Kota Amal | 26

70 11 0
                                    

Dhifa menatap langit-langit kamar dengan pandangan menerawang memikirkan sesuatu. Bahkan ia belum berganti pakaian sejak pulang sekolah tadi, padahal jarum jam sudah menunjukkan pukul 16.30 sore.

"Ternyata naik motor tuh enak yah," ujar Dhifa dengan pandangan yang sama, menatap langit kamar-kamar.

"Oh ya!" ucapnya kaget sadar akan sesuatu. "Katanya Kavin mau kasih gue latihan soal," Dhifa bangkit dari tidurnya.

Dia mengecek ponselnya, dan membuka aplikasi chat, "Kok belum dikirim sih! Apa gue telpon aja kali, ya?" tanyanya pada diri sendiri.

Tanpa pikir panjang, Dhifa menekan nomor Kavin dan melakukan panggilan. Terdengar nada sambung sebelum akhirnya suara di seberang sana terdengar menyahut.

"Kenapa?" tanya Kavin galak.

Dhifa sempat memutar bola matanya malas. "Biasa aja dong! Gue cuma mau tanya," kata Dhifa.

"Tanya apa?"

"Lo gak jadi ngirimin soal latihan?" tanya Dhifa.

"Kata siapa gak jadi?" tanya balik Kavin. "Gue bakal tetep kirim, tapi nanti jam delapan," jawabnya lalu segera memutus sambungan telepon.

"AN-, ngeselin banget sih nih cowok, gue belum selesai ngomong udah dimatiin," dumel Dhifa.

"Lagian kenapa, sih harus nungguin jam delapan! Kenapa gak-" Ucapan Dhifa terhenti saat mendengar suara ketukan pintu.

"APA?!" teriak Dhifa dari dalam.

"Ini udah sore, Non gak mau makan?" tanya Bi Inah dari luar kamar.

"Nanti, Bi," jawab Dhifa.

"Ya sudah, nanti kalo Non mau makan sudah Bibi siapin," ujar Bi Inah. "Bibi mau ke kamar dulu," pamit Bi Inah lalu berjalan menjauh dari kamar anak majikannya, Sedangkan Dhifa sudah bergerak menuju kamar mandi.

*****

"Mas," panggil seorang perempuan yang sedang duduk berhadapan dengannya.

"Iya?"

"Kapan mau kenalin aku ke anak kamu?" tanya perempuan itu.

Gerakan mengunyah laki-laki itu sempat terhenti saat mendengar pertanyaan itu. Pertanyaan yang sangat dia hindari saat ini.

"Mas masih cari waktu yang tepat buat ngomong ke dia," jawabnya.

"Sampai kapan?"

"Secepatnya."

"Sebulan yang lalu juga kamu ngomongnya gitu, tapi sampe sekarang nggak ada hasilnya," protes perempuan itu.

"Akhir-akhir ini Mas lagi gak akur sama dia, belum tepat waktunya untuk kenalin kamu sama dia."

"Aku cuma mau kenal lebih jauh sama dia, Mas. Kalo kaya gini terus yang ada makin jauh antara aku, kamu sama dia."

Laki-laki paruh baya itu menyentuh tangan perempuan yang ada di hadapannya. "Aku ngerti maksud kamu, tapi tolong... kasih aku waktu lagi buat bahas ini sama dia."

"Kamu, kan tau dia itu anaknya keras, yang ada dia ngamuk kalo tiba-tiba Mas kenalin kamu sama dia."

"Kamu bilang dia mau banget punya adik, aku cuma gak sabar aja mau kenalin Zio ke dia. Zio juga pasti seneng banget kalo tau dia punya kakak," ujar perempuan itu.

"Sabar ya, sayang. I promise it won't be long."

*****

NADHIFATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang