6

9 3 0
                                    


Sekarang adalah jam pelajaran pak Ruyi dikelas Ara. Pak Ruyi memang salah satu guru favorit di SMA Pekerti ini. Pak Ruyi berbeda dengan guru-guru yang lain, beliau memperlakukan muridnya seperti teman, bisa diajak bercanda dan tentunya dibercandain.

Di SMA Pekerti ini, pak Ruyi mengajar mata pelajaran yang sering dibenci oleh para muridnya, iyaa, matematika.

" Dalam ilmu matematika, nilai 0 pada bentuk di atas nunjukin kalo peluang sebuah kejadian bakalan terjadi adalah tidak mungkin terjadi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

" Dalam ilmu matematika, nilai 0 pada bentuk di atas nunjukin kalo peluang sebuah kejadian bakalan terjadi adalah tidak mungkin terjadi. Begitu juga sebaliknya, jika peluang kejadian menunjukkan angka 1 maka peluang terjadinya kejadian tersebut adalah pasti." Terang pak Ruyi kepada anak muridnya. Murid-murid yang duduk di bagian depan hanya diam memperhatikan pak Ruyi, sedangkan murid-murid yang dibelakang?,tidak usah ditanya lagi.

Ara tidak bisa fokus sekarang, dia hanya bengong dan memainkan bolpoin ditangannya, memutar, menekan-nekan bolpoin sampai terdengar bunyi tek-tek-tek, mungkin Ara sedang memikirkan tes karate sepulang sekolah nanti. Begitupun dengan Zio yang sedari tadi hanya bersender di kursinya sambil sesekali memperhatikan Ara. Tak ada yang mereka bicarakan setelah duduk berdua, terutama setelah kedatangan pak Ruyi kedalam kelas.

Terlalu bosan mendengarkan penjelasan dari pak Ruyi, Ara menenggelamkan wajahnya di atas meja, tidak seperti hari-hari biasanya Ara merasa sangat mengantuk dan memejamkan matanya.
Rambut panjang yang sedikit menutupi wajah Ara membuat Zio tak tahan ingin menyingkirkannya. Sedikit demi sedikit tangan Zio berusaha menggapai rambut yang menutupi wajah Ara, namun...

"Pak, Fabo yang paling imut sejagat SMA Pekerti mau bertanya!"
Teriak Fabo sambil menggebrak meja, membuat Ara yang sedang tertidur terbangun dan tentunya membatalkan rencana Zio barusan. Sempat bertatap mata dengan Ara namun keduanya hanya diam dan kembali menghadap ke depan. Zio menggaruk pelipisnya yang tidak gatal.

"Ck tumben" ucap Vella, yang langsung mendapatkan tatapan tak suka dari Fabo. Memang Vella dan Fabo itu Tom and Jerry kelas, tiada hari tanpa bertengkar.

"Iya,untuk anak bapak Zamaludin dipersilahkan" jawab pak Ruyi, Pak Ruyi memang kadang suka menjahili balik anak didiknya itu.

"Mmm..Bangga tuh pasti bapak gue disebut-sebut pak Ruyi" Bangga Fabo sambil berdiri dari kursinya.

"Cepet elah, pak Ruyi nungguin noh" ucap Vella yang tak sabar dengan apa yang akan Fabo tanyakan kepada wali kelasnya itu.

"Iyaa sabar kenapa,,,ehem, Jadi gini pak, contoh nilai 0 pada bentuk diatas itu seperti apa?" Tanya Fabo, dengan gayanya yang menirukan anak-anak pintar. Murid-murid dikelas yang tadinya menatap Fabo sekarang beralih menatap pak Ruyi didepan kelas.

"Emmm contohnya ya?," pak Ruyi sedang memikirkan contoh yang akan dia sampaikan.

"Oke..Contoh dari nilai 0 diatas ya peluang kamu sama Ara lah, tidak mungkin terjadi " jawab pak Ruyi enteng sambil menekankan kata tidak nya tersebut dan dibarengi oleh tawa menggelegar dan tepuk tangan meriah dari seisi kelas, termasuk Ara.

"Araa, I'm sorry don't leave me..." drama king Fabo, dia menyanyikan sepenggal lagu love is gone dari Dylan matthew dan pura pura menangis sambil kembali duduk di bangkunya. Dasar.

"Kalo Fabo ibarat nilai 0, berati gue nilai 1 nya ya Ra hhaa" ujar Zio yang sepertinya sebuah kode untuk Ara, sambil memukul muluk meja pelan sembari tertawa dan mendapat tatapan bingung dari Ara. Ara mengerti maksud dari ucapan Zio, iya maksud dari nilai 1 itu bahwa peluangnya untuk mendapatkan Ara adalah pasti.

"Bercanda Ra bercanda, tegang amat muka Lo" ucap Zio yang melihat tatapan tanpa ekspresi dari Ara.

Mungkin dari luar Ara terlihat biasa saja tapi apa kalian tahu? Setelah apa yang Zio katakan tadi, hati Ara seperti tersengat oleh aliran listrik bertegangan 1300 Watt, jedag jedug tak dapat dikondisikan. Maklum Ara kan jomblo jadi wajar salting mendapat ucapan seperti itu.

Lain hal nya dengan Fabo yang kesal dengan jawaban yang disampaikan oleh pak Ruyi atas pertanyaan nya.

"Nih buat Lo," ucap Merry sambil melemparkan satu buah permen kis*
kepada Fabo.

"Apaan nih? Lo ngasih gue kiss?"

"Iya, itu upah buat Lo,karena udah keseringan malu-maluin" jawab Merry sambil menahan tawanya.

"Sorry" ucap Ara mewakili pak Ruyi sambil melambaikan tangannya.

"Lo kalah saing bro" ujar Vella menambahkan.

"Ish tega banget anjir, temen gue bukan sih kalian" ucap Fabo dengan bibirnya yang manyun sepuluh cm.

"BUKAN" Teriak Ara, Vella, dan Merry bersamaan.

Kringgg..

"Oke, sampai jumpa Minggu depan, anak-anak." Pamit pak Ruyi sambil membereskan buku-bukunya.

_________

Seperti yang sudah direncanakan, sepulang sekolah Vella dan Merry akan menemani Ara untuk mengikuti tes karate di Dojo sekolah.

"Woyy..Lo lagi ngapain anjir? Lama banget deh," teriak Vella di luar kamar mandi sambil sesekali mengedor pintu kamar mandi.

"Bentar elahh" jawab Merry dari dalam kamar mandi itu.

"Lo mau bikin si Ara telat ya?" Teriak Vella lagi sungguh sangat rusuh, padahal Ara yang akan mengikuti tes nya pun hanya diam sambil sesekali membenarkan sabuk di pinggangnya.

"Udahlah Vel santai aja, tes nya belom mau mulai masih ada 15 menit dari sekarang " Ucap Ara menengahi takut temannya itu membuat pintu kamar mandi sekolah rusak karena terus di gedor oleh Vella.

"Y-ya udah sih iya." jawab Vella.

"Yoo gas sekarang" ujar Merry setelah keluar dari dalam kamar mandi.
_________

"Panas, panas, panas, badan ini panas " ujar Fabo kepanasan, karena memang anak-anak basket sedang latihan di lapang outdoor sekarang.

Byurr...

" Anjir, dingin bangsat " Ucap Fabo karena mendapat guruyan dari Aksel secara tiba-tiba.

"Lo yang ngomong panas bego, ya gue siram biar lo kaga kepanasan"
Jawab Aksel dengan polosnya sambil meneguk air yang masih tersisa dalam botol.

"Pinter" puji Ken sambil mengangkat kedua jempolnya ke atas.

"Ya gak siram gue juga anjir, basah nih ahh " rengek Fabo sambil memegang bajunya. Namun ketika dia akan membuka bajunya, Ara dan kedua temannya tak sengaja lewat ke lapangan basket tempat mereka berada dan yang membuat Fabo salpok adalah Ara yang sedang menggunakan pakaian khas anggota karate. Iya itu, pakaian putih dengan menggunakan sabuk.

"I-Itu si Ara?" Tanya Fabo membuat semua teman-temannya menengok ke arah yang ditunjuk Fabo.
_________

RAZIOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang