Bab 33 Semoga Allah Bersamamu

5.4K 494 38
                                    

"Tak ada salam perpisahan, karena hakikat dan syariat ikatan telah lepas. Namun, mendoakan yang terbaik bukanlah sebuah kesalahan."

*

Bintang mendengarkan penjelasan Astuti dengan seksama perihal ayahnya yang pergi tanpa pamit. Tidak selalipun ingin menyela atau bertanya, walau ada beberapa hal yang dia tidak paham. Bintang menyimpulkan bahwa putusan ayah memang erat kaitannya dengan taubatan nashuha.

Astuti menceritakan kronologi kejadian hari itu dengan air mata mengalir. Bahwa dia tidak berada di rumah, karena pergi dengan anak Soraya. Tersirat kalimat penyesalan, karena merasa menjadi salah satu penyebab adik kandungnya itu mengalami kehancuran. Bukan hanya secara ekonomi, tetapi juga rumah tanggannya.

Lelaki yang masih memakai pakaian dinas itu akhirnya hanya bisa menelan ludah . Pernyataan Astuti perihal Soraya yang telah dicerai Arif tidak memberi efek apa pun pada diri Bintang. Bukan informasi itu yang dia harapkan. Akan tetapi saat Astuti mengakhiri kalimat yang terakhir, tak urung dia pun tersentak. Refleks terlontar dari bibirnya ucapan istigfar dan innalillahi.

"Bude minta maaf, Bin. Sampai ayahmu pergi, Bude nggak tahu. Bude ini ya, kebangetan sama ayahmu. Waktu itu Bude tahu kalau Asfa bukanlah anak ayahmu, tapi Bude nggak bilang. Bude emang jahat, Nak. Demi kepentingan Bude sendiri sampai bikin ayahmu bangkrut juga." Astuti mengusap air mata yang membasahi pipi. Selembar tissu diambil untuk mengelap hidungnya yang berair.

"Bude, maaf. Apa maksudnya ayah menceraikan karena alasan itu?" Bintang terusik.

"Bude nggak tahu. Ayahmu nggak omong apa-apa. Bude juga nggak tahu, ayahmu tahu dari mana kebenaran yang memalukan itu. Kalau ingat ceritanya, Bude nggak kuat. Pengen muntah rasanya. Sejelek-jeleknya Bude nggak ada pikiran asal kaya gitu, Bin. Maafkan Bude, ya."

Bintang sekadar mengangguk. Baginya perempuan yang tangisnya mulai reda itu minta maaf atau tidak sama saja. Semua sudah lewat dan sekarang ayahnya pergi tanpa seorang pun yang tahu keberadaannya.

"Ayahmu sangat baik, Bin. Bude yang jahat ini diberi uang, utang pakdemu tinggal separoh juga ayahmu yang bayar. Beberapa juta diberikan buat Eyang untuk berobat dan ommu diberi buat biaya sekolah anaknya. Pengacara yang datang sehari setelah ayahmu pergi. Sekarang, Bude baru sadar kalau budemu ini tamak dan ... dan semena-mena sama kalian. Terutama pada ibumu."

"Sudah, Bude sudah. Syukurlah kalau Bude menyadari. Bunda baik-baik saja, kok. Aku ke sini atas inisiatifku sendiri setelah Bude telpon Surya. Anak itu tadinya minta tolong aku ngecek ayah di sini. Dia sangat khawatir kalau ... kalau ayah nggak keurus. Tapi, malah ayah pergi tanpa pamit gini, ya mau gimana lagi. Aku berharapnya sih, ayah kembali ke niat awalnya. Semoga saja, Bude." Pasrah suara Bintang. Entah kenapa di bilik hatinya ada yang sedikit melegakan.

Astuti yang sudah tidak menangis mengutarakan maksud hatinya untuk menemui Aryani. Tidak enak bila meminta maaf dititipkan pada Bintang. Setelah itu meluncur kelajutan cerita tentang kondisi Soraya yang memprihatinkan. Ternyata perempuan tak tahu diri itu harus menjalani perawatan di sebuah rumah sakit jiwa. Meski telah tinggal di rumah Leo atas kesepakatan keluarga, Soraya tetap mendapat pengawasan ketat. Karena sesekali dia akan pergi untuk mencari keberadaan Arif. Sungguh tragis dan menggenaskan garis nasib yang terjadi padanya.

Bintang tidak memberi respons yang berarti, karena Soraya bukanlah urusannya. Akan tetapi, setidaknya dia bisa mengetahui kebenaran cerita bukan dari orang lain. Bukan tidak mungkin ada unsur lain sesuai sudut pandang yang bicara.

"Kalau aku sih, yakin Allah akan menunjukan kebenarannya. Seperti bunda yang tiga tahun lebih terdzalimi oleh sikap ayah. Alhamdulillah, bunda punya prinsip yang kuat. Karena rasa cintanya pada ayah, bunda rela berkorban. Bude tahu sendiri, kan? Bunda memaafkan ayah, mendengarkan dengan sabar pengakuan ayah yang menyakitkan hatinya, dan mendukung ayah supaya segera taubat pada Allah. Aku ... aku yang di awal malah sulit terima sampai nggak rela anakku dipegang oleh ayah." Bintang agak emosional. Suaranya bergetar menahan rasa yang bercampur aduk saat itu.

DI 25 TAHUN PERNIKAHAN (TAMAT VERSI WP)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang