02. Terjebak

14K 1.4K 8
                                    

Helen mengerjapkan mata, membiasakan cahaya yang masuk penglihatannya. Tangannya perlahan bergerak menyentuh area dadanya yang terasa sakit. Seketika Ia mengingat kejadian dirinya yang hampir mati tertembak ketika menyelamatkan korban penculikan.

"Ssst!" desis Helen dan berusaha duduk di atas ranjangnya.

Seseorang yang baru masuk terkejut melihat Helen yang baru bangun.

"Astaga, Putri Anne! Anda siuman!" pekik seorang gadis dengan gaun anehnya. Helen mengernyit mendapati gadis itu memanggilnya sebagai Anne.

Tidak lama, seorang Pria yang lebih dewasa dan wanita paruh baya datang dengan ekspresi haru. Sebenarnya apa yang terjadi dengan orang-orang asing bagi mata Helen?

"Putri 'Ku ...," ucap Wanita Paruh baya yang terlihat seperti seorang ibu.

Wanita itu duduk di ranjangnya dan memegang tangannya lembut. Air matanya jatuh menatap Helen meski sedari tadi tidak bereaksi apa-apa.

"Ibu kira ... Ibu kira Anne tidak akan kembali. Ibu sangat ketakutan, untunglah Kau sadar, Nak," ucap Sang Ibu dan mengelus tangannya penuh sayang.

Helen menarik tangannya tiba-tiba seraya menatap orang-orang di hadapannya dengan bingung. Seharusnya Ia berada di rumah sakit dengan perban yang melilit di area punggungnya. Atau kalau tidak selamat Ia seharusnya ada di surga atau neraka. Dua tempat itu sebenarnya tidak pasti bagi Helen yang tidak cukup baik bersikap, pun tidak jahat pula dalam menjalani hidup. Jadi, tempat apa yang Helen datangi?

"Aku ... tertembak," kata Helen penuh jeda. Ia menyentuh area punggungnya dan merasakan tidak ada luka di sana. Tiga orang di depannya menatap heran.

"Apa Kau masih merasakan sakit setelah kecelakaan itu, Anne?" tanya Seorang Pria yang lebih dewasa darinya. Helen menebak Dia adalah Kakaknya.

"Kecelakaan?" tanya Helen bingung.

"Ya, Kau jatuh dari kuda milik Kakak. Setelah itu Kau tidak sadarkan diri hampir 4 hari," jelasnya penuh rasa sesal. Seharusnya Dia bisa menjaga adiknya dengan baik.

"Aku ... bukan Anne," celetuk Helen membuat lainnya terkejut. Mereka berpikir bahwa Nona di depannya masih merasa bingung.

"Morgan, panggilkan dokter segera!" titah Sang Ibu yang langsung diturutinya.

Kini hanya mereka bertiga di dalam ruangan. Helen menatap dua perempuan yang berpenampilan berbeda. Menatap penuh lekat dan menganalisa orang-orang di depannya. Gadis yang berdiri di sampingnya mengenakan gaun sederhana. Kepalanya disanggul sedehana dan menatap Helen dengan pandangan khawatir.

Sedangkan wanita di depannya berambut pirang, gaun yang mengembang elegan, tangan yang halus dan lembut. Matanya menatap khawatir pada Helen, pun sempat menangis ketika memanggilnya.

Helen menggeleng kuat. Dua orang itu mengingatkannya pada cerita yang baru saja Ia baca. Cerita dari novel tentang kisah cinta pangeran dari kerajaan. Helen memukul dadanya ketika merasakan sakit tiba-tiba. Napasnya memburu dan keringatnya bercucur deras. Ingatan itu membuat Ia merasa sakit seketika.

"Argh!" rintih Helen seraya meremas dadanya.

"Anne!"

"Putri!"

Helen 'pun jatuh tidak sadarkan diri.

-------

Langit mulai berwarna senja. Ini pertanda hari akan berakhir dan diganti dengan malam. Suasana di kamar yang luas itu cukup tenang. Cukup tenang sebelum Helen bangun untuk kedua kalinya. Kini Helen benar-benar sadar dan berdiri di depan cermin.

THE SECOND MISSIONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang