"Sekali lagi kau berani menyebut putriku dengan sebutan suruhan kegelapan akan ku kutuk kau." ucap Laraa menunjuk Prim dengan telunjuknya. Urat dilehernya menyembul keluar saking marahnya.
Laraa pergi meninggalkan Prim yang terdiam di bangku dengan bekas telapak tangan dipipinya. Matanya berkaca-kaca hendak menangis namun ia hanya diam tak ada sesuatu apapun yang hendak ia pikirkan ataupun kerjakan selain terdiam.
.
.
.Prim melipat baju perangnya yang di buat khusus di Norand, hal itu membuatnya teringat akan pedang pemberian Ratu Elphrim yang telah patah saat bertarung dengan penunggang naga. Prim menyunggingkan senyumnya saat melihat paraffin di samping tempat tidurnya dan mengambil pedang pemberian Raja Edmund yang baru untuknya.
Jubah panjang berwarna abu-abu dipakainya menutupi seluruh tubuhnya. Rambutnya yang kini sepanjang paha tersisir rapi dan dijalinnya berlahan bersama seorang pelayan yang telah dekat dengannya bernama Wenny yang sering membawakan makanan menggantikan Pangeran Edward.
Gaun panjang dan lebar menjadi khas agar tidak mencolok diantara orang-orang namun saat pertarungan Prim tidak menjamin ia dapat bertarung dengan baik. Tapi ia sudah pernah melakukan pertarungan dengan para di orc sebelumnya dengan menggunakan gaun dan itu bukan merupakan alasan sama sekali untuk Prim menjadi lengah.
Wenny memberikan busur dan anak panah kepada Prim dan segera Prim memakainya dibelakang punggungnya.
Wenny tersenyum pada Prim dengan wajah kecilnya yang masih berusia delapan belas tahun yang padahal bila dibandingkan dengan waktu didunia Prim yang seharusnya dua kali waktu saat ia berada di dunia lain ini. Wajah Wenny berseri ceria dengan kepang dua seperti gadis desa lugu yang tak berdosa. Matanya penuh rasa bangga setiap kali melayani pahlawan negerinya itu tapi Prim diam saja dan acuh tak acuh pada Wenny yang sangat peduli padanya.
"Bagaimana dengan perlengkapan lainnya?" tanya Prim berdiri di depan perapian menatap Wenny yang tengah mengambil beberapa barang yang mungkin akan dibawanya keluar untuk dibersihkan.
"Penjaga mengatakan Laraa tengah menunggu didepan gerbang. Kuda anda sudah disiapkan dan makanan, semua berada didalam ransel kuda dan.."
"Yang lainnya?" tanya Prim memotong saat Wenny tengah memikirkan apa yang akan ia bicarakan lagi.
"Pangeran tengah menyiapkan peralatan. Dan Pangeran Kai tengah.. tengah.." Wenny mencengkram keranjang yang penuh kain kotor bingung akan apa yang ia katakan matanya menatap langit-langit berpikir dengan keras sesuatu yang dilakukan Kai.
"Keluarlah. Katakan sebentar lagi aku akan siap." ucap Prim menyuruh Wenny untuk keluar dari kamarnya.
Wenny dengan hati-hati melangkah keluar dari kamar Prim. Ia hendak berbalik mengatakan selamat tinggal namun Prim sudah menutup pintu kamarnya dengan rapat sehingga Wenny hanya bisa diam dan terus berjalan membawa kain menuju tempat pencucian.
Prim duduk di atas tempat tidurnya dan menghela nafas panjang. Ia menarik roknya yang panjang dan tebal untuk menyelipkan sebuah pisau kecil di sepatu bootnya. Disanggulnya rambutnya yang telah dijalin. Prim menatap langit-langit kamarnya dan memejamkan matanya sesaat.
.
.
.Prim berdiri di depan pintu istana dan disuguhi angin dingin yang membawa dedaunan kering. Jubahnya menari-nari dan entah kenapa gigi Prim bergeletuk seperti kedinginan dan segera ia memakaikan topi jubahnya tanpa menutupi wajahnya.
Ia menyilangkan tangannya dibalut jubah tebal hingga membuatnya sedikit hangat.
Tak jauh suara langkah kuda terdengar oleh Prim dan membuatnya langsung mengalihkan pandangan mencari asal suara. Seorang prajurit berpakaian lengkap menggiring seekor kuda hitam yang gagah yang telah dipasangi pelana dan tas perlengkapan dikedua sisinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Black Circle "Another World 2"
AvventuraSequel kedua "Missing to Another World" _.-TAMAT-._ Prim kembali ke dunia lain.. Dapatkah ia mengungkapkan Rahasia mengenai Lingkaran Hitam yang melekat pada dirinya? Bagaimanakah perjalanan Prim bersama yang lainnya menuju Batu Lwyn?