"Luka Lo...masih sakit?" Setelah dipersilahkan duduk oleh Ara, Laki-laki itu duduk, menatap ke arah Ara dan bertanya sambil menunjuk pelipis nya sendiri, menanyakan tentang pelipis Ara yang kemarin tak sengaja kena pukulannya. Iya laki-laki yang sekarang duduk di sebelah Ara adalah Tora.
"Enggak kak, udah gak sakit kok, udah di obatin juga kemaren" ucap Ara, sambil memegang pelipisnya yang sudah dibalut oleh plester dan kembali melihat ke arah lapangan. Ara jadi teringat kejadian di halte kemarin sore, saat Zio mengobati pelipisnya yang terluka. Mengingat hal itu membuat Ara tak bisa tahan untuk tidak tersenyum.
Tora yang masih memperhatikan Ara, diam-diam ikut tersenyum melihat gadis itu tersenyum, gemas. Setelah itu, Tora terlihat mengambil sesuatu di dalam kantong celananya dan menyodorkannya pada Ara.
"Nih, nanti bisa infeksi!" ujar Tora sembari menyodorkan sebuah plester kepada Ara dan secara tak langsung menyuruh Ara untuk mengganti plester yang tertempel di pelipisnya. Ara yang melihat itu tak sungkan untuk mengambilnya. Namun, belum juga sampai plester itu di tangan Ara, seseorang telah mengambilnya terlebih dahulu.
"Thanks" sebuah kata yang keluar dari mulut seseorang itu yang langsung ia tempelkan di siku nya yang memang terlihat sedikit terluka.
Ara tampak bingung dengan kehadiran Zio yang tiba-tiba. Pasalnya sedari tadi Ara melihat Zio sedang bermain basket di lapangan tetapi sekarang ada dihadapannya. Iya, yang mengambil plester dari Tora itu adalah Zio.
"Zi-Zio dia ngasih buat gue!" Ujar Ara tak habis pikir dengan Zio saat itu.
"Kata dia tadi 'nih, nanti bisa infeksi',"Ucap Zio menirukan gaya bicara Tora.
"Luka gue lebih penting Ra, plester Lo masih bagus." Tambah Zio dengan nada bicara sedikit ketus sambil menunjukkan luka di siku nya yang sudah tertutup oleh plester itu. Lalu Zio mengambil botol minum yang ada di pangkuan Ara dan meminumnya.Tora yang melihat hal itu nampak geram dengan tingkah Zio yang menurutnya sedikit menyebalkan dan agak kurang sopan.
"Gak sopan banget jadi cowok!" Ujar Tora tak kalah ketusnya dari Zio sambil menatap Zio dengan pandangan tak suka. First impresion Tora kepada Zio mengatakan bahwa Zio adalah laki-laki yang suka menganggu dan tak punya malu. Pasalnya Tora melihat dengan matanya sendiri saat Zio mengambil plester darinya dan tak meminta ijin saat mengambil minuman Ara.
"Kalo mau minta itu bilang, punya mulut kan?" Emosi Tora sepertinya akan mulai meledak, bukan hanya karena masalah diatas tapi juga karena Zio telah mengganggu ketenangannya bersama Ara.
"Oh iya sorry, plesternya buat gue ya? Oke, gue udah bilang makasih tadi" ucap Zio dengan enteng nya.
"Masalah minuman...Ra, Lo disini nontonin gue?" Sekarang Zio bertanya kepada Ara yang sedari tadi hanya diam diantara mereka, takut terjadi baku hantam dari keduanya. Ara mengangguk membenarkan pertanyaan dari Zio."Nah tuh Ara yang jawab sendiri" ucap Zio puas dan merasa dirinya sudah menang telak dari Tora.
"Hah?" Ara tak mengerti maksud dari ucapan Zio. Zio tersenyum menatap Ara dan merangkul leher gadis itu.
"Lo nonton gue berati minuman Lo punya gue juga, kan Lo supporter gue, ya kan Ra?" Begitulah penjelasan dari Zio yang membuat Ara tak habis pikir dengan jalan pikiran Zio yang sangat unik tapi ada benarnya juga.
"I-iya Zi serah Lo dah, kak gue sama Zio ke kelas duluan yah?" Merasa tak enak hati kepada Tora karena Zio telah membuat sedikit keributan, Ara berpamitan dan membawa Zio agar tak terjadi perdebatan yang semakin panjang.
_____________________"Mau sampai kapan?" Zio kembali bertanya secara tiba-tiba kepada Ara. Ara tak menghiraukan pertanyaan dari Zio dan terus berjalan agar cepat sampai di kelas.

KAMU SEDANG MEMBACA
RAZIO
Fiksi RemajaAmanohara Auryclare panggil aja Ara, cewek tomboi tapi cantik, elegan dan menawan. Hidup di lingkungan humoris membuat hidupnya terlihat sangat indah. Namun, hidup tidak selamanya indah bukan, ada saja masalah yang datang kepada Ara. Memendam peras...