Beberapa hari kemudian. Keadaan Taeyong semakin membaik. Kini Taeyong telah kembali ke Mansion Jaehyun.Namun tidak dengan jiwa nya. Taeyong lebih banyak diam. Dan jarang makan. Tubuhnya semakin kurus. Pipinya tirus.
Jaehyun bingung. Jaehyun tidak tahu harus berbuat apa lagi. Untuk mengembalikan Taeyongnya seperti sedia kali.
Taeyong hanya duduk meringkuk di dekat jendela. Memandang lurus taman mansion. Tidak mempedulikan luka yang ada di perutnya.
Terdengar hembusan nafas kasar Jaehyun. Lagi. Jaehyun hanya bisa meringis melihat keadaan Taeyong.
Jaehyun merindukan Taeyong. Merindukan semua yang ada pada diri Taeyong. Merindukan panggilan Taeyong. Merindukan sentuhan tangan Taeyong. Merindukan caci maki Taeyong.
" Bubu. Jangan duduk seperti itu. Luka mu akan tertekan. Luka mu masih basah bubu". Jaehyun membuka suara.
Taeyong hanya melirik Jaehyun sekilas. Dan kembali melihat taman mansion. Hari sudah mulai gelap. Namun Taeyong masih setia terdiam dengan posisi yang sama.
" Bubu....". Panggilnya lembut.
Jaehyun duduk di belakang Taeyong. Memeluknya dari belakang. Tidak ada penolakan. Tidak ada gerakan. Hanya ada kesunyian.
" Makan lah terlebih dahulu. Kamu melupakan sarapan dan makan siangmu bubu". Lagi Jaehyun kembali membuka suara.
Taeyong hanya menggeleng sebagai jawaban. Jaehyun semakin memeluk Taeyong dengan erat. Memberikan Taeyong kekuatan melalui pelukannya.
Hati Taeyong menghangat. Taeyong tidak egois. Ia merindukan pelukan hangat Jaehyun. Merindukan usapan pada rambutnya. Merindukan sentuhan Jaehyun. Merindukan semua yang Jaehyun lakukan padanya.
Taeyong menyandarkan kepalanya di Dada bidang Jaehyun. Membuat jaehyun senang.
" Maaf kan aku Tuan". Akhirnya Taeyong membuka suaranya.
" aku rindu panggilan mu itu bubu". Ujarnya dengan tatapan sendunya.
Taeyong membalikkan tubuhnya. Menatap mata Jaehyun dengan penuh kerinduan dan cinta. Jaehyun terhipnotis dengan tatapan itu. Tatapan yang Jaehyun rindukan. Yang Jaehyun nanti-nanti.
Menangkup wajah Jaehyun dengan kedua tangannya. " Maaf kan Aku. Seharusnya aku tidak seperti ini. Seharusnya aku menguatkanmu. Di sini bukan hanya aku yang terluka. Namun dirimu juga terluka Tuan. Bahkan luka mu tidak sebanding dengan luka yang aku rasakan. Aku egois. Aku memikirkan diriku sendiri. Tetapi aku tidak memikirkan dirimu juga". Dengan penuh penyesalan.
Jaehyun mencium tangan Taeyong yang dekat dengan bibirnya. Menatap nya dengan dalam.
" Sekarang aku mengerti. Aku kehilangan anakku. Begitupun kamu. Kita sama sama kehilangan anak kita. Namun kamu begitu kuat. Kamu mampu melewati semuanya. Kamu hampir kehilangan ku dan kamu kehilangan anak kita dalam satu waktu. Membayangkannya saja aku tidak sanggup. Terimakasih. Terimakasih sudah menjaga ku dan anak kita. Terimakasih sudah menungguku. Terimakasih hiks hiks ". Taeyong kembali menangis. Hatinya sangat sakit sekali. Melihat Jaehyun seperti ini.
Hati Jaehyun terenyuh. Tatapan matanya berbinar. Menahan air mata nya.
" Hey...... Bubu...... itu Sudah tugasku sebagai Seorang ayah dan seorang suami. Terimakasih sudah kembali. Terimakasih sudah berjuang kembali. Mari kita membuka lembaran baru. Dan melewati nya bersama-sama". Ujarnya lembut.
" berjanjilah untuk tidak meninggalkan ku? Berjanjilah untuk selalu ada di sampingku. Berjanjilah untuk kedepannya. Kita harus melewati semua ujian dan rintangan hidup kita. Kita harus bersama-sama melewatinya".
KAMU SEDANG MEMBACA
Tuan Muda Jaehyun
Teen Fiction" HUKUMAN TETAP HUKUMAN !! ". Ucap jaehyun marah. Mendengar itu tubuh kecil Taeyong bergetar. " BERBALIK LAH!". Perintah jaehyun. Namun taeyong masih menyembunyikan wajahnya dibalik selimut. Dengan sekali gerakan, jaehyun pun menarik paksa selimut y...