Rumah Kavin | 28

111 8 0
                                    

“Dhifa!” Dhifa kaget saat mendengar ada yang memanggil namanya. 

Rafkal yang mendengarnya pun, langsung menjauhkan kepalanya dan duduk bersandar pada kursi. 

“Ara?” ucap Dhifa saat melihat Ara yang berdiri di samping mejanya. 

“Lo sama siapa ke sini?” tanya Dhifa, karena tidak mungkin Ara ke kafe seperti ini hanya sendirian.

“Sama–,” ucapnya menggantung, tapi kepalanya bergerak ke samping kanan untuk melihat seseorang yang berjarak tiga meter di sampingnya.

Dhifa mengikuti pergerakan kepala Ara, saat tahu siapa yang Ara maksudkan membuat Dhifa membelalakkan matanya tanpa sadar. 

“Kavin?!”

Rafkal yang merasa tidak asing dengan nama itu ikut menggerakkan kepalanya ke belakang dan benar, Kavin berdiri dengan tas sekolah di punggungnya. 

“Lo ke sini sama dia?” tanya Rafkal pada Ara. 

“Iya, tadi gak sengaja ketemu di sekolah.”

Kavin berjalan mendekat ke kursi tempat Dhifa duduk. “Ayo, Ra. Tadi katanya buru-buru,” ucap Kavin. 

“Lo mau ke mana, Ra?” Dhifa merasa sedikit was-was, entah karena apa. 

“Mau pulang, Dhif.”

“Pulang bareng gue aja kalo gitu,” ajak Dhifa. 

“Gak usah. Dia pulang sama gue. Lo, kan lagi ada urusan mendadak,” ucap Kavin menyindir. 

“Gue duluan ya, Dhifa,” pamit Ara lalu berjalan menyusul Kavin yang ternyata sudah lebih dulu pergi, meninggalkan Dhifa yang menatapnya cemas dari jauh.

******

10.30

Tangan cantik hasil manicure itu sibuk mengetik pesan walau akhirnya tidak pernah jadi terkirim. 

Hapus mengetik lagi, hapus mengetik lagi. Begitu terus dari setengah jam yang lalu. Dhifa ingin memberitahu Kavin perihal kemarin. Dia hanya takut Kavin salah paham dan memikirkan yang tidak-tidak tentang dirinya.

Tunggu, sejak kapan seorang Dhifa memikirkan pendapat orang lain?

“Ah, ngapain juga gue repot-repot ngejelasin ke dia.” 

“Eh tapi, kan gue lagi ngedeketin dia, jadi harus dong kasih penjelasan biar dia gak salah paham.” 

“Lagian gue ngelakuin ini karena Kavin itu tutor belajar gue, bukan karena hal lain. Ini. Cuma. Karena tutor belajar itu.”

Dhifa menekankan beberapa kalimat itu pada dirinya sendiri, semata-mata hanya untuk mengingat tujuan awalnya.

Dia kembali mengetik pesan di room chat-nya bersama Kavin, tapi lagi-lagi otaknya buntu dan bingung menata kalimat yang pas. 

Haruskah Dhifa ke rumah Kavin dengan alasan 'ingin belajar bersama?' tapi bagaimana jika Kavin tidak ada di rumah? Mengingat kemarin dia memberitahu Dhifa kalau hari ini dia tidak bisa menggantikan jadwal tutornya. Dan yang lebih parah dari itu, Dhifa sendiri tidak tahu alamat rumahnya.

Kecuali jika Ara mau membantunya

Iya benar, Ara pasti tahu alamat rumah Kavin. 

*****

Setelah mendapat alamat rumah Kavin dari Ara, Dhifa segera bersiap dengan celana jeans hitam panjang dan juga kaos rajut lengan pendek, tampak cantik dan pas untuk badannya yang ideal. 

NADHIFATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang