11. ???

7.5K 874 2
                                    

Seorang pelayan masuk ke ruang kamar di mana tuannya berada. Rambut hitam panjangnya tergerai indah namun sorot matanya yang tajam memberikan kesan 'kuat' di dirinya.

"Lady Margharate...," sapa Pelayan itu dan mendekat ke tuannya. Pelayan itu berbisik seketika tuannya mengepalkan tangannya kuat-kuat. Wajahnya merah padam dan siap meledak kapan saja.

"Ini untuk mu," ucap Lady Margharate dan melempar satu kantong sedang berisi koin emas. Pelayan itu memberi hormat dan berlalu pergi meninggalkan tuannya yang sedang meresap emosi.

Senyum jahatnya terbit, Ia memainkan jemarinya ke meja kayu di depannya. Pikiran jahatnya terlintas dan Ia bergumam, "Lady Anne. Kau sangat menarik."

*****

S

R

A

A

K

K

!

Satu orang berhasil ditebas oleh Pria berambut pirang emas itu. Pedangnya mengalir darah segar dari lawannya. Napasnya memburu dan menatap nyalang target yang sudah melarikan diri. Mereka kembali kehilangan jejak.

"Pangeran ...," panggil Morgan dengan keadaan yang tidak jauh berbeda dari Pangeran.

"Bawa mereka yang masih hidup dan introgasi secepatnya!" titah Pangeran yang diangguki semua bawahannya.

Morgan memberikan kain bersih pada Pangeran. Ia harus tetap bersih ketika keluar dari hutan ini karena akan terlihat oleh rakyatnya. Sisa-sisa darah Ia bersihkan tuntas dan berkata, "ayo kembali!"

"Baik," kata Morgan dan dua lainnya. Jeff dan Max.

Mereka berempat berkuda keluar dari hutan. Rencana selanjutnya adalah kembali ke istana dan mengintrogasi pelaku yang tertangkap. Masalah ini tidak bisa dibiarkan begitu lama karena masyarakat sudah merasa resah akan keamanan negerinya.

"HIYAAAA!"

Hentakan kuda membawa mereka ke ibu kota, di mana istana berada. Mereka bagai ksatria berkuda yang siap menegakkan keadilan kerajaan. Seorang Pangeran dan tiga ksatria kepercayaan Raja. Kuda mereka menghentak kuat sampai suaranya terdengar nyaring di telinga masyarakat.

Secara otomatis orang-orang menyingkir dan memberi ruang pada mereka. Tanpa diberitahukan sebagian orang mengerti urusan penting empat orang istana itu, pastinya demi kemakmuran kerajaan negerinya.

KLOTAK KLOTAK KLOTAK

Siapa sangka di suasana seriusnya, Pangeran mendapatkan hal mengejutkan dari orang yang berhasil menarik hatinya. Tidak lain adalah Lady Anne, adik dari ksatria setianya, Morgan.

BUGH!

Seseorang terpental hingga ke jalanan menghalangi perjalanan Pangeran. Karena refleks yang baik empat orang itu berhasil menghentikan kudanya sebelum memakan nyawa korban.

"Apa yang terjadi?" tanya Pangeran terkejut karena hampir saja orang itu terinjak oleh kudanya.

Beberapa saat lalu orang-orang memekik terkejut. Tidak menunggu lama, Si Pelaku berjalan mendekat dengan wajah memerahnya. Jelas sekali Pelaku itu marah besar. Tapi bukan hal itu yang membuat Pangeran dan lainnya terkejut, melainkan sosok itu di kenal mereka.

"Lady Anne...," gumam Pangeran dan lainnya.

"Anne..," gumam Morgan dengan wajah bingungnya.

Sekali lagi semenjak Anne siuman dari kecelakaan beberapa bulan lalu. Sikap Sang Adik sangat berubah total. Hal itu tidak hanya dirinya yang kebingungan, Sang Ibu yang selalu di rumah memantaunya tidak kalah heran.

Anne berjalan dengan tatapan bengis serta wajah yang merah padam. Lengan bajunya sudah tergulung hingga siku seakan petarung handal. Sedangkan Mar yang mengikutinya berwajah khawatir, tidak mengerti apa yang merasuki tuannya sampai bisa memukuli orang lain.

"Kau masih mau mengelak, Tuan?" tanya Anne dingin. Lawannya bangkit dan hendak melarikan diri tapi terhalang karena kehadiran Pangeran yang kebetulan akan lewat.

"Aku tidak akan bersikap kasar kalau Kau berkata jujur dan mengakui kesalahan," lanjut Anne tepat berada di depan lawannya.

"Hah! Sayang sekali Aku tidak membuat mu pingsan," katanya dan melirik Morgan.

Tatapannya berubah sedikit lembut dan menyunggingkan senyum manisnya.

"Kakak ...," panggil Anne ramah membuat lawannya terbelalak kaget.

"Kau bisa membantuku? Pria brengsek itu berniat menculik anak kecil, huh untung saja Aku melihatnya. Kakak bisa mengurusnya 'kan?" tanya Anne meminta bantuan. Morgan mengangguk meski dengan kebingungan yang menyergap dirinya.

Dua Pengawal datang dan segera menangkap penjahat itu.

"Tunggu!" kata Anne dan mendekat ke penjahat itu.

"Ada satu hal lagi yang perlu Aku tunjukkan," kata Anne dan memutus jarak di antara mereka.

BUGH!

"Argh!" pekiknya seraya menyentuk 'kepemilikan' Pria.

Seketika orang-orang yang melihatnya meringis ngilu, termasuk Morgan. Sedangkan Pangeran secara refleks menyentuh miliknya seakan merasakan ngilu yang sama.

"Kalau kita bertemu lagi, akan Aku tunjukan hal yang lebih menarik," kata Anne seraya menepuk pundak Pria jahat itu.

Pria jahat itu pun di bawa untuk diintrogasi. Beberapa orang sudah mulai membubarkan barisa tontonannya. Kini tinggal Anne serta pelannya dan Morgan serta tiga orang lainnya.

"Tidak ada yang Kau jelaskan Anne?" tanya Morgan serius.

"Bukannya Kakak yang harus menjelaskan sesuatu?" balas Anne dengan pertanyaan.

Morgan mengernyit bingung. Kenapa dirinya yang harus menjelaskan suatu hal sedangkan yang mengejutkan di sini adalah adiknya.

"Kakak bau amis darah. Dan lihat kerah baju Kakak ada bercak darah. Kakak tidak habis membunuh orang 'kan?" tanya Anne seraya menunjuk bercak darah di kerah baju Morgan.

"Dan Pangeran, lihat! Ujung celananya pun ada bercak darah seakan menginjak genangan darah di suatu tempat. Bagaimana bisa seorang Pangeran berpenampilan buruk seperti itu?" lanjut Anne menunjuk Pangeran yang tidak kalah terkejut.

"Dan Kalian berdua. Kenapa tidak menyadari bercak darah di daun telinga Kalian? Setidaknya sebelum masuk ke masyarakat berpenampil lah lebih gagah. Orang-orang akan merasa takut melihat kalian semua," lanjut Anne tanpa menunggu protes dari lainnya.

"Aku harap Kalian tidak membunuh manusia. Sejahat apapun manusia bertindak, mereka memiliki hak hidup yang layak dan hak untuk memperbaiki hidupnya," ujar Anne pada akhirnya.

"Oh Astaga, Mar! Mereka semua membuat hidung ku sakit!" pekik Anne dan menutup hidupnya rapat-rapat seakan begitu menyakitkan. Anne pun berbalik dan mengabaikan kebingungan empat orang itu. Anne tidak berniat berlama-lama untuk sekedar menyapa dengan sikap ramah.

Harinya sudah buruk dan akan bertambah buruk kalau berhadapan dengan Pria berambut pirang emasnya. Anne tidak bodoh dengan bertanya tentang membunuh manusia. Mata dan hidungnya cukup jeli membedakan darah manusia atau hewan. Dirinya pun sadar perkataannya tadi sekedar teguran halus untuk tidak memberi harga murah pada nyawa manusia sejahat apapun.

Anne paham dan mengerti. Tapi jiwa manusianya yang tinggi untuk memberi kemurahatiannya tentang memperbaiki hidup lebih baik lagi.

"Lady...," panggil Mar yang berjalan di sampingnya.

Mar menyadari raut wajah tuannya yang berbeda. Ia pun sedikit menghibur dengan mengajaknya ke toko kue di depan matanya.

"Mmmm, kue ini enak. Kau tahu banyak tentangtoko yang menarik ya Mar..," puji Anne yang sudah sedikit lebih baik suasanahatinya.

THE SECOND MISSIONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang