Pukul 16.45. Aksa baru saja menyelesaikan lembaran-lembaran soal yang hampir membuat kepalanya pecah selama 3 sesi tadi. Entah bagaimana hasilnya, Aksa berharap ia masih bisa menorehkan prestasi untuk sekolahnya kali ini, sebagaimana pada olimpiade - olimpiade sebelumnya.
Annisa menghampiri Aksa yang berdiri didepan ruang ujian dengan senyum secerah mentari miliknya. Mungkin seperti biasa, Annisa akan merocokinya dengan berbagai soal-soal menarik yang ditemuinya tadi.
Tapi Aksa tidak pernah terganggu, melihat Annisa yang begitu semangat dengan binar indah di mata nya sambil membahas soal-soal adalah hal paling menarik dari sosok Annisa bagi Aksa.
Aksa tersenyum, mengusap puncak kepala Annisa yang dibalut kerudung putih,
"Pinter banget, sih. Bikin gemes tau, gak" ujar Aksa setelah mendengar penjelasan panjang lebar Annisa membahas tentang soal yang hampir saja membuatnya terkecoh.
"Tadi kamu gimana? Ada soal yang sulit, gak?"
"Mm.. semuanya lumayan sulit, sih. Tapi ga ada yang bener-bener bikin bingung gitu. Yahh, gampang-gampang susah lah!"
"Sigh.. bohong banget. Ntar juga paling sampe final"
"Harus sama kamu. Kalo sendiri aku gamau,"
"Mulai lagi. Gausah ngegombal, Aksara!"
"Dih, siapa yang gombal? Ini serius, Cha."
Kemudian keduanya tertawa. Menikmati bahagia satu sama lain. Sejenak Aksa lupa bahwa separuh jiwanya ada ditempat ini. Annisa memang selalu berhasil membuat Aksa hanya bisa terfokus padanya. Apalagi ketika senyum lebarnya menampilkan deretan giginya yang rapih, lantas lesung pipit dibawah bibir sebelah kanan Annisa yang lebih memberi kesan manis.
Tapi atensi Aksa beralih ketika melihat beberapa orang melewati mereka sambil berbisik yang entah tidak dipahami Aksa.
Beberapa ada yang tertawa, beberapa lagi ada yang meliriknya dengan tatapan sinis sambil menggelengkan kepalanya, dan bahkan.. mungkin ada kesan meremehkan disana(?)
Aksa mulai risih dengan tatapan orang-orang yang melewati mereka dan Annisa menyadari itu,
"Orang-orang pada kenapa, sih?" tanya Annisa kemudian
"Gak tau, aku juga ga ngerti, Cha"
Annisa segera beranjak, mencari sumber dari tatapan orang-orang tersebut. Sedang Aksa mengikutinya dari belakang.
Sampai pada jarak hampir 10 meter didepan mereka, Aksa langsung teringat akan keberadaan Dika adiknya begitu melihat kerumunan didepan sana.
Ia mempercepat langkahnya melewati Annisa, dengan rasa khawatir. Langkahnya semakin mendekat pada kerumunan yang tepat berada pada papan pengumuman sekolah.
Tatapan Aksa jatuh pada sosok didepan sana, sosok dengan hoodie hitam tebal yang menunduk dalam karena menjadi pusat perhatian kini. Tidak salah, itu adalah Dika. Aksa segera mengedar pandangan, mencari kedua sahabatnya, rasa berkecamuk dalam benaknya bertanya 'ada apa?' dan rasa khawatir karena tidak menemukan Adam dan Reza disekitar Dika.
Aksa mempercepat langkahnya ketika menemukan sesuatu yang ganjil di papan mading sekolah. Matanya langsung terkunci pada beberapa foto dia dan Dika. Ada beberapa coretan berantakan di foto bagian Dika.
"MATII"
"DASAR PENYAKITAN!"
"GA GUNA HIDUP MATI AJA!!"
"JANTUNG GUE NIH KALO MAU!!"
"ORANG PENYAKITAN PASTI HIDUPNYA NYUSAHIN AWKWAOKWAOKK"Ada sebuah artikel yang cukup besar disana dengan warna tulisan yang mencolok, membuat siapapun dengan mudah membacanya meskipun dari jarak yang tidak terlalu dekat.
![](https://img.wattpad.com/cover/209391818-288-k432521.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
SILHOUETTE ✅
Novela JuvenilBook I of AKSARA DIKARA ______ Dika, jangan bersedih. Takdir memang terlalu kejam membuatmu harus terkurung dalam cangkang patah asa. Membuat semua mimpimu berakhir pupus tak bersisa. Tapi, Dika. Aku ingin kamu tahu, ada aku yang bisa kamu benci se...