Cerita ini adalah fiksi belaka, saya juga bukan seorang sastrawan yang hebat dalam menulis, jadi mohon di maklumi segala kekurangan yang ada dalam penulisan.
---------------------------------------------
Rose POV
Keesokan harinya...
Bagaimana bisa Jisoo tahu soal perasaanku padanya?
Apa aku pernah mengigau saat dia bersamaku?
Aish memalukan.Bagaimana aku harus menghadapinya?
Aku sangat malu.Lisa.
Orang itu benar-benar gila kerja ya.
Sampai sekarang belum pulang juga.
Dasar orang ambisius.
Caper (cari perhatian).Cklek... (suara pintu terbuka)
Ada yang membuka pintu kamarku.
Aku langsung menoleh ke arah pintu."Aku lelah sekali." Kata Lisa.
Ternyata si ambisius baru saja pulang kerja.
"Yak Park Chaeng, siapkan baju untuk ku, aku mau mandi." Kata Lisa.
Aku bangun dari duduk ku dan menghampiri dia.
Aku lihat dia dari atas sampai bawah.
"Yak, kenapa kau menatapku seperti itu?" Kata Lisa heran.
"Kedua tanganmu masih ada dan bisa di gerakkan dengan baik, kedua kakimu juga begitu, matamu pun masih sehat, jadi dimana letak kecacatanmu sehingga kau menyuruh aku menyiapkan bajumu?" Tanya Rose kepada Lisa.
"Yak!!! Aku lelah sekali, aku ingin cepat mandi dan segera tidur, jadi jangan ajak aku berdebat. Siapakan saja!!!" Kata Lisa dengan nada tinggi.
Aish... kupingku salah urat mendengar orang ambisius ini berteriak.
Lisa heran melihat tingkahku yang malah mengusap-usap telinga.
"Yak!!!!" Teriakanku 10x lipat lebih kencang dari pada teriakan Lisa tadi.
Lisa terkejut mendengar teriakanku dan langsung mencari tempat berlindung.
Ia berlari ke samping lemari.
"Aku tidak suka di suruh-suruh kalau tidak di kasih uang!!!" Teriak ku.
"Chae... Chaeyoung-ah tenangkan lah dirimu..." kata Lisa.
"Pagi-pagi bikin mood ku buruk saja. Kalau baru pulang kerja itu lebih baik diam, jangan perintah-perintah orang seenaknya. Apa kau mengerti?!" Kataku.
KAMU SEDANG MEMBACA
DORMIR CONMIGO (END)
FanfictionKonten dewasa , 18+++ TIDURLAH DENGANKU!!! "Seperti mata yang tenang menunggu sesuatu yang seharusnya pulang. Akan sesak dadamu jika yang datang hanyalah aku sebagai kenangan." ~ Sebuah Usaha Melupakan, Boy Candra