(3) Gavin = Menyebalkan

108 17 34
                                    

~ happy reading ~

Caca melahap makanannya tanpa peduli manusia di depan yang terus menatapnya. "Caca, lirik-lirik apasih?" ujar Regina yang duduk di seberang Caca. Regina menengok ke arah belakang dirinya lalu kembali kepada Caca.

"Ga lirik apa-apa," jawab Caca, "udah fokus makan aja."

Regina mengangguk dengan mulut penuhnya. Saat ini waktu istirahat tiba. Tidak mau kelaparan nantinya, Caca pun menghabiskan makanan di depannya dengan lahap.

Tentu dengan Gavin yang entah kenapa terus menatapnya. Yang membuat Caca penasaran dan berujung curi-curi pandang ke arah cowok itu. Seperti sekarang, setelah di rasa teman-teman Caca sibuk dengan makanannya, dan tidak akan menciduk Caca untuk yang kedua kalinya. Perempuan itu pun  kembali melirik cowok itu hanya untuk memastikan kalau dia sudah tidak menatapnya.

Tapi nihil, tatapan penasaran itu selalu jadi yang pertama yang Caca lihat jika melirik kuman misterius itu.

Caca melahap mie ayamnya lagi, lalu melirik Gavin lagi. Dan yes! Akhirnya, cowok itu sudah tidak menatapnya lagi dan karena sudah fokus mengobrol kepada perempuan di sampingnya.

Sebenarnya kalau dibilang Caca geer, karena belum tentu Gavin benar-benar menatapnya pun salah. Caca tidak geer, tentu ia sudah memastikan apakah di belakangnya ada orang atau tidak, lalu Gavin menatap ke mana sekiranya benar di belakang tidak ada orang.

Tapi mata itu benar-benar mengarah padanya, benar-benar bertubrukan dengan punyanya. Jadi Caca yakin sembilan puluh sembilan persen, bahwa Gavin memang benar melihatnya. Jadi jangan bilang Caca geer atau kepedean ya.

Tapi kemudian ucapan Regina, mengejutkannya dengan sangat.
"Ziva," kata Regina yang ternyata sedari tadi memperhatikan gerak gerik Caca, "sekelas sama Gavin. Salah satu sahabatnya. Dan saingan gue. Ah dia nyebelin Ca. Jangan deket-deket dia."

Caca beralih tatapan kepada Regina. "Ga akan. Beda kelas ini," jawab Caca cuek.

"Dia tuh ya, suka dianter jemput Gavin. Nyebelin! Giliran sahabat cantiknya ini butuh bantuan, malah dikasih ongkos dua puluh rebu. Padahal rumah juga cuman beda lima langkah."

"Gavin tuh ga pernah deket sama cewek-cewek ya?" tanya Putri.

Achilla yang sedang makan pun langsung berhenti mendengar kalimat itu. "Iyaa! Makanya tuh enak banget yang jadi pacar pertamanya. Aah andai aja gue yang jadi pacar pertamanya," ucap Achilla yang dapat toyoran dari Regina.

"Halu lo! Nih ya, dia itu tipe sok jaim yang misterius gitu padahal preet. Dia itu ya, katanya ga mau deket sama cewek, karena males liat cewek berisik. Males liat cewek klepek-klepek sama dia. Padahal mah, apaan. Dia aja yang narsis, sok cakep."

Tuh kan, Caca benar atas ucapannya kemarin. Maka dengan cepat, Caca langsung membuka suaranya. "Ya, gue setuju," ucap Caca, "sok-sokan ga mau kenalan sama perempuan. Sok iye, yang ada."

"Ih kok pada ngehina Gavin," timpal Achilla.

"Ini bukan ngehina, ini namanya fakta biar lo tahu dulu nih minusnya cogan yang satu ini apa," jawab Regina sebelum ia masukkan lagi cilok ke mulutnya. Yang padahal ia sudah makan bakso sebelum itu. Memang hobi makan!

Mendengar jawaban Regina, Achilla cuman bisa mendengus kesal dan ikut melanjutkan makannya.

Sedangkan Caca, gadis itu masih curi padang ke arah Gavin lagi, tapi ia malah salah fokus kepada laki-laki di samping Gavin. Alvin, mengedipkan matanya ke arah Caca yang membuat gadis itu bergidik ngeri. Ga waras.

"Gin, lo kan sahabatan nih sama Gavin ya. Dan pasti sih yang namanya sahabatan, ya ogah-ogah banget nyebut doi ganteng. Nah, menurut lo, siapa cowok terganteng di sekolah ini?" tanya Caca antusias.

gavinca: Puppy Love Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang