- 15 -

4.4K 332 17
                                    

Selepas istirahat sholat zuhur, Aksa sudah berada di basecamp ekskul MIPA, seperti janjinya dengan Annisa pagi tadi bahwa mereka akan belajar bersama di tempat tersebut. Apalagi siang ini KBM ditiadakan karena guru-guru sedang rapat. Kesempatan untuk Aksa dan Annisa menghabiskan waktu mereka belajar sampai pulang sekolah, lagipula Aksa juga sedang tidak betah di kelasnya karena tidak ada Adam.

Aksa menikmati belajarnya kali ini. Rasanya sudah lama ia tidak belajar berdua dengan Annisa, benar-benar berdua saja seperti ini, padahal hanya libur seminggu lebih saja. Keduanya tenggelam pada konsentrasi masing-masing dalam memahami materinya, sambil sesekali melempar pertanyaan jika ada yang tidak dimengerti dan mendiskusikannya bersama. Buku kamus biologi juga laptop Annisa yang terbuka, menampilkan artikel-artikel mengenai pembahasan mereka, juga beberapa kumpulan soal-soal.

Tidak berselang lama sampai atensi keduanya teralihkan dengan suara ketukan pintu. Sontak keduanya menoleh pada pintu yang tertutup rapat. Siapa yang mengetuk pintu basecamp? Biasanya anggota lain atau pembina akan langsung masuk tanpa mengetuk terlebih dahulu.

"Biar aku yang cek." Ujar Annisa. Gadis itu langsung berdiri menuju pintu sebelum Aksa yang juga hendak bangkit mendahuluinya.

Sosok dengan perawakan mungil yang hampir sama dengan Annisa tersenyum kikuk kearahnya ketika Annisa membukakan pintu.

"Maaf kak, i-ini ... ada titipan dari kak Adam," ucap gadis itu sedikit gugup.

"Dari Adam? Buat siapa?"

"Kak Aksa." Jawaban gadis tersebut sontak membuat Annisa menoleh ke dalam ruangan pada Aksa yang terfokus dengan bukunya. Dahinya berkerut. Setahunya Aksa orang yang tidak akan memberitahukan keberadaannya kalau sedang belajar karena tidak ingin diganggu. Adam saja biasanya kelimpungan mencari Aksa di sekolah setiap kali mereka pergi belajar berdua.

"Kamu tau dari mana Aksa disini, dek?" pertanyaan Annisa membuat gadis itu menegang. Matanya menatap gusar sekeliling, menghindari tatapan Annisa, sampai manik itu berhenti pada sosok yang sejak tadi mengawasi dengan seringai yang mampu membuat ia bergidik ngeri.

"Ma- maaf, Kak. Saya permisi." Ucapnya cepat lantas segera berlalu dari hadapan Annisa, bahkan tidak membiarkan Annisa mengucap sepatah katapun meski hanya sekedar ucapan terima kasih. Setelahnya Annisa memilih kembali masuk dan menutup pintu.

"Siapa, Cha?"

"Adik kelas nggak tau siapa. Ini, ada titipan dari Adam katanya. Buat kamu." Annisa menyerahkan rantang kecil yang tersusun tiga dengan tas cantik yang membungkusnya.

"Dari Adam? Dia beneran izin acara keluarga, yah? Kirain bohongan doang biar bisa bolos. Hahaha," tawa Aksa terdengar, tangannya sudah sibuk membuka isi rantang tersebut. pas sekali menurutnya, Aksa juga sedang malas ke kantin untuk makan siang. Meskipun ada yang mengganjal dalam pikiran Aksa, biasanya kalau Bunda Adam memberikan makanan untuknya pasti langsung ke rumah, bukan ke sekolah, apalagi mereka sudah tahu Dika 24 jam berada di rumah.

"Aksa," panggil Annisa.

"Hm?" gumaman Aksa dan sibuknya Aksa membuka isi rantang tersebut membuat Annisa urung menyampaikan kegelisahannya. Pasalnya ia curiga dengan adik kelas tadi entah bagaimana caranya. Tapi melihat Aksa yang seolah biasa-biasa saja, membuat Annisa tidak jadi menyampaikannya.

"Kenapa, Cha?"

"Nggak. Nggak jadi."

"Yaudah, kita makan dulu, yuk. Enak nih, ada sup ayam!" Aksa begitu antusias ketika melihat isi rantang, "Bunda tau banget favorit gue!" Annisa yang melihat Aksa hanya terkekeh sambil geleng-geleng kepala. Aksa seperti upin ipin yang senang ketika mendapatkan ayam goreng.

SILHOUETTE ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang