Bab 16 Namanya Soraya

5.5K 333 0
                                    

Arif melihat jam pada arloji yang melingkar di pergelangan tangan kirinya. Dia terlambat lima menit menemui calon pelanggan yang ingin bertemu di sebuah restoran Sunda. Hal yang sangat dihindari pengusaha pencetakan dan ekspedisi itu sebagai bentuk pelayanan yang maksimal. Mobil yang dikendarai pun merapat di parkiran resto yang tampak padat pengunjungnya.

Pekerjaan yang dilakukan dengan terburu-buru memang bukan sesuatu yang baik. Begitupun dengan Arif yang terbiasa memarkir luput pula saat memundurkan mobilnya. Tanpa sengaja dia menabrak bagian depan sebuah mobil yang terparkir lebih dahulu.

Merasa memiliki etikat baik, Arif pun mencari si empu mobil berwarna merah menyala itu. Celingak celinguk sekian detik tidak ada sosok di dalam mobil, dia gegas mencari tukang parkir yang tadi menghilang entah ke mana saat Arif hendak parkir.

Arif ingin meminta tolong, misal pemilik mobil mencari dirinya dia berada di dalam resto. Atau kalau merepotkan Arif bersedia memberikan nomor ponselnya pada tukang parkir, agar bisa memberitahu lewat benda selulur itu. Beruntung tukang parkir yang memakai rompi warna oranye itu berbaik hati bersedia dimintai tolong.

Sampai pertemuan berakhir dengan rekan bisnisnya, Arif tidak mendapat kabar dari tukang parkir. Pun tidak tampak keberadaannya, hingga Arif memutuskan pulang. Walau sudah berusaha ada langkah tanggung jawab, tetapi tetap saja rasanya belum lega. Jelas-jelas bagian depan mobil tadi ada goresan yang lumayan membekas. Yang penting meminta maaf terlebih dahulu, selebihnya dai berniat pula memberi kompensasi terlepas diterima atau tidak.

Sore sebelum meninggalkan kantor ekspedisi miliknya, Arif kedatangan seorang tamu yang diantar oleh Nita, karyawan bagian administrasi. Dengan wajah yang tidak bersahabat perempuan bernama Soraya itu mengenalkan diri sebagai pemilik mobil keluaran Mazda tersebut. Antara bersyukur dan kurang nyaman, Arif menerima tamunya yang ternyata belum menikah itu.

Karena Arif diposisi orang yang salah, walau bukan faktor kesengajaan, dia menanggapi dengan datar dan sopan. Perempuan dengan penampilan modis itu akan menerima permintaan maaf Arif, asal mengikuti kemuannya. Soraya mengaku kalau ternyata bukan pemilik asli mobil tersebut. Dia meminjam dari teman dan lusa harus dikembalikan. Maka dia minta pada Arif untuk memperbaiki kerusakan mobil saat itu juga.

Semula Arif keberatan dan memilih memberi nominal uang saja. Menurut perhitungan Arif, uang yang diberikan jauh dari kata cukup bahkan lebih. Namun, Soraya bersikukuh tidak mau bahkan sampai menangis dengan memohon pada Arif. Dia takut kalau hasil servisnya tidak memuaskan, dan bermasalah dengan pemiliknya.

Karena tidak ingin berkepanjangan, Arif pun menyanggupi dan membawa mobil ke bengkel langganan. Tidak ada jalan lain pula selain menunggui proses servisnya karena sudah tidak masuk jam kerja. Berhubung bengkelnya sudah dia kenal, maka mau mengerjakan dengan hitungan lembur dan tambahan ongkos.

Soraya tidak mau ketinggalan pula memgikuti ke mana Arif membawa mobil. Saat menunggu di ruang tunggu, Soraya meminta maaf karena telah merepotkan bos Ekspedisi yang bonafid itu. Tentu atas sikapnya yang merepotkan waktunya Arif.

Arif yang tidak bisa mencegah pun menyilakan. Dia berpikiran positif saja, bahwa sudah menjadi hukum alam untuk saling menolong dan tidak ada salahnya. Bila urusan ganti rugi selesai, maka tidak ada lagi hubungan dengan gadis yang mengaku bekerja di salah satu bank swasata itu.

"Pak Arif, saya sepertinya nggak bisa nunggu sampai selesai. Saya mau balik dulu, ini ibu saya kambuh darah tingginya." Soraya yang duduk berjarak dua meter dengan Arif menoleh.

"Oh, begitu. Silakan, Mbak. Tapi ini sudah malam, lho Mbak" Arif memberi komentarnya.

"Nggak pa-pa. Pak. Saya yang kurang perhitungan tadi. Ini teman saya barusan kasih kabar kalau nggak keburu ternyata. Yah, maklum barang pinjaman, Pak. Jadinya kurang tenang kalau nggak sesuai perjanjian. Biar saya besok pagi datang untuk mengambil sendiri nggak pa-pa, kan udah tahu tempatnya." Soraya detail membuat alasan. Rupanya dia segan juga dengan sikap Arif yang tidak mencari kesempatan dalam kesempitan.

DI 25 TAHUN PERNIKAHAN (TAMAT VERSI WP)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang