SS: Prank

567 38 2
                                    

"WOY JAEMIN!"

Sontak Jaemin menjauhkan ponselnya dari telinga, mata bulatnya mendelik sebal menatap layar ponsel yang menunjukkan panggilan dari nomor kekasihnya. Iya sih nomornya, tapi ternyata orang dibalik telpon itu adalah Haechan, padahal udah seneng ditelpon ayang taunya malah kuyang.

"Apasih!", ketus Jaemin dengan raut kesal. Ya walaupun orang diseberang sana tidak bisa melihat raut wajahnya itu.

"Gue kasih tau tapi janji lo bakal tenang", ucap Haechan dengan nada serius bercampur cemas dan sedikit panik. Lantas kening Jaemin berkerut menyadari ada yang aneh dari nada suara sahabatnya itu. Perasaannya mendadak tidak enak, jantungnya berdegub lebih kencang dan pikirannya melayang kepada gadis cantik yang entah  sekarang sedang melakukan apa.

"Gak usah gaya deh lo, buruan ada apaan?", Jaemin berdecak, memberikan tanda bahwa dia malas meladeni sahabatnya itu. Ah, sekaligus berusaha menutupi perasaan tidak enaknya, harus berpikir positif dong.

Gak bisa sih kalo udah berhubungan sama Haechan.

Itu anak bawaannya bikin suuzon mulu.

"Gue serius, ini penting, cewek lo!", kata Haechan dengan nada lebih serius dan tegas, seolah-olah dia emang lagi gak main-main. Jaemin yang denger itu tentu aja jadi panik, "cewek gue kenapa?", tanyanya cepat.

Heachan mengela napas berat, bisa Jaemin dengar dengan jelas dari speaker ponselnya, perasaan cemas semakin menyelimutinya. Tanpa sadar dia sudah menggigit bibir bawahnya sambil meremas ponsel ditangannya. 

"Cewek lo kecelakaan", beritahu Haechan dengan lirih.

Bahu Jaemin melemas, punggungnya yang semula bersandar di dinding langsung merosot ke bawah diikuti dengan tatapan kosongnya. Tangannya bergetar, dia tidak lagi memikirkan telepon yang masih tersambung dan fakta bahwa orang disebrang sana mungkin akan mendengar suara tangisnya yang terisak.

Jaemin menekan dadanya yang terasa sakit, dia tidak bisa memikirkan apapun sekarang. Seolah tenaganya habis, hilang entah kemana. Dijambaknya rambut hitam itu dengan suara isakan yang semakin terdengar keras.

Kekasihnya kecelakaan.

Itu adalah hal paling buruk yang pernah dia dengar.

Bagaimana jika gadis itu terluka?

Bagaimana jika dia kesakitan?

Bagaimana jika dia pergi..?

Dirinya akan kehilangan rumah. Dirinya akan kehilangan tempat untuk pulang. Dirinya akan kehilangan dunianya.

Jaemin menggelengkan kepala kuat, dengan kakinya yang masih terasa lemas dia berusaha bangkit. Berjalan mengambil jaket dan kunci motor dengan tergesa dia keluar dari apartemen menuju basement, dia akan pergi ke tempat kekasihnya.

*** *** ***

Jaemin menekan-nekan digit angka untuk kata sandi di pintu apartemen kekasihnya dengan terburu-buru hingga beberapa kali dia harus mengulangi karena salah tekan. Hal itu justru makin membuatnya frustasi, keinginannya untuk bertemu kekasihnya jadi terhambat.

Bunyi tanda kata sandi yang ia masukkan sudah benar berbunyi, lantas ia langsung membuka pintu tersebut dan masuk ke dalam.

"Cewek gue mana?", tanyanya kepada sahabat sang kekasih yang sedang menonton di ruang tamu, Somi.

Gadis yang mendapat pertanyaan tiba-tiba yang bahkan terdengar tergesa-gesa itu lantas mengerutkan keningnya pertanda bingung, "lo kenapa sih?", tanyanya begitu saja sembari menelisik penampilan pemuda itu dari atas sampai bawah.

"Cewek gue mana?", Jaemin bertanya lagi dengan lirih, tatapannya yang berkaca-kaca dengan hela napas lelah serta nada suara yang terdengar putus asa, takut dan cemas secara bersamaan. Somi yang tidak mengerti dengan situasi itu langsung menunjuk ke arah dapur, Jaemin sendiri langsung berjalan cepat menuju dapur untuk menghampiri kekasihnya.

"Ara...", lirih Jaemin ketika mendapati sang kekasih sedang asik memasak kue bersama Minju. Dia terlihat baik-baik saja, bahkan sangat baik. Jaemin.. sangat bersyukur.

"Na, kenapa?", gadis itu segera menghampiri kekasihnya yang terlihat kacau. Bagaimana tidak, laki-laki itu berdiri diam sambil menatap dirinya dengan mata berkaca-kaca, ah matanya juga sembab seperti habis menangis, rambut acak-acakan, dan tubuhnya terlihat tak bertenaga.

Ara menangkup pipi Jaemin, "kamu kenapa? Ada masalah?", tanyanya lembut. Jaemin menggeleng lalu segera menarik gadis itu ke dalam pelukannya. Ara bingung tetapi dia tetap membalas pelukan kekasihnya sembari mengusap punggung laki-laki itu.

Isakan yang sepertinya sedari tadi ditahan perlahan terdengar, bersamaan dengan pelukan yang semakin erat. Ara masih tidak mengerti tapi dia berusaha menenangkan sang kekasih. Toh nanti juga laki-laki 'Na' itu pasti bercerita.

"Jangan sakit, jangan kenapa-napa, jangan tinggalin aku...", isakan dengan lirihan itu bercampur aduk, untungnya Ara masih bisa mendengar dan mengerti dengan baik apa yang terucap dari mulut laki-laki dipelukannya.

"Aku sehat Na, aku gak kenapa-napa, aku baik-baik aja dan aku gak akan tinggalin kamu", tangannya secara intens mengusap lembut punggung lebar itu. "Udah jangan nangis lagi, nanti matanya bengkak terus perih loh", bujuk Ara.

Jaemin melepas pelukannya lalu mengusap air matanya. "Kata Haechan kamu kecelakaan", Jaemin merengut, menatap Ara dengan mata berkaca-kacanya.

Ara hanya menghela napas pelan.

LEE HAECHAN!

Rasanya Ara ingin berteriak dan memukul kepala sahabatnya itu dengan penuh cinta, iya, penuh cinta menggunakan gas elpiji.

Ara menarik Jaemin untuk duduk dan dipeluknya laki-laki itu, diusapnya lembut surai hitam yang melekat dengan manis di kepalanya. "Nanti aku marahin dia, biar gak becanda kayak gitu lagi", ungkap Ara. Jaemin mengangguk-ngangguk lalu mendusel-dusel manja.

"Aku sayang kamu", ungkap Jaemin dengan tangannya yang melingkar erat di pinggang kekasihnya. Ara tersenyum simpul, "aku juga sayang kamu", dikecupnya pipi gembul sang kekasih sebagai tanda sayang.

Jaemin diam menatap Ara, bibirnya melengkung kebawah, matanya mengerjap lucu, "mata aku perih Araaa", rengeknya kemudian.

Gadis di depannya tertawa renyah, tangannya terulur untuk mengusak gemas surai laki-laki itu, "aku kompres mau?", Jaemin mengangguk, "tapi kamu temenin ya?"

"Anything", gadis itu memeluk erat kekasihnya sebentar lalu bangkit untuk menyiapkan kompresan.

"I love you", bisik Jaemin yang berdiri di samping Ara.

"I love me too"

Jaemin merengut, "yang beneeeerrrr", rengeknya.

Bener kok, "aku sayang diriku", ucap Ara sembari menahan senyumnya. Jaemin berdecak sebal, "jawab yang bener raaaa", dia menghentakkan kakinya sebal.

Ara tertawa, "iya iyaa, I love you too Nanaaaa", ucapnya sembari menarik gemas pipi Jaemin. Laki-laki itu tersenyum lebar sembari memeluk kekasihnya erat.

*** *** ***



Edisi kangen Nana :(

-sasha-

[NA JAEMIN] Love Life✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang