HESITATE

171 29 4
                                    

Baekseung menyeruput kopinya perlahan, duduk seorang diri di sudut ruangan kafetaria yang mulai ramai terisi oleh mahasiswa khususnya fakultas ekonomi. Sengaja Ia datang ke kafetaria di gedung FE setengah jam lebih awal dari jam makan siang agar Ia bisa mendapatkan tempat nyaman yang tidak terlalu banyak orang berlalu lalang.

Sambil memainkan ponsel, mata pemuda itu bergerak kesana kemari, mencari cari dalam kerumunan hingga berhenti tepat disatu meja yang tak jauh dari tempatnya berada.

Donghyun.

Namun Ia tidak sendirian, diapit oleh dua sahabatnya yang salah satunya ia ketahui bernama Kyungmin. Ia berdecak kesal, saat menyadari tak ada celah untuk mendekati pemuda manis itu.

Dan hell.. Pesan singkatnya pun tak kunjung dibalas.

 Pesan singkatnya pun tak kunjung dibalas

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sia sia sudah rencananya hari ini.

💚💚💚💚💚

"Lo kenal dia ga bang?"

Tanya Baekseung kepada Dawit sambil menunjukkan foto Donghyun di layar ponselnya.

"Enggak. Maba?" Jawab Dawit singkat.

"Tingkat dua. Namanya Keum. Keum Donghyun. Anak manajemen." Lanjut Baekseung sambil merebahkan diri di sofa, sementara Dawit masih berkutat dengan laptopnya.

"Enggak kenal. Kenapa emang nya?"

"Gapapa sih.. Gua kira elo kenal bang, koneksi lo kan banyak." Sahutnya sambil mengutak atik ponselnya. Membuka fitur twitter dan mengetikkan nama di tombol pencarian.

"Kalo gua kenal, terus lo mau ngapain?" Dawit bertanya lagi.

"Ya enggak ngapa ngapain juga sih. Cuma kepo aja dia anak nya gimana."

Baekaeung mendecih pelan, tak ada update status dari Donghyun hari ini, hanya beberapa retweet tentang makanan dan berita portal korea.

"Tumben ngepoin orang. Lagi jatuh cinta lo?" Tembak Dawit yang kini bergerak mendekati Baekseung.

"Belum sampe fase itu bang. Gua cuma kepo. Belom pernah ketemu orang setertutup itu. Bahkan kalo bales wa gua aja singkat banget." Gumam Baekseung samar.

"Ya kalo kepo di gas lah."

"Gua takut bang. Takut kalo dia ga kaya gua." Ucapnya pelan.

"Maksud lo, dia straight?"

"Enggak tau. Ga bisa kebaca." Ucapnya lemah.

"Kalo lo takut, jangan diterusin. Jangan suka nyakitin diri sendiri."

Dawit beranjak dari tempatnya, kembali fokus pada layar laptop.

LIGHT ON METempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang