Tiga Detik | 4

341 44 12
                                    

Keadaan kantin cukup ramai hari ini, bahkan banyak dari sebagian mereka yang mendesah kesal karena tidak mendapat tempat duduk.

Kavin, Edwin, Liam dan Vano sudah duduk di kursi pojok kantin dengan makanan masing-masing. Mereka nampak menikmati makanannya sambil sesekali berbincang. 

“Makin hari nih bakso makin enak aja,” kata Liam membuka percakapan. 

“Perasaan rasanya gini-gini aja,” kata Vano.

“Makanya jangan pake perasaan. Pake mulut coba rasainnya,” ucap Liam santai.

“Kadang gue suka mikir. Kenapa bisa, ya gue mau temenan ama bocah bego kaya lo,” ujar Vano kesal.

Liam yang mendengar Vano berbicara seperti itu langsung menghentikan gerakan menyedoknya. “Gue gak nyangka lo bakal ngomong kaya gitu, No. Gue kira pertemanan kita dari SMP ini bakal bikin lo nyaman sama kegoblokkan gue,” balas Liam dramatis, membuat Edwin dan Kavin tertawa.

“Akhirnya lo nyadar juga kalo goblok,” ucap Vano santai membuat Liam melemparkan bekas tisu kearahnya. “Kotor, nyet!” sewot Vano. 

Diantara mereka berempat. Memang Liam dan Vano lah yang paling sering berdebat dan adu mulut seperti sekarang. Liam yang terkadang jahil dan suka menunjukkan sisi lebaynya, sedangkan Vano yang mudah tersulut emosi dan kadang juga bermulut pedas. Tapi percayalah dalam hitungan detik mereka akan kembali akur.

“Wiiish, ada yang bening-bening nih,” ucap Liam tiba-tiba sambil melihat ke arah pintu kantin. Disana terdapat tiga cewek cantik. 

“Si Dhifa makin bening aja,” kata Vano setelah dia melihat ke arah pintu kantin. Oh iya, ada satu hal yang belum kalian ketahui tentang Vano. 

Selain mudah tersulut emosi, Vano juga mudah jatuh cinta dan paling sering gonta-ganti pacar diantara ketiga sahabatnya. 

Mendengar penuturan Liam dan Vano, membuat Kavin dan Edwin ikut mengalihkan pandangannya ke arah pintu kantin. 

Tatapan Kavin langsung tertuju ke perempuan dengan rambut tergerai yang ujungnya sedikit bergelombang dan berwarna coklat tua mengkilat itu. Kavin sering mendengar nama Dhifa, saat temannya membicarakan dia yang 'katanya cewek paling cantik di sekolah' dan kejadian tadi pagi membuat ia inget betul dengan perempuan itu.

Tanpa sadar matanya tidak sengaja bertatapan dengan mata perempuan itu, tapi hanya sekitar tiga detik karena Kavin sudah lebih dulu membuang muka. Seakan tidak ingin terlalu lama bertatapan dengan iris coklat madu milik perempuan itu.

“Cantik gak, Vin?” tanya Liam. Yang ditanya pun hanya mengedikkan bahu berusaha tidak peduli dan kembali melanjutkan makannya.

“Kavin ditanya begituan, mendadak gak punya mulut dia,” ucap Edwin yang lagi-lagi tidak digubris oleh Kavin. 

“Kalo Kavin sampe bilang jelek berarti harus diperiksa ke THT,” timpal Liam.

“Ko THT sih, Yam. Dokter Spesialis matalah harusnya,” ucap Edwin.

“Namanya juga bocah kaga lulus SD, ya gitu jadinya,” timpal Vano

“Salah gue dimana, sih? Kayaknya pada emosian aja,” tanya Liam dengan wajah sok polosnya. 

Vano sudah terlihat mulai emosi (lagi) terbukti saat dia sudah menatap lekat ke arah Liam. 

“Bukan kayaknya tapi emang udah emosi! Sekarang gue tanya sama lo. THT itu apa kepanjangannya?”

“Telinga, hidung, tenggorokan. Anak SD juga tau kali,” jawab Liam.

“Terus kenapa gue harus periksa ke THT? Kan harusnya mata gue yang diperiksa, kalo emang gue salah,” Kavin mulai membuka suara.

NADHIFATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang