhasil memecahkan tantangannya. Meski berupa balon ternyata memanah tidak semudah itu. Berbeda dengan menembak.

Sang Pemilik Toko memberikan dua hadiah yang cukup besar. Boneka dan bingkisan berisi makanan. Anne mengucapkan terima kasih tapi jelas sekali wajah pemilik toko memasang wajah pias. Mereka pun keluar dan memilih mecari hiburan lain di pusat kota itu.

"Pangeran ..., Kamu hebat!" puji Anne dengan mata bersinarnya. Pangeran terkekeh dan kembali menggenggam tangan Anne. Mereka berdua berjalan menyusuri pusat kota sampai menemukan hal yang menarik.

"Jadi ... Apa Aku boleh belajar memanah dari mu?" tanya Anne dengan mata penuh harapnya. Anne memegang lengan Pangeran dan memfokuskan matanya pada manik mata indah Pangeran. Senyum yang terbit di bibir Anne memberi kesan manis yang dipaksakan.

"Hhmm..," gumam Pangeran berpikir keras. Anne memukul pelan lengan Pangeran, merasa kesal karena tidak mendapat jawaban pasti.

"Astaga! Kenapa harus berpikir keras? Untungnya Aku memintamu yang mengajari ku. Kalau tidak mau pun 'tak masalah. Aku akan meminta pada Duke Zenoz. Aku dengar Dia ahli pedang dan memanah," celetuk Anne dan berhasil mendapat pelototan dari Pangeran.

"Kenapa Duke Zenoz? Kamu 'kan bisa minta pada Kak Morgan," balas Pangeran tidak terima Anne menyebutkan pria lain.

"Kak Morgan tidak akan mengajariku. Dia punya segudang alasan untuk menolak. Padahal intinya cuma satu, Dia takut Aku terluka," jawab Anne kesal mengingat hal itu. Anne sudah meminta berkali-kali untuk mengajarinya. setidaknya berikan guru untuk mengajarinya tapi selalu ditolak.

"Baiklah, Aku akan mengajarimu," putus Pangeran.

"Terima kasih!" pekik Anne kegirangan. Tanpa sadar Anne memeluk Pangeran sebagai ucapan terima kasih. 

"Sama-sama," balas Pangeran dan membalas pelukan Anne.

"Apa Kamu sering memeluk ketika senang mendapatkan sesuatu?" tanya Pangeran penasaran.

Anne mengangguk di balik pelukannya. 

"Apa ada Pria lain yang Kau peluk?" tanya Pangeran penasaran. Rasanya hatinya memanas melihat sikap Anne tidak memandang bulu.

"Maksudmu Duke Zenos? Hmm, sepertinya pernah. Dia pernah membantuku dan Aku memeluknya tanpa sadar karena terlalu senang," ceritanya dan mendapat pendelikan dari Pangeran.

Anne tertawa renyah. Wajah Pangeran sangat lucu di matanya. Ia pun menangkup wajah Pangeran dengan kedua tangannya.

"Maaf, sikapku terlihat seperti wanita gampangan 'kan? Jadi usahakan setiap Aku senang, Kamu ada di dekat ku. Jadi Aku akan memelukmu," ucap Anne dan mendapat pelukan dari Pangeran.

"Kamu harus berjanji untuk tidak memeluk Pria lain. Mengerti?" ujar Pangeran meminta janjinya.

"Baiklah. Baiklah. Aku janji," kata Anne.

Kencan pertama bagi Pangeran dan Anne terasa sangat indah. Mengisi seharian penuh dengan berdua saja. Menikmati hari menyusuri pusat kota dan bermain bersama. Rasanya sangat menyenangkan bisa melihat tawa Anne yang terdengar renyah. Dan sangat indah melihat wajah Pangeran yang jauh dari penat. Pangeran menghabiskan hari liburnya bersama Anne, wanitanya.

"Sebentar lagi pesta pertunangan Kita. Tidak ada yang Kamu inginkan Anne?" tanya Pangeran seraya berjalan kembali ke tempat kudanya berada. 

"Hmm tidak ada. Aku akan menantikan hari itu," kata Anne seraya mengulas senyum manisnya.

"Tapi ada yang ingin Aku minta darimu," pinta Pangeran menatap lekat wajah Anne yang cantik.

"Katakan saja," jawabnya enteng. 

Pangeran menyentuh kedua pundak Anne dan menatap serius padanya. 

"Penjelasan," kata Pangeran. Anne mengernyit bingung tidak mengerti maksud dari Pria di depannya.

"Penjelasan tentang mu dari awal sampai akhir. Kamu tahu pelakunya 'kan?" tanya Pangeran dengan tatapan menuntut.

Anne paham. Sedari awal Ia selalu bungkam dan mengalihkan pembcaraan. Karena Anne tahu bagaimana hukum ini bertindak, jika salah kata nyawa seseorang bisa melayang. Anne tidak mau hal itu terjadi. Sebejat apapun penjahat dan ribuan kali hatinya mengumpat akan membunuh. Anne tidak bisa. Ia tidak bisa melakukan hal itu. Karena semua orang memiliki hak hidup dan memperbaiki diri lebih baik.

"Pangeran ...," panggil Anne dan menatap lekat manik indah Pangeran.

Sampai pada situasi seperti itu pun Anne masih ragu untuk jujur. Apakah Anne bisa mempercayakan hal itu pada Pangeran? Apa Anne hanya perlu diam dan semua masalah yang timbul akan beres di tangan Pangeran? Apakah ini yang terbaik untuknya? Apakah Anne memilih keoutusan yang tepat? Apa jawaban yang pasti untuk itu semua?

THE SECOND MISSIONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang