Cerita ini adalah fiksi belaka, saya juga bukan seorang sastrawan yang hebat dalam menulis, jadi mohon di maklumi segala kekurangan yang ada dalam penulisan.
---------------------------------------------
Author POV
Di apartement Jisoo.
"Memangnya hari ini kita mau jalan-jalan kemana?" Tanya Jennie kepada Rose.
"Tidak tahu." Jawab Rose.
Jennie mengerutkan alisnya.
"Kalau tidak tahu kenapa bilang mau jalan-jalan? Aneh sekali." Kata Jennie.
Setelah sarapan selesai dibuat, Jennie dan Rose menunggu Lisa dan Jisoo di meja makan.
"Mereka mandi lama sekali." Kata Rose.
"Coba kau cek Lisa dan aku akan cek Jisoo." Kata Jennie.
"Tidak perlu cek aku." Kata Lisa yang sudah datang ke meja makan.
Rose dan Jennie menoleh ke arah Lisa.
"Lisa sudah selesai, coba kau cek Jisoo." Kata Rose kepada Jennie.
Jennie bangun dari duduknya dan berjalan menuju kamar Jisoo.
"Kau mandi lama sekali." Kata Rose kepada Lisa.
"Aku tadi berendam di air panas." Kata Lisa.
Jennie masuk ke kamar Jisoo dan berjalan menuju kamar mandi yang ada di kamar Jisoo.
Pintu kamar mandinya tidak terkunci.
Jennie masuk dan melihat Jisoo sedang mandi.
Kemudian Jennie memutuskan untuk mengunci pintu kamar mandinya.
Jisoo tidak menyadari kedatangan Jennie karena suara air pancuran shower yang lumayan kencang.
Jennie mendekati Jisoo dan memeluk Jisoo dari belakang.
Jisoo terkejut.
"Aku merindukanmu." Kata Jennie kepada Jisoo.
"Jennie-ya, apa yang sedang kau lakukan disini?" Kata Jisoo seraya melepas pelukan Jennie.
Baju Jennie menjadi basah.
"Kenapa kau bersikap dingin begini kepadaku?" Tanya Jennie.
Jisoo mematikan showernya.
Lalu ia mengambil handuk untuk menutupi dirinya."Ayo kita keluar." Kata Jisoo seraya menarik tangan Jennie.
Namun Jennie menepisnya.
"Ayo kita menikah." Kata Jennie.
"Tidak bisa, ayahku akan melarangnya." Kata Jisoo.
"Tidak usah pedulikan ayahmu." Kata Jennie.
"Tapi ayahku sangat mempedulikanmu." Kata Jisoo.
KAMU SEDANG MEMBACA
DORMIR CONMIGO (END)
Hayran KurguKonten dewasa , 18+++ TIDURLAH DENGANKU!!! "Seperti mata yang tenang menunggu sesuatu yang seharusnya pulang. Akan sesak dadamu jika yang datang hanyalah aku sebagai kenangan." ~ Sebuah Usaha Melupakan, Boy Candra