Nasi Goreng | 25

93 11 0
                                    

Sebelum lanjut aku mau nanya dulu dong, di kalian partnya berurutan apa berantakan? Tolong bantu jawab yaa, karena aku baru sadar tadi ternyata part 10 belum di publish hehehe 😂

Happy Reading ✨

*****

Dhifa mengakui, ia tidak terlalu pandai dalam bersosialisasi. Bukan tidak bisa sama sekali, tapi terlahir dari keluarga kaya raya dan memiliki paras yang cantik, membuat Dhifa tidak begitu paham bagaimana cara mendekati. 

Semua orang yang akan mendekat dan bersosialisasi dengannya, bukan ia yang harus susah payah berdekatan dengan banyak orang. 

Kalau untuk sesama perempuan mungkin masih bisa, tapi untuk lawan jenis? Dhifa saja tidak yakin pada dirinya sendiri. 

Tapi untuk Kavin, mungkin ia memang harus sedikit berjuang. Mengenai rencana yang sudah ia pikirkan matang-matang, Dhifa akan memulainya tepat hari ini. Berbekal nasi goreng sosis yang dibuat Bi Inah pagi tadi.

Ini namanya rezeki buat lo. Mumpung sekarang jam kosong, mending lo cepetan kasih itu buat Kavin.

Karena mengikuti saran Sandra, disinilah ia berada. Di ruang UKS yang berhadapan langsung dengan lapangan, seraya memastikan waktu yang tepat untuk memberikan bekal ini pada Kavin.
“Kita harus banget ikut nih, Fa?” tanya Sandra yang saat ini sudah bersandar di tembok.

“Iyalah! Lo berdua harus temenin gua di sini,” ujarnya tak mau dibantah. 

“Kenapa gak nanti aja sih ngasihnya, pas jam istirahat,” ucap Ara menyahuti. 

“Justru sekarang waktu yang tepat. Orang kalo abis olahraga tuh biasanya laper, jadi butuh asupan. Kemungkinan besar dia pasti nerima makanan dari Dhifa,” jawab Sandra yakin. 

“Akhirnya selesai juga,” kata Dhifa saat melihat Pak Dodi keluar lapangan. 

“Ya udah gece sebelum Kavin keluar,” ucap Sandra. 

“Lo berdua tunggu di sini,” setelah mengatakan itu, Dhifa berjalan masuk dan meninggalkan kedua sahabatnya. 

Dhifa melihat Kavin duduk di tribun pinggir lapangan, tak ingin membuang banyak waktu, Dhifa langsung berjalan mendekat ke arahnya.

“Hai,” sapa Dhifa sedikit kaku.

Yang disapa pun hanya mengernyit heran, “Ngapain di sini? Olahraga juga?” 

“Oh, enggak.”

“Terus?” Kavin menatap Dhifa intens, menunggu sampai perempuan ini menjawab pertanyaannya. 

“Emangnya gue gak boleh disini?!” kesal karena terus dilontarkan pertanyaan, Dhifa akhirnya balik bertanya dengan nada juteknya seperti biasa. 

Menghela napas, Kavin menangkap basah segerombolan perempuan yang satu kelas dengannya, sedang mencuri pandang ke arah Dhifa dan dirinya. Lalu beralih menatap teman-teman cowoknya yang juga sempat berhenti bermain karena melihat ke arahnya.

“Dhifa mau ngapain di situ?”

Kavin disamperin cewek cantik.”

“Sejak kapan Kavin sama Dhifa deket?”

“Si Dhifa makin cakep aja, ya.”

“Ngapain pada ngeliatin? Ayo lanjut,” ujar Edwin, membuat mereka semua mengalihkan pandangannya dan fokus melanjutkan pertandingan. 

Gosip akan segera hadir. Pikirnya. 

“Kalo gak ada urusan mending pergi deh. Disini bahaya, nanti kena bola.” bermaksud mengusir, tapi rupanya perempuan ini tidak juga beranjak dari tempatnya. 

NADHIFATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang